> >

Melacak Kekayaan Arkeoastronomi Indonesia Lewat NFT

Sosial | 15 November 2021, 19:37 WIB
Hari Prast dan Venzha Christ sudah meluncurkan satu seri sampul NFT Nuswantara Archaeoastronomy sebanyak 100 edisi pada Hari Pahlawan, 10 November 2021. (Sumber: istimewa)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Ilustrator ternama pendiri Berakar Komunikasi dan Demokreatif Hari Prast berkolaborasi dengan pendiri Indonesia Space Science Society (ISSS) dan VMARS Venzha Christ menginisiasi riset multidisiplin untuk melacak kekayaan peradaban nenek moyang yang berkaitan dengan astronomi dan ilmu antariksa.

Jejak arkeoastronomi ini dituangkan lewat Non Fungible Token (NFT) bertema Nuswantara Archaeoastronomy yang mengilustrasikan aktivitas sosial budaya nenek moyang.

Arkeoastronomi merupakan interdisiplin ilmu astronomi dan berbagai ilmu sosial yang menyelidiki keterkaitan kebudayaan masyarakat di masa lampau terhadap benda-benda atau fenomena yang ada dan terjadi di langit.

“Kami ingin cerita-cerita nenek moyang yang berkaitan dengan peradaban arkeoastronomi nusantara dihidupkan kembali dan dipresentasikan dengan cara yang lebih mudah dipahami segala lapisan masyarakat,” ujar Venzha Christ, Senin (15/11/2021).

Baca Juga: Karya Bersama NASA Jadi NFT Pertama Venzha Christ

Menurut Venzha Christ, belum ada data lengkap di Indonesia yang bisa menjadi referensi kekayaan arkeoastronomi di Nusantara.

Padahal, jejak peradaban itu melekat erat di bidang pertanian, kelautan, sosial masyarakat, cerita rakyat, ritual, dan pendidikan yang masih sangat relevan dengan kondisi saat ini.

Hari Prast dan Venzha Christ sudah meluncurkan satu seri sampul NFT Nuswantara Archaeoastronomy sebanyak 100 edisi pada Hari Pahlawan, 10 November 2021. (Sumber: istimewa)

Misal, masyarakat Jawa menyebut rasi crux dengan sebutan lintang gubug penceng. Rasi ini memiliki makna penting karena menjadi penanda arah selatan.

Bentuknya yang menyerupai rumah miring membuat masyarakat Jawa menyebut rasi bintang ini gubug penceng.

Lima bintang terang yang dimilikinya dan bentuknya yang sederhana membuat rasi ini mudah diamati dan diidentifikasi. Rasi ini juga menjadi penanda datangnya musim kemarau yang berguna untuk menentukan musim tanam.

Ada pula Bulan Pejeng, nekara perunggu dari zaman pra sejarah sekitar 2000 tahun silam. Warisan budaya ini menjadi media pemujaan dan sampai sekarang tersimpan dengan baik di Pura Penataran Sasih, Desa Pejeng, Gianyar.

Bulan Pejeng digunakan untuk upacara atau ritual yang dapat mendatangkan hujan yang diperlukan bagi usaha bidang pertanian.

Banyak legenda tentang nekara ini. Salah satunya, Bulan Pejeng dianggap sebagai bulan yang jatuh ke bumi, sehingga daerah sekitarnya menjadi terang-benderang siang maupun malam. 

Baca Juga: VMARS, Bukti Indonesia Ikut dalam Eksplorasi Mars

Cerita rakyat pun banyak yang berkaitan dengan arkeoastronomi, salah satunya, cerita rakyat Dayak tentang Kilip dan Putri Bulan.

Cerita ini mengisahkan tentang seorang laki-laki bernama Kilip yang menyelamatkan Putri Bulan dari cengkeraman raksasa bernama Ruha. Berkat Kilip, Putri Bulan berhasil memancarkan sinarnya saat purnama.

Kisah ini berkaitan dengan pemahaman orang saat gerhana bulan. Ruha diibaratkan sebagai bayangan bumi yang menghalangi sinar matahari jatuh ke bulan.

“Di sini kami memakai media NFT, tetapi tidak berhenti sampai di sini karena masih akan berkembang ke dalam bentuk workshop, kolaborasi pameran sampai pembuatan buku fisik maupun digital yang bisa menjadi referensi masyarakat terkait arkeoastronomi Nusantara,” ucap Venzha Christ.

Sementara, Hari Prast akan membuat NFT arkeoastronomi Nusantara ini ke dalam beberapa seri.

Ia memilih NFT sebagai media untuk belajar arkeoastaronomi karena ingin menyasar generasi muda yang saat ini mulai banyak berkreasi dan berkomunitas di ekosistem NFT.

“Begitu tingginya minat NFT di Indonesia, membuat kami tertantang untuk membuat NFT yang berbeda dalam hal ini berbasis sejarah,” kata Hari Prast yang juga pernah meraih penghargaan The Shorty Awards Best Government And Politics Campaign “Jokowi’s Impromptu Walkabout Campaign” di New York, Amerika Serikat pada 2015.

Hari Prast dan Venzha Christ sudah meluncurkan satu seri sampul NFT Nuswantara Archaeoastronomy sebanyak 100 edisi pada Hari Pahlawan, 10 November 2021. (Sumber: istimewa)

Dalam karya NFT Nuswantara Archaeastronomy, Hari Prast memilih karya Venzha Christ berupa satelit ISSS yang semula berfungsi sebagai DIY radio astronomy.

Satelit ini sebagai simbol medium untuk melacak jejak peradaban arkeoastronomi di Indonesia. Satelit ini juga menjadi ikon dalam proyek bersama ini.  

Hari Prast dan Venzha Christ sudah meluncurkan satu seri sampul NFT Nuswantara Archaeoastronomy sebanyak 100 edisi pada Hari Pahlawan, 10 November 2021.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU