> >

KPK Siap Telaah Dugaan Mark Up Biaya Sewa Pesawat Garuda yang Diungkap Peter Gontha

Hukum | 2 November 2021, 16:07 WIB
Pelaksana Tugas Juru Bicara KPK Ali Fikri dalam konferensi pers terkait tanggapan atas temuan Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan (LAHP) Ombudsman RI mengenai alih status pegawai KPK pada Kamis (5/8/2021). (Sumber: KOMPAS.com/IRFAN KAMIL)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyambut baik jika mantan Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Peter Gontha melaporkan dugaan mark up alias peningkatan harga biaya sewa pesawat Garuda. 

Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri menjelaskan keberhasilan KPK dalam membongkar tindak pidana korupsi tidak terlepas dari laporan masyarakat.

Untuk itu jugalah, KPK siap menerima laporan dari masyarakat terkait dugaan tindak pidana korupsi. Termasuk tanggapan Peter Gontha mengenai mahalnya biaya sewa pesawat Garuda.

Baca Juga: Pimpinan DPR Setuju Pembentukan Pansus Garuda Indonesia, Cari Solusi Penyelamatan

Ali Fikri juga menegaskan laporan yang diterima akan dianalisis dan diverifikasi. Apabila dari hasil telaah dan kajian ditemukan adanya indikasi peristiwa pidana, maka tidak tertutup kemungkinan KPIK akan melakukan langkah-langkah berikutnya, sebagaimana hukum yang berlaku.

"Kami mengajak seluruh masyarakat, siapapun dan apapun profesinya, yang mengetahui adanya dugaan tindak pidana korupsi silakan menyampaikan aduannya kepada KPK," ujar Ali Fikri dalam pesan tertulisnya, Selasa (2/11/2021).

Sebelumnya Peter Gontha membeberkan berbagai masalah yang terjadi di internal PT Garuda Indonesia kepada publik.

Melalui akun Instagram pribadinya @petergontha, eks Komisaris Garuda itu mengutarakan, biasanya harga sewa Boeing 777 adalah 750 ribu dollar AS per bulan. Tetapi, sejak pertama surat sewa pesawat diteken, Garuda mengeluarkan 1,4 juta dollar AS per bulan.

Baca Juga: Disebut Kasus Garuda Ugal-ugalan, Staf Khusus BUMN Setuju Bawa ke KPK

"Ini Boeing 777, harga sewa di pasar rata-rata 750 ribu dolar AS per bulan. Garuda mulai dari hari pertama bayar dua kali lipat? 1,4 juta dolar AS per bulan. Uangnya kemana sih waktu diteken? Pingin tahu aja?" tulis Peter, Kamis (28/11/2021).

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU