> >

Jangan Biasakan Self-Diagnose, Karena Bisa Bahayakan Kesehatan Mental

Gaya hidup | 21 Oktober 2021, 18:28 WIB
Ilustrasi self-diagnose yang justru membahayakan kesehatan mental. (Sumber: Local Love)

Berbeda dengan yang sebelumnya, self-diagnose pun bisa membuat sesorang untuk denial atau menyangkal gangguan kesehatan mental yang sedang dialaminya.

Biasanya, kondisi ini banyak terjadi kepada mereka yang memiliki masalah kesehatan mental tidak terlalu parah.

Sikap penyangkalan tersebut, sama seperti akibat dari bahaya pertama tadi, justru tak akan menyelesaikan masalah kesehatan mentalnya.

Sebab, bisa jadi masalah kesehatan mental dalam diri orang-orang yang demikian sebetulnya membutuhkan penanganan segera agar tidak semakin parah.

Baca Juga: Jaga Kesehatan Mental, Ini 5 Aktivitas 'Me Time' yang Berkualitas

3. Panic Attack

Tak dapat dipungkiri, setiap manusia pasti memiliki naluri untuk cenderung memikirkan hal-hal buruk, hal ini tentunya sangat tidak baik ketika dipertemukan dengan kebiasaan self-diagnose.

Karena, pada akhirnya, self-diagnose hanya akan membuat orang yang didominasi naluri tersebut mengalami panic attack atau serbuan perasaan panik berlebihan.

Jadi, untuk menghindari serbuan perasaan panik itu, lebih baik konsultasikan diri ke psikolog daripada hanya menyerap informasi mengenai gejala gangguan kesehatan mental yang dialami dari internet.

Sebab psikolog profesional bisa membantu mencari tahu kondisi mental seseorang dengan baik tanpa menimbulkan kepanikan dan kecemasan.

4. Salah Diagnosis

Sekali lagi, setiap informasi terkait gejala gangguan kesehatan mental yang ada di dunia maya itu belum tentu benar.

Oleh artikel A, kondisi pada diri saat ini bisa saja disebut sebagai gejala anxiety disorder. Namun, kala membaca artikel B, ternyata kondisi terebut merujuk pada gejala depresi mayor.

Saat melakukan self-diagnose, diri sendiri sejatinya tidak tahu gangguan kesehatan mental apa yang sedang dialami.

Self-diagnose hanya mengajarkan orang untuk menduga-duga hal yang belum tentu kebenarannya. Akibatnya, masalah yang sebenarnya jadi tak mendapat penanganan yang tepat.

5. Memupuk Keengganan untuk Konsultasi ke Pakarnya

Jika terlalu sering dilakukan, self-diagnose bisa memunculkan trust issue atau keengganan percaya kepada seseorang, dalam hal ini adalah psikolog atau psikiater.

Umumnya, kondisi tersebut dikarenakan pengaruh internet yang begitu kuat sehingga orang terdorong untuk enggan berkonsultasi kepada ahli ketika mengalami masalah kesehatan mental.

Padahal, dengan berkonsultasi pada psikolog atau psikiater bisa membantu dalam upaya menemukan langkah selanjutnya.

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Parapuan.co


TERBARU