> >

Adi Utarini, Peneliti UGM Masuk Daftar 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia 2021 Versi TIME

Sosial | 17 September 2021, 13:42 WIB
Adi Utarini, peneliti  Universitas Gadjah Mada (UGM) masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia tahun 2021 versi TIME.  (Sumber: Ig @adiutarinimusik)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV-  Adi Utarini, peneliti  Universitas Gadjah Mada (UGM) masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia tahun 2021 versi  Majalah TIME.  Jasanya dalam bidang kesehatan memang tidak bisa dipandang sebelah mata, yakni mengendalikan demam berdarah dengan nyamuk ber-Wolbachia.

Prof Uut, sapaan akrabnya, yang merupakan guru besar Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM ini direkomendasikan oleh filantopis Amerika Serikat sekaligus mantan manajer umum Microsoft, Melinda French Gates.

Bukan tanpa alasan Melinda Gates merekomendasikan Adi Utarini masuk ke dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia tahun 2021. Seperti yang ditulis majalah TIME, Melinda bercerita  beberapa tahun lalu ia berkunjung ke satu keluarga yang tinggal di dekat laboratorium Adi Utarini di Yogyakarta.

Baca Juga: Jokowi Bicara Kehebatan Ilmuwan Adi Utarini dan Tri Mumpuni hingga Diakui Dunia

Melinda penasaran dengan kiprah Adi Utarini yang berhasil meyakinkan orang-orang sehingga membiarkan Adi Utarini melepaskan sekawanan nyamuk di sekitar lingkungan mereka.

“Ini bukti kepercayaan yang didapat Adi Utarini dari komunitasnya,” kata Melinda Gates.

Adi Utarini bekerja sama dengan tim peneliti internasional dari Program Nyamuk Dunia untuk mengekang ancaman demam berdarah dengue (DBD) dengan menginokulasi nyamuk dengan Wolbachia, bakteri yang tidak berbahaya bagi manusia, tapi mencegah nyamuk menularkan demam berdarah melalui gigitannya.

Demam berdarah adalah penyakit yang ditularkan nyamuk mempengaruhi hampir 400 juta orang setiap tahun dan telah digambarkan WHO sebagai salah satu dari 10 ancaman terbesar bagi kesehatan dunia.

Melinda Gates menilai apa yang dilakukan Adi Utarini merupakan sebuah terborosan dan terbukti berhasil menurunkan tingkat penyakit di lingkungan masyarakat.

“Saat ini, hampir semua orang di Yogyakarta mengenal seseorang yang pernah terkena DBD. Utarini sendiri telah selamat dua kali," ucapnya.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU