> >

Tanggapi Video Viral Santri Tutup Telinga karena Musik, Yenny Wahid: Jangan Gampang Beri Cap Radikal

Viral | 14 September 2021, 22:24 WIB
Cuplikan video viral para santri penghafal Al-Quran menutup telinga karena tidak mau mendengarkan musik. (Sumber: Instagram/@yennywahid)

SOLO, KOMPAS.TV - Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid, putri Presiden ke-4 RI Abdurachman Wahid (Gus Dur), ikut menanggapi video viral yang menunjukkan sejumlah santri menutup telinga saat mendengar musik di tempat vaksinasi Covid-19.

Video itu salah satunya diunggah Diaz Hendropriyono, mantan Ketua Umum PKPI. Keterangan video itu mengatakan, para santri itu menutup telinga karena tidak ingin mendengarkan suara musik.

Para santri itu diketahui berasal dari pondok pesantren tahfidz atau penghafal Al-Quran.

Baca Juga: Vaksinasi Massal Bagi Jamaah Masjid Hingga Santri

Yenny Wahid mengatakan, tindakan para santri itu wajar. Ia pun memberi dua catatan tersendiri.

“Saya senang para gurunya mengatur agar mereka divaksinasi. Dengan divaksin, mereka bukan saja melindungi dirinya tetapi juga orang-orang disekelilingnya dari ancaman covid 19,” tulis Yenny lewat akun Instagram @yennywahid.

Kedua, Yenny mengakui sulit bagi santri untuk menghafal Al-Quran. Ia menuturkan, seorang sahabatnya yang bernama Gus Fatir, bahkan belajar menghafal Al-Quran sejak umur 5 tahun.

“Beliau mengatakan bahwa memang dibutuhkan suasana tenang dan hening agar lebih bisa berkonsentrasi dalam upaya menghafal Quran,” ujar Yenny.

“Jadi kalau anak-anak ini oleh gurunya diprioritaskan untuk fokus pada penghafalan Quran dan diminta untuk tidak mendengar musik, itu bukanlah indikator bahwa mereka radikal,” imbuhnya.

Ia pun meminta masyarakat menilai secara proporsional tindakan para santri itu. Yenny mengajak masyarakat untuk saling bertoleransi.

Baca Juga: Alasan PWNU Jatim Usulkan Muktamar NU Digelar Tahun Ini

“Janganlah kita dengan gampang memberi cap seseorang itu radikal, seseorang itu kafir dll. Menyematkan label pada orang lain hanya akan membuat masyarakat terbelah,” kata Yenny.

Senada dengan itu, Dr. H. Nadirsyah Hosen, LL.M., M.A., Ph.D, Dosen Fakultas Hukum Universitas Monash berpendapat tindakan para santri itu wajar.

Malah, Nadir menilai sikap para santri itu adalah bentuk toleransi. Ia pun menilai, tidak tepat mengaitkan tindakan itu dengan paham Islam garis keras.

"Justru di sana terlihat toleransi ustad dan santri untuk memilih menutup telinga & menjaga diri ketimbang memaksakan paham mereka dengan cara kekerasan," tulis Nadir lewat akun Twitter-nya @na_dirs.

Ia ikut meminta masyarakat tidak buru-buru berpikiran buruk pada tindakan para santri itu.

“Bukankah esensi toleransi ada di sana? Jadi jangan buru-buru mengaitkan mereka dengan paham Islam garis keras hanya karena mereka berbeda pemahaman,” ujar Gus Nadir.

Di sisi lain, Gus Nadir membeberkan, memang ada perbedaan pendapat di kalangan ulama atau ahli agama Islam.

Baca Juga: Tuai Beragam Komentar, Sebenarnya Apa Fungsi Lampu Warna-warni di Ruang Utama Masjid Istiqlal?

Ia mengakui, ada kalangan ulama yang menyebut musik haram dan dapat menghilangkan hafalan Al-Quran.

"Ulama yang bilang haram juga punya dasar rujukan. Pada titik ini ya kita saling hormat saja terhadap pilihan yang berbeda," jelas Gus Nadir.

"Bagi yang bilang haram, mendengarkannya (musik) dianggap berdosa & bisa membuat hafalan Quran menjadi lupa. Bagi yang bilang boleh, mendengarkan musik dapat melalaikan untuk murajaah (mengulang hafalan)," lanjutnya.

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU