> >

Ini Alasan Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Outdoor Lebih Ramai Ketimbang Mal

Sapa indonesia | 13 September 2021, 22:29 WIB
Tangkapan layar Sapa Indonesia Malam, Senin (13/9/2021) (Sumber: Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Peningkatan jumlah pengunjung pusat perbelanjaan atau mal masih lambat meskipun telah diambil beberapa langkah untuk memberikan rasa aman kepada pengunjung. Sementara obyek-obyek wisata luar ruangan atau oudoor lebih ramai dikunjungi. Lalu apa yang menyebabkan hal tersebut?

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, hingga saat ini peningkatan jumlah pengunjung mal atau pusat perbelanjaan bergerak lamban.

Bahkan hingga kemarin, Minggu (12/9/2021), rata-rata kunjungan hanya mencapai 30 persen dari total kapasitas.

“Kami pedomannya sebelum pandemi, tahun 2019,” jelasnya dalam acara Sapa Indonesia Malam yang ditayangkan Kompas TV, Senin (13/9/2021).

Alphonzus menambahkan, penutupan pusat belanja bukan kali ini saja, dan pemerintah memberi pelonggarannya bertahap dan terbatas, bahkan awalnya tidak boleh dine in.

“Jadi pergerakannya lambat karena kunjungan bergerak seiring kelonggaran yang diberikan.”

Baca Juga: Pantai Pangandaran Membludak, Luhut Minta Pemda Setempat Patuhi Aturan PPKM

 

Aturan yang melarang anak-anak di bawah usia 12 tahun berkunjung ke pusat perbelanjaan, lanjutnya, juga menjadi penyebab lambatnya peningkatan jumlah kunjungan.

Keluarga yang memiliki anak memilih untuk berkunjung ke tempat-tempat yang tidak mewajibkan protokol penggunaan aplikasi Pedulilindungi.

Padahal protokol yang diterapkan, kata Alphonzus, membuat mal dan pusat perelanjaan menjadi lebih aman untuk pengunjung. Sebab mereka yang belum divaksinasi dan menunjukkan indikator warna hitam pada aplikasi, tidak diperkenankan masuk.

“Ini sekaligus mencegah mereka masuk sehingga bisa dikatakan bahwa pusat perbelanjaan jauh lebih aman dan jauh lebih sehat karena bisa mendeteksi,” tuturnya.

Saat ini, diakuinya, tempat wisata outdoor memang lebih banyak dikunjungi oleh warga yang ingin berlibur.

Sementara, Zulfikar Amir, Guru Besar Sosiologi Bencana NTU Singapura, menilai banyaknya pengunjung obyek wisata outdoor lebih disebabkan pada keyakinan masyarakat bahwa lokasi yang terbuka memiliki risiko penyebaran Covid-19 lebih rendah.

“Ada dua kemungkinan kenapa tempat wisata lebih ramai daripada shopping mall. Pertama mungkin masyarakat paham bahwa outdoor lebih aman daripada di pusat perbelanjaan,” ucapnya.

Kemungkinan kedua adalah masyarakat telah jenuh berada di ruang urban dan menginginkan suasana lain.

“Ini semacam revenge travel oleh masyarakat,” lanjutnya.

Baca Juga: APBI Klaim Mal Sudah Cegah Masuk Ribuan Penderita Covid-19

Mengenai lambatnya peningkatan pengunjung pusat perbelanjaan, Zulfikar menilai bahwa itu menunjukkan tingkat kesadaran mengenai risiko dari masyarakat Indonesia secara umum.

Dia mengapresiasi yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan laju penularan ke tingkat yang seperti sekarang, dan ini juga merupakan kontribusi dari masyarakat secara luas.

“Tapi, perlu dicatat bahwa kita sudah pernah berada dalam posisi ini sebelum varian delta masuk.”

Indonesia, lanjut Zulfikar, sebenarnya belum terlalu aman dari pandemi, karena varian delta masih ada di sekitar kita dan di Indonesia masih ada jutaan warga Indonesia yang belum tervaksinasi dan belum terpapar. Sehingga gelombang ketiga bisa saja terjadi.

Oleh karena itu, dia sangat setuju dengan pendekatan yang diambil oleh pemerintah yaitu berhati-hati melakukan pembukaan, khususnya ruang yang berisiko tinggi seperti shopping mall.

Zulfikar juga menjelaskan bahwa saat ini Malaysia dan Filipina mengalami situasi yang lebih buruk, sehingga mereka sedikit kewalahan menangani jumlah kasus, khususnya yang membutuhkan rumah sakit.

Sementara, di Singapura, sebenarnya agak berbeda. Pemerintah Singapura sudah melakukan trasnsisi ke endemik. Fokus perhatian mereka bukan jumlah kasus, tetapi jumlah kasus aktif yang butuh perawatan rumah sakit dan ICU.

Saat ini persentase vaksinasi di Singapura mencapai 85 persen untuk dosis kedua.

Sementara Deputi II Kantor Staf Presiden (KSP) Abetnego Tarigan membenarkan bahwa pusat perbelanjaan masih sunyi, sedangkan obyek wisata outdoor seperti pantai justru banyak pengunjung.

“Beberapa spot, seperti di Pangandaran, di pantai dan hotelnya juga tidak menerapkan batasan, 100 persen, restoran juga begitu. Yang perlu diantisipasi adalah adanya keinginan masyarakat untuk beraktivitas outdoor atau berwisata,” urainya.

Abetnego mengatakan hampir semua wilayah banyak melakukan itu. Ada juga yang meyakini bahwa outdoor itu lebih aman daripada indoor. Tetapi yang menjadi tantangan, menurutnya, adalah di tempat publik seperti itu tidak terfasilitasi untuk pemeriksaan aplikasi Pedulilindungi.

“Kemudian yang berikutnya juga, memang ada beberapa pendapat dan permintaan juga bagaimana Pedulilindungi itu diperluas,” ucapnya.

"Ada rencana pemantauan yang lebih ketat. Karena Presiden menekankan bahwa kita tidak mau mengambil risiko yang sama dari pengalaman yang lalu.”

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU