> >

Cerita di Balik Medali Emas Apriyani Rahayu, Mama Meninggal Saat Bertanding

Sosok | 11 Agustus 2021, 23:19 WIB
Di balik kesuksesan Apriyani meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 bersama Greysia Polii, ada sosok seorang ibu yang mendukungnya. (Sumber: Kolase Tribun Style)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Apriyani Rahayu bersama Greysia Polii berhasil meraih medali emas Olimpiade pertama di nomor ganda putri bulu tangkis. Di balik kesuksesan Apriyani di Olimpiade Tokyo 2020 itu, ada sosok seorang ibu yang mendukungnya.

Ibu Apriyani bernama Sitti Jauhar. Dia adalah orang yang mengenalkan Apriyani dengan bulu tangkis.

Almarhumah juga merupakan atlet bulu tangkis berprestasi. Beliau pernah mewakili Dinas Kabupaten Konawe dalam turnamen tingkat Provinsi di Sulawesi Tenggara.

Belakangan, raket yang digunakan Sitti Jauhar itu diturunkan pada Apriyani. Saat kecil, Apriyani kerap bermain dengan raket itu.

Baca Juga: Bincang-Bincang Seru bersama Greysia & Apriyani: Dari Tradisi Cium Tangan hingga Isu Pensiun

Bakat Apriyani pun terlihat. Namun, orang-orang di sekitarnya menyepelekan keinginan Apriyani menjadi atlet karena tinggi badannya.

“Waktu itu sempat dibilang, postur saya pendek. ‘Gak mungkin Apri jadi pemain, orang pendek’,” tutur Apriyani.

Meski orang-orang lain menyepelekan, Apriyani tetap mendapat dukungan dari orang tuanya.

“Pokoknya saya main bulu tangkis. Saya hobi dan suka, ada dukungan dari keluarga, terutama Omande Opande (Mama Papa),” kata Apriyani.

Bahkan, Sitti Jauhar rela pergi ke mana pun untuk mendukung langsung Apriyani saat bertanding di turnamen badminton.

“Pada saat itu, omande tidak mau melepas saya kemana pun pergi. Mau saya ke Makassar, ke Jakarta waktu Porseni, mama saya ikut,” ungkap Apriyani.

Sitti Jauhar juga menjadi sosok penting yang menanamkan kerja keras pada diri Apriyani. Ibunya tak begitu saja memberi Apriyani uang jajan. Ia justru mengajari anaknya berjualan.

“‘Ani, kau tidak ada uang jajan? Ini kau pergi mi kau jual sayur.’ Jadi, mama saya ngajarinnya gitu,” beber Apriyani.

Karena ajaran orang tuanya, Apriyani kini terkenal sebagai sosok atlet yang bersemangat dan giat berlatih. Hal ini pun diakui pelatih Apriyani, Eng Hian dan Greysia Polii.

Baca Juga: Kebiasaan Greysia Polii Senyum Saat Bertanding Terinspirasi Eks Pebulu Tangkis China Gao Ling

“Kalau secara teknik, yang mendekati Apri sih ada. Tapi secara mental dan kemauan, belum ada,” kata Eng Hian pada Rabu (22/1/2020), dilansir dari situs PB PBSI.

Namun, Apriyani mesti berpisah selamanya dengan sang ibu saat bertanding di Kejuaraan Dunia Junior di Lima, Peru. Sitti Jauhar meninggal pada 10 November 2015.

Namun, Apriyani tak mengetahui kabar duka itu, sehingga tetap melanjutkan pertandingan. Saat itu, Apriyani turun di nomor ganda campuran berpasangan dengan Fachryza Abimanyu.

Apriyani pulang dari kejuaraan itu dengan menggondol medali perunggu. Saat tiba di Indonesia, ia baru mendapat kabar bahwa ibunya meninggal.

"Saat itu saya kebetulan ada di kampung. Pas Apri tiba, dia sedihnya tak bisa diomongin. Pas dia tahu ibunya meninggal dan dia turun dari mobil langsung menangis di tengah keluarga besarnya," ujar Denir, tante Apriyani, dilansir dari Tribunnews.

Apriyani tak bisa melihat ibunya di saat-saat terakhir. Ia hanya dapat mengunjungi makam sang ibu.

Enam tahun kemudian, Apriyani mempersembahkan medali emas Olimpiade pada mamanya.

“Medali emas ini bukan hanya impian Ka Greysia, tetapi juga saya. Medali emas ini untuk almarhum orang tua saya dan kakakku,” kata Apriyani, dilansir dari situs resmi Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Baca Juga: Tak Pernah ke Taman Hiburan, Impian Atlet Cilik Peraih Medali Emas Olimpiade Akhirnya Kesampaian

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU