> >

AIMAN - Ganjar yang Terganjal, Antara Fakta atau Drama?

Aiman | 8 Juni 2021, 13:50 WIB
Kolase Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. (Sumber: Kolase TribunKaltara.com / Kompas.com/Riska Farasonalia)

KOMPAS.TV - Ada yang tampak dari permukaan. Perseteruan di internal PDI Perjuangan. Ramai- ramai menyerang Ganjar Pranowo, hingga muncul spekulasi drama "bunuh diri palsu".

Pertanyaannya,  mungkinkah?  Ataukah ada sesuatu yang berada di baliknya?

Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu intuisi dari pengalaman yang berbasis data dan fakta.

Tapi lebih dari itu, ada sebuah pertanyaan, mengapa ribut - ribut soal pemilihan Presiden sudah terjadi sejak sekarang.

Tidak pernah sebelumnya terjadi, sepanjang sejarah pemilihan di Indonesia, 3 tahun sebelum pemilihan, gaduh sudah menyeruak!

Prabowo, Anies, Ganjar

Harus diakui di semua survei yang dilakukan sejak awal tahun 2020 lalu, memang tak terbantahkan, Gubernur Ganjar Pranowo selalu berada di 3 (tiga) besar. Posisi berganti di tampuk survei nomor 1, antara Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo.

Rupanya masih banyak publik yang ingin, Prabowo Subianto untuk duduk di kursi orang nomor 1 di Indonesia, setelah berjibaku dari Konvensi Capres (Partai Golkar, 2004), Cawapres (2009), Capres (2014 & 2019), sejak 17 tahun lalu.

Kini Prabowo memiliki lawan di berbagai survei yang berbeda. Semua usianya relatif jauh berada di bawah. Posisinya sebagai Gubernur. Satu DKI, satu lagi Jawa Tengah.

Soal Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, yang sering dianggap punya peluang yang berbeda dari kedua calon, Prabowo dan Ganjar.

Karena Anies punya ceruk pemilih yang berseberangan dengan Ganjar dan Prabowo yang dianggap satu kutub dengan Presiden Jokowi. Sehingga kesempatan lebar terbuka untuk Anies ke depan.

Baca Juga: Ganjar yang Terganjal..| AIMAN (1)

Ganjar dan Riak Politik yang Menyertai

Sementara Ganjar Pranowo, punya peluang yang besar. Karena banyak orang yang melekat pilihannya pada Presiden Jokowi, menganggap Ganjar sebagai sosok yang mirip dengan sang pimpinan negara ini. 

Tak memiliki "darah biru" partai, cukup beragam karier politiknya, dan ditempa di perjalanan dalam berbagai masa jabatannya.

Tak lekang disebut dalam berbagai kabar, hingga tudingan pihak-pihak tertentu pada kasus-kasus pidana termasuk korupsi yang tak pernah terbukti.  Di kasus korupsi KTP Elektronik yang sempat menyeret beberapa anggota DPR, dari 2014 hingga 2019. 

Ganjar yang sempat disebut justru tampil di banyak media massa terutama di dialog Televisi Nasional untuk menjelaskan dan tak pernah menolak diwawancara bahkan kala disandingkan dengan penudingnya sekalipun. 

Hal yang memang berbeda pada orang - orang yang kerap disebut dalam sebuah kasus korupsi, biasanya sangat sulit untuk diundang di media massa, dan bahkan menghilang.

Tapi Ganjar bukan tanpa masalah. Satu - satunya masalah yang tampak saat ini adalah survei yang dua tahun berturut - turut berposisi 3 besar. Bersanding dengan nama - nama di atas, Prabowo dan Anies, tak pernah bergeser. 

Ganjar di Tengah Kader Banteng

Entah berkah atau musibah, untuk saat ini. Di saat yang bersamaan, ia juga punya tingkat keterpilihan tertinggi di banyak sekali survei yang dianggap dari lembaga survei kredibel, dan melampaui kader-kader di PDI Perjuangan lainnya.

Sebut saja, Tri Rismaharini hingga kader pemilik darah biru Trah Soekarno, Puan Maharani. 

Apakah hal ini yang menyebabkan Ganjar di-bully partainya sendiri?

Drama "Bunuh Diri Palsu"?

Tak ada yang bisa menjawab. Tapi yang jelas ini sebuah fakta. Meski ada pula yang berpendapat berbeda.

Adalah pengajar dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, yang bernama Mikhael Raja Muda Bataona.

Mikhael menilai peristiwa Puan Maharani versus Ganjar Pranowo sebagai drama bunuh diri palsu ala PDI Perjuangan. 

"Mengapa? Karena dalam rimba raya politik tidak ada peristiwa politik yang terjadi tanpa intensi,” ungkap dosen Investigatif News & Jurnalisme Konflik pada FISIP Unwira ini seperti dikutip, dikutip dari Antara (25/5) lalu.

"Secara akal sehat saja!", lanjut dia, "peristiwa latarnya agak aneh karena sebelumnya Ganjar menemui Megawati untuk menyerahkan foto lukisan Mega bersama anak-anak. Bahkan, Ganjar berfoto bersama Megawati, kemudian dibagikan di Instagram-nya".

“Hanya dalam hitungan hari Ganjar justru ‘diserang’ oleh Puan dan Bambang Pacul dengan pernyataan-pernyataan yang sangat beringas, seperti ‘sudah kelewatan’ dan ‘sok pintar’,” ungkap Mikhael.

Meski Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno punya pendapat lain.

Akademisi dari UIN Syarief Hidayatullah, Jakarta ini mengungkapkan, terlalu berisiko jika memainkan drama soal ini.

"Ganjar sudah terlanjur dicederai, namanya. Tak mungkin secara logika ini terjadi dalam sebuah drama!" kata Adi di Program AIMAN yang tayang setiap Senin pukul 8 malam di KompasTV.

Baca Juga: Ramai-Ramai Seruduk Ganjar | AIMAN (3)

Riak Politik Jelang 2024, Ada Manfaat Terkandung di Dalam

Jadi menurut Anda yang yang mana yang lebih tepat.  
Jawabannya bisa jadi terserah.

Tapi menurut saya, ada keuntungan, mengapa riak-riak menjelang Pilpres sudah jauh-jauh hari tampak.

Alasannya adalah publik punya waktu yang lebih panjang untuk menilik. Kiprah, Tingkah, dan Polah para tokoh ini, jangka panjang ke depan selalu dilirik.

Hal yang positif dalam demokrasi, bukan lagi muncul istilah "Beli Kucing dalam Karung" dalam konteks Demokrasi Pemilihan Umum.

Pusing? Jangan!

Nikmati dan cermati informasinya!

Saya Aiman Witjaksono...

Salam!

 

Penulis : Fadhilah Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU