> >

DPR Minta Vaksin Gotong Royong Jangan Sampai Sulitkan UMKM dan Pekerja

Update corona | 20 Mei 2021, 11:42 WIB
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiya menyampaikan pada pemerintah untuk lebih memperhatikan nasib buruh pasca disahkannya UU Cipta Kerja (Ciptaker). (Sumber: dpr.go.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani manyampaikan apresiasi atas program vaksin gotong royong yang diharapkan dapat mengakselerasi hard immunity.

Akan tetapi, Netty berharap biaya vaksin tidak memberatkan pelaku UMKM.

"Hampir satu juta rupiah  untuk dua kali suntikan, itu memberatkan pelaku UMKM. Jika tujuannya untuk membantu realisasi program vaksinasi nasional sehingga dapat mempercepat terbentuknya kekebalan kolektif, seharusnya ada mekanisme subsidi bagi mereka yang bergerak di usaha kecil dan menengah agar dapat mengikuti skema vaksin gotong royong ini," kata Netty melalui keterangan tertulisnya, Kamis (20/5/2021).

Baca Juga: Vaksin Gotong Royong, Upaya Memulihkan Dunia Usaha

Menurut Netty, UMKM memiliki peranan besar dalam menggerakkan ekonomi nasional. Bahkan di saat pandemi ini sebagian besar mereka masih bisa bertahan.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada tahun 2018, jumlah pelaku UMKM sebesar 64,2 juta orang atau 99,9 persen dari jumlah pelaku usaha di Indonesia.

"Dengan daya serap tenaga kerja mencapai 117 juta pekerja atau 97 persen dari total pekerja," sebut Netty.

Sementara itu, lanjut Netty, UMKM berkontribusi 61,1 persen bagi perekonomian nasional (PDB) dan sisanya disumbangkan oleh pelaku usaha besar yang jumlahnya hanya 0,01 persen dari jumlah pelaku usaha.

"Jadi, sangat disayangkan  jika pelaku UMKM tidak mendapat prioritas dukungan untuk memperoleh vaksin  gotong royong. Jangan sampai vaksin gorong royong hanya dapat diakses oleh  korporasi besar saja," ungkapnya.

Baca Juga: Harga Vaksin Gotong Royong Dianggap Mahal, Erick Thohir: Jangan Dilihat Pemerintah Cari Untung

Penulis : Hedi Basri Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU