> >

Nota Kesepahaman (MoU) Vaksin Nusanatara Diteken: Penelitian Berbasis Sel Dendritik

Kesehatan | 20 April 2021, 16:23 WIB
Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto melakukan penyuntikan vaksin Nusantara kepada Politikus senior Partai Golkar Aburizal Bakrie, di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Jumat (16/4/2021). (Sumber: Dokumentasi Juru Bicara Aburizal Bakrie via Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa, serta Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait penelitian berbasis pelayanan sel dendritik pada Vaksin Nusantara. 

Penandatanganan tersebut dilakukan di Markas Besar Angkatan Darat (Mabes AD), Jakarta, Senin (19/4/2021) dan disaksikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy. 

"(Penelitian berbasis pelayanan sel dendritik) untuk meningkatkan imunitas terhadap virus SARS-CoV-2," demikian keterangan tertulis Dinas Penerangan Angkatan Darat (Dispen AD), Senin (19/4/2021). 

Kesepakatan ini membuahkan persetujuan bersama bahwa penelitian nantinya akan dilakukan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta. 

Selain memedomani kaidah penelitian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan, penelitian ini juga bersifat autologus. 

Artinya, penelitian hanya dipergunakan untuk diri pasien sendiri sehingga tidak dapat dikomersialkan dan tidak diperlukan persetujuan izin edar. 

"Penelitian ini bukan merupakan kelanjutan dari uji klinis adaptif fase 1 vaksin yang berasal dari sel dendritik autolog yang sebelumnya diinkubasi dengan Spike Protein Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus-2 (SARS-CoV-2) pada subjek yang tidak terinfeksi Covid-19 dan tidak terdapat antibodi antiSARS-CoV-2," tulis keterangan tertulis tersebut. 

Baca Juga: Uji Klinis di RSPAD Gatot Subroto, Vaksin Nusantara Bukan Program TNI

Ahli biologi molekuler Indonesia Ahmad Utomo dalam wawancara dengan Kompas.com, Rabu (17/2/2021), menjelaskan bahwa sel dendritik adalah sel di dalam tubuh yang mengajari sel B untuk memproduksi antibodi. 

Ahmad memaparkan dasar termonilogi vaksin yakni saat seseorang disuntikkan vaksin umum (vaksin konvensional yang tidak berbasis sel dendritik), di dalam vaksin itu ada yang namanya antigen.

Antigen merupakan bagian dari virus atau virus yang dilemahkan dan dapat memicu tumbuhnya antibodi dalam tubuh seseorang yang disuntik. 

"Ketika antigen masuk ke dalam jaringan kulit, nanti dia akan ketemu dengan sel dendritik," ujar Ahmad, Rabu (17/2/2021). 

Sel dendritik adalah sel imun yang berfungsi sebagai guru dari sel-sel yang nantinya memproduksi antibodi. 

Di dalam tubuh manusia, ada dua macam sel, yakni sel B dan sel T. Sel yang bertugas memproduksi antibodi adalah sel B. 

"Saat ada banyak antigen yang masuk ke tubuh melalui vaksin kemudian diserap oleh sel dendritik, lalu sel dendritik akan memaparkan bagian tubuhnya potongan-potongan antigen itu. Gunanya untuk mengajari sel B (memproduksi antibodi)," papar dia. 

Nantinya, sel B akan membutuhkan waktu untuk merespons pembuatan antibodi yang sesuai dengan antigen tersebut. 

"Biasanya sekitar dua minggu. Setelah itu akan muncul antibodi yang spesifik dengan antigen tadi," kata Ahmad. 

Jadi, vaksin konvensional mengandalkan sel dendritik yang ada di dalam tubuh. 

Baca Juga: Kapuspen Mayjen Achmad Riad Tegaskan Vaksin Nusantara Bukan Program dari TNI

Sejak awal kemunculannya, vaksin Nusantara selalu menggaungkan akan menjadi vaksin personal karena berbasis sel dendritik. 

Ini artinya, pembuatan vaksin Nusantara mengeluarkan sel dendritik dari dalam tubuh, lalu sel tersebut dimasukkan lagi ke dalam tubuh setelah diberi antigen.

Penulis : Hasya Nindita Editor : Eddward-S-Kennedy

Sumber : Kompas TV


TERBARU