> >

AIMAN - Banjir Rasa Pilpres

Aiman | 1 Maret 2021, 05:50 WIB
AIMAN - Banjir Rasa Pilpres (Sumber: KOMPAS TV)

KOMPAS.TV - Banjir terjadi bergantian, sejak Desember 2020 hingga Februari 2021. Mulai dari Surabaya, Jakarta, hingga Semarang. Bukan soal penyebab yang banyak didiskusikan, tapi lebih dari itu, kegaduhan dalam hujatan hingga gema soal masa depan lebih banyak terlihat. Benar - benar banjir tapi rasa Pilpres.

Pada 5 Desember 2020, dimulai dari Surabaya, Jawa Timur. Banjir yang disusul juga terjadi pada 4 hari menjelang tahun baru, pada 27 Desember 2020 yang disertai angin kencang dan merobohkan sejumlah pohon.

17 Januari 2021 di Ungaran, Kabupaten Semarang, banjir. Dan disusul sebulan kemudian selama beberapa hari banjir menggenangi sejumlah lokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Hujan danBanjir Silih Berganti di Lokasi "Jagoan Survei"

Bergeser ke barat. Hujan ekstrem pada 20 dan 21 Februari 2021 lalu, membuat sebagian wilayah Bekasi, Jawa Barat juga terendam banjir selama beberapa hari. Bersamaan dengan awal banjir Bekasi, Jakarta juga mengalami banjir di sejumlah titik. Meski sehari kemudian surut total. Termasuk di daerah Cipinang Melayu, Jakarta Timur, yang tak sampai 2 pekan sebelumnya sempat dibanggakan karena sejak puluhan tahun, baru tahun ini tidak banjir. 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memang tak sampai 2 pekan sebelumnya membanggakan wilayah Cipinang Melayu yang tidak terendam banjir ketika musim hujan tahun ini.  Sebagian warga di sana juga senang, dan mengakui bahwa selama 25 tahun tidak pernah tidak banjir, alias selalu banjir. 

Cipinang Melayu dan Kebanggaan Anies Setelah 25 Tahun, tapi...

"Dua puluh lima tahun kami tenggelam, kerugian kami bukan hanya Rp 100 juta, Rp 200 juta mungkin lebih kalau dihitung-hitung luar biasa. Alhamdulillah tahun ini kami dapat hadiah yang besar untuk warga RW 04 dan RW 03, kami betul-betul tidak kebanjiran," kata Ali dalam video yang diunggah akun Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Instagram, Selasa (9/2).

Pernyataan senada juga diungkapkan Anies dalam akun Instagram pribadinya @aniesbaswedan.

"Alhamdulillah tahun ini dapat kembali mengunjungi RW 04 kelurahan Cipinang Melayu. Kampung yang dilewati Kali Sunter ini biasanya kalau musim hujan akan terjadi banjir yang amat tinggi, bahkan tahun lalu terendam sampai 3 meter. Tapi pada musim penghujan kali ini tak diterjang banjir," ungkap Anies.

Sontak publik gaduh, sebagian besar tercermin di Media Sosial.

Kantor Gubernur Jateng Terendam

Selang tak berapa lama pada 23 Februari 2021, sejumlah titik di Kota Semarang, Jawa Tengah banjir. Bahkan air sempat menggenangi hingga Kantor Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Sang empunya kantor, Gubernur Ganjar sampai tak percaya!

"Impossible, mosok kantor gubernur banjir, ini agak aneh. Saya tanya BMKG, hujannya cukup lebat, saya minta cek air kirimannya dari mana," kata Ganjar saat memantau kondisi kantornya, Selasa (23/2/2021).

Ganjar mengatakan, saat kantornya terendam banjir, ia sedang berada di Kabupaten Kudus. Setibanya di Kota Semarang, Ganjar pun langsung mengecek kondisi kantornya, terutama di Gedung B yang kemasukan air.   

Ganjar pun heran dengan banjir yang menerjang kantornya karena banjir separah itu baru terjadi hari ini. 

"Agak aneh karena baru terjadi hari ini. Saya minta semacam audit air datang dari mana, karena kalau dari sekitar sini saja tidak mungkin segede itu," jelas Ganjar.

Isi Cuitan Ganjar yang Diasumsikan Beragam

Belakangan Ganjar menulis dalam akun Twitter-nya terkait banjir yang menggenangi sejumlah tempat di Kota Semarang, "Saya yang salah, yang lain sudah bekerja dengan baik".

Sontak tulisan ini seketika menjadi ramai dibicarakan. Banyak yang kemudian berasumsi, jawaban Ganjar ini adalah sindiran kepada Gubernur Anies Baswedan yang dalam banjir Jakarta pada 20 dan 21 Februari lalu, mengatakan kiriman air dari hulu di Bogor dan Depok, yang menjadi masalah terjadinya banjir di Jakarta.

Saya pun berkesempatan untuk menanyakan hal ini langsung ke Gubernur Ganjar pada program Sapa Indonesia Malam, Kompas TV (24/2/2021), dan lugas di jawab, "Tidak ada Hubungannya!".

Memang berbicara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, tidak bisa dilepaskan dari hasil survei. Bahkan sejak awal 2020 lalu, hasil 3 besar mengerucut pada 3 nama, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo.  Bahkan hasil ini berlangsung hingga tahun ini tak bergeser. Meski ada nama - nama lain yang juga menguat, seperti Tri Rismaharini dan Sandiaga Uno.

Setiap kali ada peristiwa pada daerah - daerah yang dipimpin para jagoan survei ini, tampaknya kegaduhan tercipta. Pilpres 2024 seolah sudah di depan mata. Padahal masih ada tahun 2022 dan 2023 sebagai tahun pertaruhan bagi para kepala daerah yang habis masa jabatan dan tak bisa serta merta dipilih kembali, karena Pilkada akan digelar serentak dengan Pilpres. Anies, Ganjar, Ridwan Kamil, dan Khofifah Indar Parawansa, akan kehilangan panggung. 

Akankah bandul pilihan publik bergeser?  

Atau justru ada jurus jitu memperkuat posisi para mereka?

Menarik untuk dicermati!

Saya Aiman Witjaksono...

Salam!

 

Penulis : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU