> >

YLKI: Ketidakpercayaan Masyarakat pada Vaksin karena Komunikasi Buruk dan Hoaks Kesehatan

Update corona | 27 Januari 2021, 19:58 WIB
Seorang staf memeriksa label pada jarum suntik berisi vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Life Sciences Co., Ltd. di Beijing, ibu kota China, pada 23 Maret 2020. (Sumber: Xinhua/Zhang Yuwei)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkap masih ada masyarakat yang tidak percaya pada vaksin Covid-19.

Bahkan Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menyebut bahwa tingkat ketidakpercayaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 masih tinggi.

Menurutnya, hal itu terlihat dari beragam komunikasi di media sosial serta hasil temuan sejumlah lembaga survei.

Baca Juga: Coba Hancurkan Ratusan Dosis Vaksin Covid-19, Orang Ini Kena Azabnya: Penjara 10 Tahun!

Sementara itu, menurut Tulus, ketidakpercayaan masyarakat kepada vaksin tersebut disebabkan oleh kurang baiknya komunikasi publik pemerintah.

“Apalagi pemerintah di level pejabat publik sering pernyataan-pernyataannya berbeda-beda, antara pejabat A dengan pejabat B berbeda dan segala macam,” kata Tulus dalam acara Media Group News Summit Indonesia 2021, dikutip dari Kompas.com, Rabu (27/1/2021).

Buruknya komunikasi publik, lanjut Tulus, berdampak juga pada kemunculan berbagai hoaks di sektor kesehatan yang juga signifikan.

Hoaks itu, kata dia, sangat serius memengaruhi opini publik. Bukan hanya terkait dengan ketidakpercayaan terhadap vaksin, namun juga ketidakpercayaan kepada virus korona yang juga masih tinggi.

“Mengapa itu terjadi? Ya karena komunikasi publik menurut saya berantakan, kemudian hantaman hoaks kesehatan,” ucap Tulus.

Lebih lanjut, Tulus menuturkan, ketidakseriusan pemerintah melakukan pengendalian pandemi terlihat sejak awal adanya Covid-19.

Pemerintah, kata Tulus, terjebak pada pusaran kepentingan ekonomi dan sektor kesehatan di sisi yang lainnya.

“Awal-awalnya kan Pak Presiden Jokowi lebih cenderung kepada sektor ekonomi bukan sektor kesehatan, baru kali ini kembali ke sektor kesehatan,” kata Tulus.

“Menurut saya pemerintah di tiga bulan pertama kehilangan golden moment untuk pengendalian itu, dan akhirnya ekonomi tidak tercapai, minus, dan juga pandemi semakin eskalatif,” ucap dia.

Baca Juga: Mengapa Bisa Terpapar Covid-19 Meski Sudah Divaksin? Ini Penjelasan Ahli

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut, dalam setahun terakhir seluruh negara di dunia mengalami masa sulit akibat pandemi Covid-19.

Terjadi krisis dalam bidang kesehatan dan ekonomi, termasuk di Indonesia. Ia pun meminta agar krisis ini ditangani dan diselesaikan secara bersamaan.

"Krisis kesehatan dan krisis ekonomi harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan," kata Jokowi saat memberikan sambutan di acara Media Group News Summit Indonesia 2021 secara daring, Rabu (27/1/2021).

Jokowi mengatakan, upaya "gas dan rem" antara sektor kesehatan dan ekonomi harus dijalankan secara tepat.

Meski tak mudah, ia menekankan bahwa pemulihan kedua bidang sama pentingnya.

"Ini hal yang tidak mudah, sangat tidak mudah, penanganan kesehatan dan ekonomi sama-sama pentingnya, sama-sama strategisnya," ujarnya.

Baca Juga: Sriwijaya Air Jatuh, YLKI: Kecelakaan Ini Kado Terburuk Awal 2021 di Sektor Transportasi Udara

 

Penulis : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU