> >

Didikan Keras Sang Ayah Menuntun Syekh Ali Jaber jadi Ulama

Agama | 14 Januari 2021, 12:02 WIB
Ulama Syekh Ali Jaber (Sumber: Dokumentasi Kemenko Polhukam)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Salah satu pendakwah dan ulama kharismatik Indonesia, Syekh Ali Jaber meninggal dunia Kamis pagi (14/1/2021). Banyak memberikan tausiyah menyejukkan, tak heran pengajian-pengajiannya selalu dipadati masyarakat Indonesia.

Bernama lengkap Syekh Ali Saleh Muhammad Ali Jaber, lahir di kota Madinah Al-Munawwarah pada 3 Shafar 1396 H, bertepatan dengan 3 Februari 1976.

Dia menjalani pendidikan, baik formal maupun informal di Madinah.

Tak mudah bagi almarhum Syekh Ali Jaber menjadi sosok ulama besar seperti saat ini. Adalah sang ayah yang membuatnya menjadi seorang pendakwah.

Baca Juga: Syekh Ali Jaber, Ulama asal Madinah yang Dianugerahi WNI oleh SBY

Disarikan Kompas.tv dari berbagai sumber, sejak kecil Syekh Ali Jaber telah menekuni membaca Al-Quran. Sang ayahanda yang awalnya memotivasi Syekh Ali Jaber untuk belajar Al-Quran, karena dalam kitab suci itu terdapat semua ilmu Allah SWT.

Dalam mendidik agama, khususnya Al-Quran dan shalat, ayahnya terkenal sangat keras, bahkan tidak segan-segan memukul bila Ali Jaber kecil tidak menjalankan shalat.

Sang ayah menganggap hal itu sebagai implementasi dari hadis Nabi Muhammad SAW yang membolehkan memukul anak bila di usia tujuh tahun tidak melaksanakan shalat fardhu.

Keluarga besar Syekh Ali Jaber dikenal sebagai keluarga yang religius. Di Madinah, dia memiliki masjid besar yang digunakan untuk syiar Islam.

Baca Juga: Yusuf Mansur Mengenang Saat Bertemu Syekh Ali Jaber Pertama Kali

Sebagai anak pertama dari dua belas bersaudara, Syekh Ali Jaber dituntut untuk meneruskan perjuangan ayahnya dalam syiar Islam.

Meski pada awalnya apa yang dijalani adalah keinginan sang ayah, lama-kelamaan dia pun menyadari hal itu sebagai kebutuhannya sendiri.

Sebagaimana dilansir dari Tribunnews.com, tidak mengherankan, di usianya yang masih terbilang belia, sebelas tahun, Syekh Ali Jaber telah hafal 30 juz Al-Quran.

Sejak itu pula Syekh Ali Jaber memulai berdakwah mengajarkan ayat-ayat Allah Swt di masjid tersebut, kemudian selanjutnya ke masjid lainnya.

Baca Juga: Mengenang Momen Mengharukan saat Syekh Ali Jaber Mencium Kaki Bocah Seorang Hafiz

Selama di Madinah, ia juga aktif sebagai guru tahfizh Al-Quran di Masjid Nabawi dan menjadi imam shalat di salah satu masjid kota Madinah.

Tahun 2008, Syekh Ali Jaber melebarkan sayap dakwah hingga ke Indonesia. Kebetulan dia menikahi seorang gadis asli Lombok, bernama Umi Nadia, yang lama tinggal di Madinah.

Pada tahun yang sama, ia melaksanakan shalat Maghrib di masjid Sunda Kelapa Jakarta Pusat.

Selepas shalat, ada salah seorang pengurus masjid memintanya untuk menjadi imam shalat Tarawih di Masjid Sunda Kelapa, karena saat itu hampir mendekati bulan Ramadhan.

Sejak itulah Syekh Ali Jaber terus mendapat kepercayaan masyarakat di sejumlah tempat di Indonesia. Demi menunjang komunikasinya dalam berdakwah, dia pun mulai belajar bahasa Indonesia.

Baca Juga: Syekh Ali Jaber Meninggal Dunia, Ini Sosok Sang Pendakwah Lembut

Sebagai seorang hafizh, Syeikh Ali memang begitu menginginkan agar banyak di antara umat Islam Indonesia juga dapat hafal Al-Quran.

Ia ingin menjadi khadimul Quran, pelayan Al-Quran, yang mengabdikan dirinya untuk mengajarkan Al-Quran.

Menurutnya, semua bisa hafal Al-Quran, bahkan hafal Al-quran itu mudah. Yang sulit adalah mengamalkannya.

Keinginannya itu kian terbuka lebar untuk diwujudkan. Sebagai pengajar tahfizh Aluran di Islamic Centre Cakranegara, Lombok dan berdakwah melalui media bersama Ustadz Yusuf Mansur di salah satu stasiun televisi swasta.

Baca Juga: Syekh Ali Jaber Tutup Usia, Sempat Jalani Perawatan Covid-19 dan Jadi Korban Penusukan

Akhirnya, Syekh Ali Jaber baru menyadari manfaat didikan keras orangtuanya dalam mengajarkan agama. Sekaligus benar-benar merasakan manfaatnya dalam belajar Al-Quran.

“Saya merasa bersyukur atas pendidikan yang diberikan orangtua kepada saya,” kata Syekh Ali Jaber.

Dia pun berharap bisa bermanfaat untuk umat Islam dan juga untuk dirinya sendiri, dan meraih ridha Allah SWT. Syekh Ali Jaber juga merasa bersyukur bisa begitu diterima semua kalangan, baik masyarakat maupun pejabat.

Penulis : Gading Persada Editor : Eddward-S-Kennedy

Sumber : Kompas TV


TERBARU