> >

Epidemiolog: Efektivitas Vaksin Berbeda-beda, Perlu Pemetaan Demografi

Update corona | 17 Desember 2020, 14:03 WIB
Tamara Dus (kiri), menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada pekerja kesehatan Anita Quidangen di Toronto, Kanada, Senin, 14 Desember 2020. (Sumber: Associated Press)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman, meminta agar sebelum vaksinasi Covid-19 dilaksanakan, perlu (mapping) pemetaan demografi terlebih dahulu.

Sebab, satu vaksin tidak bisa digunakan untuk semua umur dan semua orang. "Disinilah pentingnya diversifikasi vaksin. Karena efektivitas setiap vaksin berbeda-beda," kata Dicky saat diwawancara di Kompas TV, Kamis (17/12/2020).

Karena itu, kata Dicky, agar vaksinasi berjalan optimal maka setiap  daerah harus  punya baseline berebeda-beda. Misalnya, data tentang angka reproduksi atau cakupan usia. 

Baca Juga: Sentimen IHSG Vaksin Gratis-UU Cipta Kerja, Pemulihan Ekonomi Diprediksi Lebih Cepat

"Tidak boleh vaksin diberikan kepada di luar usia yang diuji. Ketika uji vaksin diberikan kepada rentang usia 18-59 tahun, maka vaksinasi pun hanya bisa dilakukan kepada rentang usia tersebut," tambahnya.

Karena itu, vaksinasi tidak bisa dianggap remeh sebab bisa berdampak besar bila terjadi kegagalan. "Karena itu jangan buru-buru dan jangan anggap remeh, kalau gagal menurut literatur bisa terjadi endemik," tambahnya.

Sementara itu Wakil Ketua Komisi IX dari Fraki Partai Golkar Melky Laka Lena menyebutkan bahwa pemerintah harus menyiapkan vaksin kepada usia produktif 18-59 tahun.

"Kami mendorong pemerintah tolong vaksin juga diberikan kepada yanag di bawah 18 tahun dan di atas 59 tahun," katanya.

Baca Juga: Bahas Keamanan Vaksin Covid-19 Gratis Untuk Seluruh Penduduk Indonesia

Selain itu, Komisi IX juga mendorong agar pemerintah memberikan vaksin kepada masyarakat yang punga penyakit penyerta (komorbid) seperti darah tinggi atau gula darah. 

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU