> >

Jokowi di Tengah Pandemi Covid-19 dan Ancaman Resesi

Catatan jurnalis | 13 Juli 2020, 18:12 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meninjau lumbung pangan nasional baru di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, Kamis (9/7/2020). (Sumber: Biro Pers Sekretariat Presiden)

IMF meramal ekonomi global akan terkontraksi hingga 4,9%, lebih buruk dibandingkan ramalan April yang minus 3%.

Proyeksi ini disebut kemerosotan ekonomi terburuk sejak "The Great Depression" (Depresi Besar) yang melanda dunia tahun 1929 dan krisis finansial global 2008-2009 yang saat itu ekonomi tumbuh minus 0,1%.

Baca Juga: Update Corona 13 Juli: 76.981 Positif, 36.689 Sembuh, 3.656 Meninggal

Pemerintah sebenarnya sudah melakukan sejumlah upaya guna mengatasi dan mengantisipasi terjadinya resesi mulai dari pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga menggelontorkan dana besar untuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Namun sejauh ini, sejumlah upaya tersebut belum menampakkan hasil yang signifikan.  

Sejumlah kalangan pesimis, daya dan upaya yang dilakukan pemerintah tak akan berhasil mengatasi terjadinya resesi. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II diprediksi akan lebih buruk dari perkiraan awal dan hal itu akan berlanjut di kuartal III.

Di sisi lain, masyarakat masih menahan konsumsi akibat efek pandemi. Konsumsi juga menurun karena lonjakan PHK karyawan yang masih terus terjadi. Imbasnya, ekonomi akan tergerus lagi.

Pandemi (Masih) Menghantui

Hingga saat ini pandemi belum bisa diatasi. Di Indonesia, angka kasus Covid-19 juga masih tinggi. Bahkan angkanya terus naik signifikan pasca-kebijakan new normal yang diterapkan pemerintah. Pelonggaran PSBB dituding menjadi penyebab naiknya angka kasus Covid-19 di Indonesia.

Baca Juga: [FULL] Arahan Jokowi Terkait Meningkatnya Kasus Corona di Indonesia

Berdasarkan data pemerintah hingga Senin (13/7/2020) pukul 12.00 WIB, diketahui ada 1.282 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Penambahan itu menyebabkan saat ini secara akumulasi ada 76.981 kasus Covid-19 di Indonesia, terhitung sejak kasus pertama diumumkan pemerintah pada 2 Maret 2020.

Melihat kondisi ini, pemerintah harus tegas dalam menentukan prioritas, menyelesaikan pandemi atau membenahi ekonomi.

Pasalnya, pemerintah tidak bisa menyelamatkan keduanya secara bersamaan. Harus ada yang diprioritaskan dan dikorbankan. Idealnya, pemerintah fokus dulu menangani pandemi. Setelah itu, baru membenahi ekonomi.

Pemerintah perlu menimbang kembali kebijakan new normal yang diterapkan karena penularan virus corona justru semakin tinggi di masa ini.

Baca Juga: Kasus Corona Meningkat, Presiden Jokowi: Tolong Betul-betul Jadi Perhatian

Bila tren penularan virus corona tak kunjung turun, jangan berharap ekonomi akan bangkit kembali.

Pasalnya, masyarakat akan membatasi diri. Industri juga takut beroperasi kembali dan investor enggan menanamkan dananya di negeri ini.

Penulis : Desy-Hartini

Sumber : Kompas TV


TERBARU