> >

Heboh Tulisan I Love UEA di Samping Landas Pacu Pulau Milik Yaman di Tengah Gemuruh Perang Gaza

Kompas dunia | 28 Maret 2024, 22:00 WIB
Foto satelit yang diambil oleh Planet Labs PBC ini menunjukkan pembangunan landasan udara di Pulau Abd al-Kuri, Yaman, 11 Maret 2024. Ketika pemberontak Houthi Yaman terus menargetkan kapal-kapal di jalur perairan penting Timur Tengah, gambar satelit yang dianalisis oleh The Associated Press menunjukkan apa yang tampaknya merupakan landasan udara baru yang sedang dibangun di pintu masuk rute laut penting tersebut. (Sumber: AP Photo)

Militer AS telah menyatakan kepada AP bahwa mereka tidak terlibat dalam pembangunan di Abd al-Kuri, dan tidak ada "kehadiran militer" AS di tempat lain di Yaman.

Pasukan khusus AS memang pernah meluncurkan serangan di Yaman, sementara serangan drone oleh AS yang berlangsung selama dua dekade selama ini menyasar afiliasi Al-Qaeda lokal di negara tersebut.

Meskipun tidak ada baterai pertahanan udara yang terlihat secara langsung di sekitar situs Pulau Abd al-Kuri dalam gambar satelit, namun tumpukan tanah di situs tersebut telah diatur untuk membentuk tulisan "I LOVE UAE" tepat di sebelah timur landasan pacu.

Pulau Socotra, yang merupakan situs Warisan Dunia UNESCO dan menjadi rumah bagi pohon Darah Naga langka, telah lama menjadi pelabuhan strategis karena lokasinya di jalur perdagangan Timur-Barat yang penting bagi pengiriman kargo dan energi yang datang dari Asia dan Timur Tengah menuju Eropa.

Baca Juga: Serangan Houthi Terhadap Suplai Energi Eropa Bikin Ketar-Ketir Barat, Ini Bencana yang Mengintai

Personel Houthi berbaris dalam unjuk rasa dukungan untuk Palestina di Jalur Gaza dan menentang serangan AS di Yaman di luar Sanaa pada Senin, 22 Januari 2024. (Sumber: AP Photo)

Pulau tersebut dahulu pernah digunakan oleh Uni Soviet sebagai tempat berlabuh bagi armada permukaan dan kapal selamnya ketika Yaman Selatan, sebuah negara Komunis yang berbasis di Aden, menguasainya dari tahun 1967 hingga 1990.

Sejak itu, pulau tersebut terasa jauh dari kekacauan yang melanda Yaman, mulai dari unifikasi, perang saudara, hingga kedatangan pemberontak Houthi yang didukung Iran ke ibu kota pada tahun 2014.

Koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi yang masuk ke perang Yaman pada tahun 2015 atas nama pemerintah yang diasingkan negara tersebut telah terjebak dalam konflik yang berlangsung hampir satu dekade sejak itu.

Pada tahun 2018, Uni Emirat Arab menempatkan pasukannya di Pulau Socotra, memicu perselisihan dengan pemerintah pengasingan Yaman. Dua tahun kemudian, bentrokan pecah antara separatis Yaman yang didukung oleh Uni Emirat Arab dan pasukan lainnya di sana.

Sementara itu, media yang terkait dengan Iran dan Houthi menuduh tanpa memberikan bukti bahwa Uni Emirat Arab membiarkan Israel beroperasi dari Socotra juga. Namun, Israel tidak mengakui keberadaan apa pun di sana, dan kantor perdana menteri Israel menolak berkomentar.

Sejak November, Houthi menyerang kapal-kapal, dengan alasan ingin memaksa Israel menghentikan serangannya di Jalur Gaza terhadap Hamas. Namun, kapal-kapal yang diserang oleh para pemberontak sebagian besar tidak memiliki hubungan dengan Israel, AS, atau negara-negara lain yang terlibat dalam perang tersebut.

Para pemberontak Houthi juga menembakkan rudal ke arah Israel, meskipun sebagian besar tidak berhasil atau berhasil dicegat di udara.

Landasan udara di Abd el-Kuri bukanlah landasan pacu misterius pertama yang dimulai pembangunannya di tengah perang Yaman. Pada tahun 2021, AP melaporkan sebuah landasan pacu sedang dibangun di Pulau Mayun, juga dikenal sebagai Pulau Perim, yang terletak di Selat Bab el-Mandeb yang sempit yang menghubungkan Laut Aden dengan Laut Merah.

Kemudian, pejabat militer dari pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, yang didukung oleh koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi sejak tahun 2015, mengatakan bahwa Uni Emirat Arab sedang membangun landasan pacu tersebut.

Koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi yang bertempur melawan Houthi kemudian mengakui memiliki "peralatan" di pulau tersebut, sementara pemimpin milisi dan keponakan dari mantan presiden kuat Yaman Ali Abdullah Saleh mengakui bahwa pasukan yang didukung oleh Uni Emirat Arab ditempatkan di sana.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU