> >

Peringatan Keras Italia: Mengirim Pasukan NATO ke Ukraina Sama Saja Menyulut Perang Dunia III

Kompas dunia | 16 Maret 2024, 10:02 WIB
Menlu Italia Antonio Tajani mengatakan mengirim pasukan NATO ke Ukraina akan berisiko memicu meletusnya Perang Dunia Ketiga, usai presiden Prancis Emmanuel Macron membuka kemungkinan pengiriman pasukan NATO ke Ukraina untuk membantu melawan Rusia. (Sumber: Anadolu)

ROMA, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, mengatakan mengirim pasukan NATO ke Ukraina akan berisiko memicu meletusnya Perang Dunia Ketiga.

"Saya pikir NATO seharusnya tidak masuk ke Ukraina. Itu akan menjadi kesalahan. Kita perlu membantu Ukraina mempertahankan diri, tetapi masuk ke negara tersebut untuk berperang melawan Rusia berarti mempertaruhkan Perang Dunia Ketiga," kata Tajani dalam wawancara di sebuah acara di kota Verona, Italia utara, seperti dilaporkan Anadolu, Jumat (15/3/2024).

Pernyataan menteri luar negeri ini datang setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengemukakan gagasan mengirim pasukan untuk membela Ukraina dari agresornya.

"Tentara kami sangat baik dalam apa yang mereka lakukan, melindungi kapal-kapal kami di Laut Merah, atau melakukan tugas mereka dengan baik di Lebanon, Afrika, dan Irak. Mereka adalah pembawa perdamaian dan kebebasan," katanya.

Tajani juga mengomentari perang yang sedang berlangsung di Gaza, mengatakan Italia harus bekerja dengan "negara-negara Muslim moderat," seperti Mesir, untuk mencapai kesepakatan perdamaian untuk Jalur Gaza.

"Mesir adalah pemain kunci untuk mencoba menemukan kesepakatan yang akan membawa perdamaian ke Gaza. Mesir, seperti Qatar, adalah negara yang fundamental untuk stabilitas wilayah ini dan Mediterania," katanya.

Sementara itu, di Berlin, Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Jumat (15/3/2024) mengumumkan bahwa negara-negara Eropa akan membeli senjata dari pasar dunia untuk mendukung perang Ukraina melawan Rusia.

Berbicara dalam konferensi pers bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk di Berlin, Scholz mengatakan Eropa bersatu dan bertekad untuk terus mendukung Ukraina.

"Kami hari ini sepakat pada beberapa poin kunci, dan mulai sekarang kami akan memperoleh lebih banyak senjata untuk Ukraina, membelinya dari pasar dunia, itu adalah kemajuan yang bagus," kata Scholz kepada para wartawan.

"Kedua, produksi peralatan militer akan diperluas, juga melalui kerja sama dengan mitra di dalam Ukraina. Dan ketiga, sebagai bagian dari format Rammstein, kami membangun kemampuan baru untuk artileri roket jarak jauh," katanya.

Baca Juga: Putin Tegaskan Rusia Siap Perang Nuklir untuk Pertahankan Kedaulatan

Kanselir Jerman Olaf Scholz menyambut Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk saat mereka memeriksa penjaga kehormatan di Gedung Kanselir di Berlin, Jerman pada 15 Maret 2024. (Sumber: Anadolu)

Keamanan Eropa Terancam di Ukraina

Presiden Prancis Macron menekankan "keamanan dan masa depan Eropa juga dipertaruhkan di Ukraina," menambahkan Prancis, Jerman, dan Polandia akan tetap bersatu mendukung Ukraina.

Menyoroti pentingnya inisiatif konkret yang mereka usulkan hari ini, Macron mengatakan Eropa akan bekerja bersama untuk membeli amunisi dari negara ketiga untuk disampaikan ke Ukraina, jika diperlukan.

Dia mengatakan kemampuan baru yang dimiliki koalisi untuk menyediakan roket jarak jauh ke Ukraina akan dibahas lebih lanjut secara rinci oleh menteri pertahanan negara-negara tersebut dalam beberapa hari mendatang, untuk menciptakan kerangka operasional untuk implementasinya.

Macron juga mengatakan tiga pemimpin membahas situasi di Moldova, dan menegaskan dukungan mereka untuk pemerintah Moldova, di tengah ketegangan antara pemerintah dan separatis pro-Rusia.

Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menekankan pertemuan hari ini penting, karena jelas menunjukkan bahwa "desas-desus buruknya ketidaksetujuan di antara ibu kota Eropa" tidak akurat.

"Kami langsung mengatakan Ukraina harus didukung segera dan seintensif mungkin. Kami siap menyediakan uang kami dan membantu di mana pun diperlukan, sekarang juga, sehingga situasi di Ukraina membaik dan tidak memburuk dalam beberapa minggu dan bulan mendatang," katanya.

Pemimpin Jerman, Prancis, dan Polandia bertemu di Berlin di tengah kekhawatiran di Eropa tentang keberlanjutan dukungan militer AS untuk Ukraina, karena tahun pemilihan, dan kemungkinan masa jabatan kedua bagi mantan Presiden Donald Trump.

Dalam beberapa minggu terakhir, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta sekutu Eropa untuk memberi lebih banyak dukungan dan memperingatkan bahwa tentara Ukraina menghadapi kekurangan kritis amunisi, terutama peluru artileri.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Anadolu


TERBARU