> >

Pelajaran dari India: Makan Siang Gratis Tingkatkan Prestasi Siswa, tapi Luput Atasi Kekurangan Gizi

Kompas dunia | 13 Maret 2024, 08:10 WIB
Anak-anak sekolah di India menikmati program makan siang gratis. Foto ini diunggah pada 3 Oktober 2010. (Sumber: Heather Cowper via Wikimedia)

Akan tetapi, anggaran makan siang per anak dapat berbeda per negara bagian mengingat per negara bagian juga memiliki kemampuan fiskal yang berbeda untuk melaksanakan program makan siang gratis.

Alokasi nutrisi per porsi pun bervariasi per negara bagian. Negara bagian yang tercatat sebagai produsen daging dan susu cenderung mampu menyediakan protein hewani dan susu.

Kementerian Pendidikan India memberikan panduan nutrisi per porsi untuk makan siang gratis sejumlah 100 gram beras/gandum, 20 gram kacang-acangan, 50 gram sayuran, dan  gram lemak. Seporsi makan siang gratis ditargetkan memuat 300 kalori dan 8-12 protein.

Baca Juga: Legislator PKS Soroti Program Makan Siang Gratis: Jangan Sampai Utak-Atik Dana BOS

Selain itu, pemerintah pusat India juga menetapkan panduan dalam hal jumlah juru masak yang dipekerjakan, yakni satu juru masak ditambah satu pembantu per 25 siswa, dua juru masak dan dua pembantu per 26-100 siswa. Jumlah juru masak dan pembantu ditambah satu per tambahan 100 siswa per sekolah.

Pada tahun ajaran 2016-2017, tercatat ada 2,5 juta juru masak dan pembantu yang terlibat program makan siang gratis India. Namun, pemerintah India mengakui kesulitan mendapat juru masak akibat rendahnya honorarium yang ditawarkan.

Menakar keberhasilan program makan siang gratis India

Program makan siang gratis secara umum dinilai berhasil meningkatan kesediaan orang tua menyekolahkan anak dan meningkatkan asupan gizi siswa. Makan siang gratis juga diasosiasikan dengan peningkatan kemampuan belajar siswa di sekolah.

Penelitian Tanika Chakraborty dan Rajshri Jayaraman yang dimuat Journal of Development Economics edisi 139 (2019) menunjukkan bahwa anak yang menerima manfaat makan siang gratis selama lima tahun menunjukkan kemampuan membaca 18 persen lebih tinggi dan kemampuan matematika 9 persen lebih tinggi dibanding anak yang menerima makan siang gratis kurang dari setahun.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin lama siswa menerima manfaat makan siang gratis, maka prestasi belajar semakin meningkat.

Sementara itu, penelitian oleh Farzana Afridi (2010) menunjukan bahwa makan siang gratis juga dapat menurunkan defisiensi protein anak sekolah dasar hingga 100 persen, defisiensi kalori hingga 30 persen, dan defisiensi zat besi hingga 10 persen.

Akan tetapi, program makan siang gratis anak sekolah di India belum mampu menurunkan angka kekurangan gizi secara signifikan. Menurut Global Hunger Index (GHI) 2023, angka kekurangan gizi di India masih mencapai 16,6 persen pada kurun 2020-2022 atau hampir dua dekade usai makan siang gratis diterapkan secara nasional.

Angka stunting India pun masih mencapai 35,5 persen, wasting (kekurangan berat badan anak) 18,7 persen, dan mortalitas balita 3,1 persen. India menempati peringkat 111 dari 125 negara dalam GHI 2023, masuk kategori "serius".

Pada 2000, sebelum makan siang gratis diberlakukan, India mencatatkan angka kurang gizi mencapai 18,3 persen, mortalitas balita 9,2 persen, wasting 17,8 persen, dan stunting 51 persen.

Sementara itu, Indonesia tercatat relatif berhasil meningkatkan kesejahteraan anak dengan angka kurang gizi 5,9 persen, mortalitas balita 2,2 persen, wasting 10,2 persen, dan stunting 30,8 persen per GHI 2023. Sedangkan pada 2000, angka kurang gizi di Indonesia mencapai 19 persen, mortalitas balita 5,2 persen, wasting 5,5 persen, dan stunting 42,3 persen.

Baca Juga: Mengenal Wasting pada Anak, Masalah Gizi Selain Stunting

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU