> >

Bantah Biden, Mesir Tegaskan Perbatasan Rafah Selalu Terbuka Tanpa Syarat bagi Bantuan Kemanusiaan

Kompas dunia | 10 Februari 2024, 09:23 WIB
Mesir hari Jumat, (9/2/2024) menegaskan pintu perbatasan Rafah dengan Gaza dari sisi Mesir sejak awal selalu terbuka tanpa syarat atau batasan apapun bagi bantuan kemanusiaan. (Sumber: Anadolu)

KAIRO, KOMPAS.TV - Mesir menegaskan pintu perbatasan Rafah dengan Gaza dari sisi Mesir sejak awal selalu terbuka tanpa syarat atau batasan apapun bagi bantuan kemanusiaan.

Mesir juga menyatakan kesiapannya bekerja sama dengan AS dalam menyediakan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Jalur Gaza, menegaskan Kairo telah melakukannya sejak awal melalui perlintasan Rafah bekerja sama dengan komunitas global, seperti laporan Anadolu, Jumat, (9/2/2024).

Walau begitu Kairo dengan keras memperingatkan, setiap upaya untuk mengusir paksa warga Palestina dari tanah air mereka pasti akan gagal.

Mesir sejak awal "membuka perlintasan perbatasan Rafah dari sisi Mesir tanpa batasan atau syarat apa pun," demikian disampaikan oleh kepresidenan Mesir dalam sebuah pernyataan sebagai tanggapan terhadap pernyataan Presiden AS Joe Biden, yang mengklaim telah meyakinkan Presiden Abdel Fattah el-Sisi untuk membuka gerbang perlintasan dan memperbolehkan bantuan masuk.

"Mengacu pada pernyataan Presiden AS Joe Biden pada 8 Februari 2024 mengenai situasi di Jalur Gaza, Kepresidenan Republik mengonfirmasi keselarasan sikap dan upaya bersama yang berkelanjutan serta kerja sama yang erat antara Mesir dan Amerika Serikat terkait pencapaian ketenangan di Jalur Gaza," demikian bunyi pernyataan tersebut.

Kepresidenan Mesir dalam pernyataannya menambahkan, "Mengenai posisi dan peran Mesir dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada Jalur Gaza dan bantuan kepada saudara-saudara Palestina, Kepresidenan Republik menyatakan dengan tegas bahwa, sejak awal, Mesir membuka perlintasan perbatasan Rafah dari sisi Mesir tanpa batasan atau syarat apa pun."

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa Mesir "telah menggerakkan bantuan kemanusiaan dan bantuan, yang datang baik dari Mesir sendiri maupun dari berbagai negara di seluruh dunia yang memberikan dukungan langsungnya ke Bandara Al Arish."

"Mesir memberikan tekanan besar pada semua pihak yang terlibat untuk memastikan aliran bantuan ini masuk ke sektor tersebut. Namun, pemboman yang berulang kali terjadi di sisi Palestina dari perlintasan oleh Israel, yang terjadi empat kali, menghambat dan menghentikan proses pengiriman," lanjut pernyataan tersebut.

Baca Juga: Netanyahu Perintahkan Pasukan Israel Merangsek ke Rafah, Malapetaka Besar Mengintai Pengungsi Gaza

Citra satelit yang disediakan oleh Planet Labs PBC menunjukkan kota Rafah di Gaza selatan pada 13 Oktober 2023. Kota ini biasanya dihuni oleh 280.000 orang. Namun populasinya telah membengkak menjadi lebih dari 1,5 juta – sekitar tiga perempat dari populasi Gaza. (Sumber: AP Photo)

Mesir menekankan "begitu pengeboman di sisi Gaza berakhir, Mesir segera melakukan perbaikan dan penyesuaian teknis yang diperlukan, memfasilitasi pemulihan aliran jumlah besar bantuan kemanusiaan dan bantuan kepada warga Gaza."

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam konferensi pers di Gedung Putih hari Kamis (8/2/2024), "Seperti yang Anda ketahui, awalnya, presiden Meksiko (Mesir), Sisi, tidak ingin membuka pintu untuk barang kemanusiaan masuk. Saya berbicara dengannya. Saya meyakinkannya untuk membuka pintu."

"Saya berbicara dengan Bibi (Netanyahu) untuk membuka pintu di sisi Israel," kata Biden, menambahkan, "Saya telah berusaha sangat keras, sangat keras, untuk membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza. Ada banyak orang tak bersalah yang kelaparan, banyak orang tak bersalah yang dalam kesulitan dan sekarat, dan ini harus dihentikan."

Amerika Serikat hari Kamis (8/2/2024) memberikan peringatan keras kepada Israel terkait kemungkinan operasi militer di Rafah, menyebutnya sebagai "bencana" bagi lebih dari 1 juta warga Palestina yang tengah mengungsi di sana. 

Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, sebelumnya hari Kamis menyatakan bahwa militer akan melancarkan serangan di daerah dekat perbatasan Mesir, setelah sebelumnya memerintahkan banyak warga Palestina dari wilayah lain di kawasan pesisir untuk mencari perlindungan di Rafah.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, menjelaskan kepada wartawan bahwa Amerika Serikat belum punya informasi mengenai "rencana yang bisa meyakinkan kami bahwa mereka akan, atau segera, melakukan operasi besar di Rafah."

"Ketika melaksanakan operasi di sana atau di tempat lain, militer Israel memiliki kewajiban khusus untuk memastikan bahwa mereka mempertimbangkan perlindungan bagi kehidupan sipil yang tidak bersalah, terutama warga sipil yang dipaksa ke selatan Gaza oleh operasi di bagian utara," katanya.

"Tanpa pertimbangan penuh untuk melindungi warga sipil dalam skala besar di Gaza, operasi militer saat ini akan menjadi bencana bagi mereka, dan itu bukan sesuatu yang akan kami dukung," kata Kirby.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Anadolu


TERBARU