> >

Terbongkar, Israel Ternyata Tahu Rencana Serangan Hamas Setahun Sebelumnya tapi Sengaja Diabaikan

Kompas dunia | 2 Desember 2023, 12:14 WIB
Personel Hamas menaiki jip militer yang direbut dari Israel pada 7 Oktober. Dokumen, email, dan wawancara menunjukkan Israel telah memperoleh rencana serangan 7 Oktober Hamas lebih dari setahun sebelumnya. Namun, pejabat militer dan intelijen Israel sengaja mengabaikan rencana tersebut dan menganggapnya hanya aspirasional, khayalan, dan terlalu sulit untuk dijalankan. (Sumber: New York Times)

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Dokumen, email, dan wawancara menunjukkan Israel telah memperoleh rencana serangan 7 Oktober Hamas lebih dari setahun sebelumnya. Namun, pejabat militer dan intelijen Israel sengaja mengabaikan rencana tersebut dan menganggapnya hanya aspirasional, khayalan, dan terlalu sulit untuk dijalankan Hamas.

Dokumen setebal 40 halaman, yang pemerintah Israel sebut dengan kode "Jericho Wall," atau Tembok Jericho, secara detail merinci rencana serangan yang mengakibatkan kematian sekitar 1.200 orang warga Israel, baik oleh Hamas maupun oleh militer Israel sendiri, seperti laporan New York Times, Kamis, (30/11/2023).

Dokumen yang diterjemahkan dan diteliti itu tidak menetapkan tanggal serangan, tetapi menggambarkan serangan metodis yang dirancang untuk menundukkan benteng-benteng Israel di sekitar Jalur Gaza, mengambil alih kota-kota Israel, dan menyerang pangkalan militer kunci, termasuk markas divisi.

Hamas ternyata menjalankan rencana tersebut dengan presisi yang mengejutkan. Dokumen itu memerintahkan salvo roket pada awal serangan, drone pengebom untuk menonaktifkan kamera keamanan dan senapan berat yang menembak secara otomatis di sepanjang perbatasan, serta penembak dengan parasut bermotor, penyerbu menggunakan sepeda motor, dan pejalan kaki untuk masuk ke Israel secara massal, dan semuanya terjadi pada serangan 7 Oktober.

Rencana itu juga mencakup detail tentang lokasi dan ukuran pasukan militer Israel, pusat-pusat komunikasi, dan informasi sensitif lainnya, yang menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Hamas mendapatkan intelijennya dan apakah ada kebocoran di dalam lembaga keamanan Israel.

Dokumen tersebut beredar luas di kalangan pemimpin militer dan intelijen Israel, namun para ahli Israel menentukan bahwa serangan sebesar itu di luar kemampuan Hamas, menurut dokumen dan pernyataan pejabat Israel. Belum jelas apakah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atau pemimpin politik puncak lainnya melihat dokumen tersebut.

Setahun setelah dokumen itu diperoleh, pejabat di divisi militer Gaza Israel, yang bertanggung jawab atas pertahanan perbatasan dengan Gaza, menyatakan bahwa niat Hamas masih tidak jelas.

"Belum bisa dipastikan apakah rencana ini asli dan bagaimana rencana itu akan diwujudkan," demikian analisis militer Israel yang ditinjau oleh The New York Times.

Baca Juga: Gencatan Senjata Usai, Bombardir Israel ke Gaza Langsung Tewaskan 184 Warga Sipil Palestina

Dokumen, email, dan wawancara menunjukkan Israel telah memperoleh rencana serangan 7 Oktober Hamas lebih dari setahun sebelumnya. Namun, pejabat militer dan intelijen Israel sengaja mengabaikan rencana tersebut dan menganggapnya hanya aspirasional, khayalan, dan terlalu sulit untuk dijalankan. (Sumber: New York Times / Hamas)

Kemudian, pada bulan Juli, hanya tiga bulan sebelum serangan, seorang analis senior yang bekerja pada Unit 8200, agen intelijen sinyal Israel, memperingatkan bahwa Hamas melakukan latihan intensif sepanjang hari yang tampak serupa dengan apa yang diuraikan dalam dokumen rencana.

Namun, seorang kolonel di divisi Gaza menepis kekhawatiran tersebut, menurut email terenkripsi yang dilihat oleh The New York Times, "Saya benar-benar menolak bahwa skenario ini imajiner," tulis analis itu dalam pertukaran email. Latihan yang dilakukan oleh Hamas, katanya, sepenuhnya sesuai dengan "isi rencana Jericho Wall."

"Ini adalah rencana yang dirancang untuk memulai perang," tambahnya. "Bukan hanya serangan ke desa."

Pejabat Israel lalu secara pribadi mengakui jika militer Israel serius menganggap peringatan ini dan mengarahkan penguatan signifikan ke selatan, di mana Hamas menyerang, Israel bisa meredam serangan atau bahkan mencegahnya. Namun, malah militer Israel tidak siap ketika Hamas menyerbu dari Jalur Gaza, menjadikan itu sebagai hari paling mematikan dalam sejarah Israel.

Pejabat keamanan Israel sudah mengakui kegagalan mereka untuk melindungi negara, dan pemerintah diharapkan membentuk komisi untuk mempelajari peristiwa yang menyebabkan serangan tersebut.

Dokumen Jericho Wall memperlihatkan serangkaian kesalahan beruntun selama bertahun-tahun yang berujung pada apa yang Israel sekarang pandang sebagai kegagalan intelijen Israel terburuk sejak serangan mengejutkan yang mengarah ke Perang Arab-Israel tahun 1973.

Salah satu kegagalan ini didasarkan pada keyakinan tunggal yang fatal, yaitu keyakinan yang sangat tidak akurat bahwa Hamas tidak punya kemampuan untuk menyerang dan tidak akan berani melakukannya. Keyakinan itu sangat tertanam dalam pemerintah Israel, kata pejabat, sehingga mereka mengabaikan bukti yang semakin bertambah.

Militer Israel dan Badan Keamanan Israel, yang bertanggung jawab atas kontraterorisme di Gaza, menolak berkomentar.

Baca Juga: Serangan Israel Berlanjut, PBB: Neraka Dunia Telah Kembali ke Gaza

Peta sasaran serangan Hamas di Israel. Dokumen, email, dan wawancara menunjukkan Israel telah memperoleh rencana serangan 7 Oktober Hamas lebih dari setahun sebelumnya. Namun, pejabat militer dan intelijen Israel sengaja mengabaikan rencana tersebut dan menganggapnya hanya aspirasional, khayalan, dan terlalu sulit untuk dijalankan. (Sumber: New York Times / Kompas TV)

Israel tidak mengungkapkan bagaimana mereka mendapatkan dokumen Jericho Wall, tetapi itu adalah salah satu dari beberapa versi rencana serangan yang dikumpulkan selama bertahun-tahun. Sebagai contoh, memorandum Kementerian Pertahanan tahun 2016 mengatakan, "Hamas bermaksud memindahkan konfrontasi berikutnya ke wilayah Israel."

Serangan semacam itu kemungkinan akan melibatkan penyanderaan dan "menduduki komunitas Israel (dan mungkin bahkan sejumlah komunitas)," demikian bunyi memo itu.

Dokumen Jericho Wall, dinamai berdasarkan benteng kuno di Tepi Barat modern, bahkan lebih eksplisit. Rinciannya mencakup serangan roket untuk mengalihkan perhatian tentara Israel dan mengirim mereka cepat-cepat masuk ke bunker, dan drone untuk menonaktifkan langkah-langkah keamanan yang rumit di sepanjang pagar perbatasan yang memisahkan Israel dan Gaza.

Prajurit Hamas kemudian akan menembus 60 titik di pagar perbatasan Gaza lalu melintasi perbatasan ke Israel. Dokumen itu dimulai dengan kutipan dari Quran: "Menyeranglah mereka melalui pintu. Jika Anda melakukannya, Anda pasti akan menang."

Frasa yang sama banyak digunakan oleh Hamas dalam video dan pernyataannya sejak 7 Oktober.

Salah satu tujuan paling penting yang diuraikan dalam dokumen itu adalah merebut pangkalan militer Israel di Re'im, yang merupakan markas divisi Gaza yang bertanggung jawab atas perlindungan wilayah tersebut. Pangkalan lain yang berada di bawah komando divisi tersebut juga dicantumkan.

Hamas mencapai tujuan tersebut pada 7 Oktober, menerjang Re'im dan merebut sebagian pangkalan itu.

Keberanian dan kenekatan rencana serbuan tersebut, kata Israel, membuatnya mudah diabaikan karena dianggap terlalu ambisius dibanding perkiraan kemampuan Hamas.

Baca Juga: Bekas PM Israel Ehud Barak Sebut Hamas Masih Kuat di Gaza Utara dan Selatan: Netanyahu Harus Dipecat

Kibbutz Beeri. Militer Israel ternyata membunuhi rakyat sendiri termasuk penyandera mereka, Hamas, saat kelompok Palestina itu menyerang berbagai desa Israel tanggal 7 Oktober lalu. Selain itu, helikopter tempur Israel menurut penyelidikan internal juga menembaki rakyat mereka sendiri di festival musik saat berupaya mengejar Hamas. (Sumber: Twitter/CombatAntisemitism)

Setiap kekuatan militer menulis rencana yang tidak pernah mereka jalankan, dan pejabat Israel menilai bahwa, bahkan jika Hamas menyerang, mungkin hanya akan mampu mengerahkan beberapa puluh orang, bukan ribuan yang pada akhirnya menyerang.

Israel juga keliru membaca tindakan Hamas yang sebelum serangan, sibuk bernegosiasi untuk mendapatkan izin agar lebih banyak warga Palestina boleh bekerja di Israel, yang dianggap pejabat Israel sebagai tanda bahwa Hamas tidak mencari perang.

Tetapi Hamas menyusun rencana serangan selama bertahun-tahun, dan pejabat Israel mendapatkan versi sebelumnya dari rencana itu. Apa yang bisa menjadi kemenangan intelijen berubah menjadi salah satu salah perhitungan terburuk dalam sejarah 75 tahun Israel.

Pada September 2016, kantor menteri pertahanan menyusun memorandum rahasia berdasarkan versi rencana serangan Hamas yang jauh lebih awal. Memorandum itu, yang ditandatangani oleh menteri pertahanan saat itu, Avigdor Lieberman, mengatakan invasi dan penyanderaan akan "mengakibatkan kerusakan parah pada kesadaran dan moral warga Israel."

Memo itu mengatakan Hamas berhasil membeli senjata canggih, pembunuh GPS, dan drone. Juga disebutkan Hamas meningkatkan kekuatan tempurnya menjadi 27.000 orang, menambah 6.000 personel dalam dua tahun. Hamas berharap mencapai 40.000 pada tahun 2020, demikian dinyatakan dalam memo itu.

Tahun lalu, setelah Israel mendapatkan dokumen Jericho Wall, divisi militer Gaza menyusun penilaian intelijen mereka sendiri tentang rencana invasi terbaru ini.

Hamas "memutuskan untuk merencanakan serangan baru, belum pernah terjadi sebelumnya dalam cakupannya," tulis analis militer Israel. Dikatakan Hamas bermaksud melakukan operasi tipu muslihat diikuti oleh "manuver besar-besaran" dengan tujuan menghancurkan divisi itu.

Namun, divisi Gaza menyebut rencana itu sebagai "kompas." Dengan kata lain, divisi tersebut menganggap Hamas tahu apa yang ingin mereka kerjakan tetapi belum mampu untuk sampai ke sana, dalam arti belum mencapai tingkat yang memungkinkan untuk melakukan serbuan.

Baca Juga: Indonesia di DK PBB Tuntut Gencatan Senjata Penuh di Gaza untuk Bantuan Kemanusiaan, Kecam Netanyahu

Personil Hamas saat menduduki pusat intelijen militer Israel. Dokumen, email, dan wawancara menunjukkan Israel telah memperoleh rencana serangan 7 Oktober Hamas lebih dari setahun sebelumnya. Namun, pejabat militer dan intelijen Israel sengaja mengabaikan dan menganggapnya hanya aspirasional, khayalan, dan terlalu sulit untuk dijalankan. (Sumber: New York Time / Hamas)

Pada 6 Juli 2023, analis veteran Unit 8200 intelijen Israel menulis kepada sekelompok ahli intelijen lainnya bahwa puluhan komando Hamas baru-baru ini melakukan latihan, dengan komandan Hamas senior hadir langsung untuk mengawasi jalannya latihan.

Latihan itu termasuk simulasi menembak jatuh pesawat Israel dan merebut sebuah kibbutz serta pangkalan pelatihan militer dan membunuh semua kadet. Selama latihan, para kombatan Hamas menggunakan frasa yang sama dari Quran yang muncul di bagian atas dokumen rencana Jericho Wall, tulisnya dalam pertukaran email.

Analis itu memperingatkan latihan itu sangat mirip dengan rencana Jericho Wall, dan Hamas sedang membangun kapasitas untuk melaksanakannya.

Seorang kolonel di divisi Gaza memuji analisis tersebut tetapi mengatakan latihan itu adalah bagian dari skenario yang "sepenuhnya imajinatif," bukan indikasi kemampuan Hamas untuk melaksanakannya, "Singkatnya, mari kita tunggu dengan sabar," tulis kolonel tersebut.

Pertukaran pendapat tersebut terus berlanjut, dengan beberapa kolega mendukung kesimpulan awal analis itu. Segera, ia menyinggung pelajaran dari perang 1973, di mana pasukan Suriah dan Mesir mengepung pertahanan Israel. Pasukan Israel saat itu mengkonsolidasikan diri dan menggagalkan invasi, tetapi kegagalan intelijen itu lama menjadi pelajaran bagi pejabat keamanan Israel.

"Kita sudah mengalami pengalaman serupa 50 tahun yang lalu di front selatan dalam kaitannya dengan skenario yang tampaknya imajinatif, dan sejarah bisa terulang jika kita tidak hati-hati," tulis analis itu kepada rekannya.

Meskipun menakutkan, tidak ada email yang memprediksi perang sudah dekat. Analis itu juga tidak menantang keyakinan umum di kalangan pejabat intelijen Israel bahwa Yahya Sinwar, pemimpin Hamas, tidak tertarik berperang dengan Israel.

Namun, dia benar-benar menilai kemampuan Hamas ternyata meningkat secara drastis. Kesenjangan antara yang mungkin dan yang diperkirakan terjadi malah menyempit secara signifikan.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : New York Times


TERBARU