> >

Lebih Dari 10.000 Warga Palestina Tewas karena Serangan Israel di Gaza, Pembersihan Etnis Nyata?

Kompas dunia | 6 November 2023, 23:42 WIB
Warga Palestina mencari korban selamat dari pemboman Israel di kamp pengungsi Maghazi di Jalur Gaza pada Minggu, 5 November 2023. (Sumber: AP Photo/Hatem Moussa)

GAZA, KOMPAS.TV - Sebanyak lebih dari 10.000 warga Palestina tewas karena serangan Israel yang tanpa henti selama 31 hari di Gaza.

Jumlah tersebut diungkapkan oleh Kementerian Kesehatan Gaza, Senin (6/11/2023).

Mereka mengungkapkan total angka kematian warga Palestina setidaknya mencapai 10.022 orang.

Dari jumlah tersebut, 1.404 di antaranya adalah anak-anak.

Baca Juga: Israel Ungkap Telah Membelah Dua Gaza, Tandai Gempuran yang akan Kian Parah untuk Hancurkan Hamas

Selain itu, juga masih banyak korban yang terjebak di bawah reruntuhan.

“Jumlahnya (angka kematian) diperkirakan akan meningkat karena setidaknya ada 2.000 orang berada di bawah reruntuhan,” seperti dilaporkan Al-Jazeera dari Khan Younis yang ada di selatan Gaza.

“Masalahnya, dengan kurangnya mesin dan peralatan berat, tim penyelamat di lapangan tak mampu memindahkan dan menarik jasa-jasad itu dari bawah reruntuhan,” tambahnya.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan juga mengunghkapkan korban luka-luka sejak serangan pada 7 Oktober juga meningkat menjadi 25,408 orang.

Ia juga menambahkan bahwa Israel telah melakukan 18 serangan sejam terakhir, yang menyebabkan 252 orang tewas.

Israel melakukan serangan ke Gaza dengan dalih upaya menghancurkan Hamas, meski kenyataannya lebih banyak warga sipil yang menjadi korban.

Serangan Israel sendiri merupakan pembalasan atas serangan Hamas ke wilayah Israel yang disebut telah menghabisi 1.400 warga Israel.

Banyaknya jumlah korban tewas, serta seruan Israel agar warga Gaza utara melakukan relokasi ke selatan dari utara membuat apa yang disebut pembersihan etnis oleh Israel kian nyata.

Baca Juga: 3 Pesawat Pengangkut Bantuan Kemanusiaan Indonesia untuk Palestina Tiba di Mesir

Kota Richmond di California, sebelumnya menjadi kota AS pertama yang menuduh Israel bersalah karena pembersihan etnis.

Apalagi sebelumnya sebuah lembaga pemikir Israel yang memiliki kaitan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, sempat mengeluarkan laporan pada 17 Okrober  tentang usaha pembersihan etnis di Gaza.

Lembaga pemikir Misgav telah mempromosikan sebuah ckesempatan unik dan langka untuk melakukan relokasi dan pemukiman final di seluruh wilayah Gaza.

Laporan tersebut menganjurkan pemanfaatan momen saat ini untuk mencapai tujuan lama Zionsi, yakni memindahkan warga Palestina dari tanahnya.

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada

Sumber : Al-Jazeera


TERBARU