> >

Konspirasi Kebakaran Hawaii, Benarkah Maui Sengaja Dibakar karena akan Diubah Jadi Smart City?

Kompas dunia | 17 Agustus 2023, 19:41 WIB
Rumah-rumah yang dilahap api dalam kebakaran hutan baru-baru ini terlihat di Lahaina, Hawaii, Rabu, 16 Agustus 2023. Associated Press pada Rabu, 16 Agustus 2023 melaporkan tentang postingan media sosial yang dengan salah mengeklaim bahwa Maui mengadakan konferensi tentang mengubah seluruh pulau menjadi kota pintar pada bulan Januari dan akan mengadakan pertemuan lain bulan depan tentang penggunaan kecerdasan buatan untuk mengatur pulau tersebut, membuktikan bahwa kebakaran hutan baru-baru ini sengaja disulut untuk mengubah gagasan-gagasan ini menjadi kenyataan. (Sumber: AP Photo/Jae C. Hong)

HAWAII, KOMPAS.TV - Peristiwa kebakaran hutan hebat telah terjadi di Hawaii, tepatnya di Pulau Maui, pada 11 Agustus 2023 lalu.

Teranyar, jumlah korban tewas dari kebakaran tersebut sudah mencapai 110 jiwa dan menjadi bencana kebakaran paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat selama 100 tahun terakhir.

Tragedi kebakaran Hawaii tersebut kemudian memunculkan sebuah teori konspirasi bahwa Pulau Maui sengaja dibakar untuk dijadikan daerah smart city atau kota pintar.

Ada klaim yang menyebut, pada Januari 2023 lalu, Maui menjadi tuan rumah sebuah konferensi intuk menjadikan seluruh pulau menjadi kota pintar.

Dan pada bulan depan, disebutkan ada pertemuan lain tentang penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk mengatur pulau Maui.

Maka dari itu, kebakaran di Maui ini dianggap sengaja dilakukan untuk mewujudkan kota pintar dan penggunaan AI.

Akan tetapi, dilansir dari Associated Press, Kamis (17/8/2023), klaim tersebut adalah salah.

Konferensi Internasional Hawaii tentang Ilmu Sistem pada bulan Januari lalu bukanlah tentang mengubah Maui menjadi "pulau pintar."

Acaratersebut adalah pertemuan tahunan yang berfokus pada isu-isu baru dalam sektor teknologi informasi secara global. 

Begitu pula untuk Seminar Pemerintahan Digital Hawaii pada bulan depan. Acara ini tidak secara khusus berfokus pada penggunaan kecerdasan buatan di Maui, melainkan tentang bagaimana pemerintahan di seluruh negara bagian dapat lebih baik beradaptasi dengan teknologi-teknologi baru. 

Baca Juga: Korban Jiwa Kebakaran Hawaii Tembus 106, Kerugian Lebih dari Rp50 Triliun

Selain itu, seminar tersebut juga berlangsung di pulau lain di Hawaii, bukan di Maui.

Bantahan Konspirasi Kebakaran Hawaii

Hingga saat ini, pihak berwenang masih terus menyelidiki penyebab kebakaran hutan di Maui.

Namun sejumlah pengguna media sosial berpendapat bahwa pejabat pemerintah telah lama merencanakan untuk menghancurkan pulau tersebut guna mewujudkan visi mereka tentang sebuah kota "pintar" atau yang biasa disebut "smart city".

Banyak yang mencoba menghubungkan titik-titik antara kebakaran dengan upaya untuk menggabungkan teknologi energi digital dan terbarukan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Sejumlah unggahan di media sosial pun mengatakan bahwa organisasi global seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Forum Ekonomi Dunia sedang merencanakan untuk memaksa orang-orang pindah ke "kota pintar" futuristik atau "kota 15 menit" di mana kebebasan mereka akan sangat dibatasi oleh teknologi canggih.

"Yang mereka tidak bicarakan adalah pada bulan Januari bagaimana mereka mengadakan konferensi kota pintar di Maui untuk mengubah seluruh pulau menjadi pulau pintar, mengubah segalanya menjadi listrik, energi terbarukan, panel surya, dan mendorong semua orang untuk menggunakan kendaraan listrik — kota pintar 15 menit," kata seorang pria dalam salah satu video yang banyak dibagikan.

"Jadi, sekarang yang juga menarik adalah bulan depan, bulan September, Hawaii akan menjadi tuan rumah seminar pemerintahan digital, menggunakan kecerdasan buatan untuk mengatur pulau ini," lanjut pria itu. 

"Hampir seolah-olah mereka sedang me-reset sesuatu untuk mulai membangun ulang untuk hal ini."

Namun, unggahan-unggahan tersebut tidak hanya salah menggambarkan konsep "kota pintar" dan "kota 15 menit," tetapi juga membuat pernyataan-pernyataan palsu tentang konferensi-konferensi itu sendiri.

"Kota pintar" umumnya merujuk pada komunitas yang menggunakan teknologi baru untuk meningkatkan operasi, sementara "kota 15 menit" adalah prinsip desain perkotaan yang menekankan pembangunan komunitas yang lebih kompak di mana kebutuhan sehari-hari dapat ditemukan dalam jarak 15 menit berjalan kaki. 

Baca Juga: Benarkah Kebakaran Hawaii yang Telan 99 Nyawa Disebabkan Kabel Listrik?

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU