> >

Terjebak Perang, Puluhan Bayi dan Balita Yatim Piatu Tewas Kelaparan di Panti Asuhan Khartoum Sudan

Kompas dunia | 1 Juni 2023, 08:20 WIB
Jasad terbungkus kafan bayi yatim piatu yang meninggal akibat sakit dan kelaparan di panti asuhan di Khartoum, Sudan, akibat terjebak pertempuran di Sudan. Setidaknya 60 bayi, balita, dan anak-anak yatim piatu di berbagai panti asuhan tewas mengenaskan akibat kelaparan dan sakit selama enam minggu terakhir. (Sumber: AP Photo)

Situasinya sangat mengerikan dalam tiga minggu pertama konflik ketika pertempuran paling sengit terjadi.

Pada satu titik selama periode ini, anak-anak dipindahkan ke lantai pertama agar jauh dari jendela, untuk menghindari terkena tembakan sembarangan atau pecahan meriam, kata seorang perawat lain yang dikenal sebagai Sister Teresa.

"Terlihat seperti penjara ... kita semua seperti narapidana yang tidak dapat melihat keluar dari jendela. Kita semua terjebak," katanya.

Selama periode ini, makanan, obat-obatan, susu formula bayi, dan pasokan lainnya semakin berkurang karena para pengasuh tidak dapat keluar dan mencari bantuan, kata Abdalla.

Baca Juga: Kedutaan Besar Qatar di Khartoum Diserang, Pengeboman Udara dan Saling Tembak Artileri Guncang Sudan

Truk UNICEF yang akhirnya bisa masuk memberi bantuan kepada yatim piatu di panti asuhan kot a Khartoum, Sudan. Setidaknya 60 bayi, balita, dan anak-anak yatim piatu di berbagai panti asuhan tewas mengenaskan akibat kelaparan dan sakit selama enam minggu terakhir. (Sumber: AP Photo)

"Pernah untuk waktu yang cukup lama, selama berhari-hari, kami tidak bisa menemukan apa pun untuk memberi makan mereka," kata Abdalla. "Mereka (anak-anak) menangis sepanjang waktu karena mereka lapar."

Seiring fasilitas menjadi tidak dapat dijangkau, jumlah perawat, pengasuh, dan tenaga pengasuh lainnya berkurang.

Banyak pengasuh adalah pengungsi dari Ethiopia, Eritrea, atau Sudan Selatan yang melarikan diri dari pertempuran seperti ratusan ribu orang lainnya, kata Abdalla.

"Kami akhirnya hanya memiliki satu atau dua pengasuh melayani 20 anak atau lebih, termasuk anak-anak cacat," kata Moustafa, relawan tersebut.

Bayi-bayi serta anak-anak kecil lalu mulai meninggal satu per satu. Pada awalnya, terdapat antara tiga hingga enam kematian per minggu, kemudian jumlah korban meningkat dengan cepat, kata perawat. Puncaknya terjadi pada Jumat, dengan 14 kematian, diikuti oleh 12 kematian hari Sabtu.

AP memperoleh 11 sertifikat kematian untuk anak-anak di panti asuhan tersebut, termasuk delapan kematian hari Minggu dan tiga kematian di hari Sabtu.

Semua sertifikat kematian tersebut mencantumkan kegagalan sirkulasi sebagai penyebab kematian, tetapi juga menyebutkan faktor-faktor lain seperti demam, dehidrasi, kekurangan gizi, dan gagal tumbuh.

Baca Juga: Kepala Militer Sudan Bekukan Rekening Bank Kelompok Rival dalam Pertempuran Mengendalikan Negara

Kondisi halaman panti asuhan. Setidaknya 60 bayi, balita, dan anak-anak yatim piatu di berbagai panti asuhan tewas mengenaskan akibat kelaparan dan sakit selama enam minggu terakhir. (Sumber: AP Photo)

Bahkan sebelum pecahnya pertempuran, panti asuhan tersebut kekurangan infrastruktur dan peralatan yang memadai, kata Moustafa.

Dua puluh hingga 25 anak dipadatkan dalam setiap ruangan, banyak yang tidur di lantai. Bayi-bayi tidur berdua di tempat tidur bayi logam berwarna merah muda.

Panti asuhan tersebut didirikan pada tahun 1961. Meskipun mendapatkan dana dari pemerintah, panti asuhan tersebut sangat bergantung pada sumbangan dan bantuan dari lembaga amal lokal dan internasional.

Panti asuhan ini menjadi headline berita di masa lalu, yang terakhir kali pada Februari 2022 ketika setidaknya 54 anak dilaporkan meninggal dalam waktu kurang dari tiga bulan.

Saat itu, para aktivis meluncurkan seruan online untuk mendapatkan bantuan, dan militer mengirim bantuan makanan dan bantuan lainnya.

Fasilitas yang dikelola pemerintah ini berada di sebuah bangunan tiga lantai dengan taman bermain di daerah Daym di pusat Khartoum.

Daerah tersebut mengalami beberapa pertempuran paling sengit, dengan peluru dan serpihan meriam yang menyerang rumah-rumah di sekitarnya dan infrastruktur sipil lainnya, menurut para pekerja dan seorang fotografer lepas yang bekerja dengan AP dan tinggal dekat dengan panti asuhan tersebut.

Baca Juga: PBB Kirim Kepala Badan Bantuan Darurat ke Sudan, Gegara Krisis Kemanusiaan Kian Memburuk

Asap membubung di langit Khartoum, Sudan, di dekat Rumah Sakit Internasional Doha pada Jumat, 21 April 2023. Pertempuran antara militer dan sebuah kelompok paramiliter pecah di Sudan. (Sumber: Maheen S via AP)

Berita tentang kematian ini menimbulkan kecaman publik, dengan para aktivis meminta bantuan untuk anak-anak tersebut.

Nazim Sirag, seorang aktivis yang memimpin lembaga amal lokal Hadhreen, memimpin upaya untuk menyediakan relawan dan pasokan ke panti asuhan.

"Panti asuhan ini berada dalam kondisi krisis sejak hari pertama pertempuran dimulai," katanya. "Situasinya sangat buruk dan segera butuh bantuan."

Dia mengatakan telah berbicara dengan pejabat dan pekerja kemanusiaan di Khartoum, serta dengan Badan Anak-anak PBB, UNICEF, dan Komite Palang Merah Internasional, meminta bantuan untuk segera melakukan evakuasi anak-anak dari panti asuhan dan pengiriman pasokan yang diperlukan.

Sirag juga berharap panti asuhan tersebut akan dipindahkan ke tempat yang lebih aman di luar Khartoum.

"Panti asuhan tersebut berada dalam situasi yang sangat buruk dan tidak layak," katanya. "Kami harus melakukan segala upaya untuk menyelamatkan anak-anak itu secepat mungkin."

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press


TERBARU