WHO Menyatakan Pandemi Covid-19 Tidak Lagi Berstatus Darurat Global, Ini Makna Pernyataan WHO
Kompas dunia | 6 Mei 2023, 06:20 WIBLONDON, KOMPAS.TV - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Jumat (5/5/2023) menurunkan penilaian tentang pandemi virus corona, mengatakan bahwa hal tersebut tidak lagi memenuhi syarat berstatus kedaruratan global. Tindakan ini membatalkan deklarasi yang pertama kali dibuat pada 30 Januari 2020, ketika penyakit tersebut belum diberi nama Covid-19 dan ketika tidak ada wabah besar di luar China.
Berikut adalah apa yang menjadi makna dari keputusan WHO untuk menurunkan status Covid-19 menjadi tidak lagi berstatus Darurat Global, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press pada Jumat (5/5/2023).
Mengapa WHO Mengakhiri Status Covid-19 sebagai Kedaruratan Global?
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pandemi Covid-19 telah menurun selama lebih dari satu tahun, dengan kekebalan populasi meningkat hasil dari vaksinasi dan infeksi.
Hal tersebut, katanya, memungkinkan sebagian besar negara untuk kembali ke kehidupan seperti yang kita kenal sebelum Covid-19, yang berarti bagian terburuk dari pandemi sudah berakhir.
Tedros mengatakan selama setahun terakhir, WHO dan para ahli daruratnya telah menganalisis data Covid-19 untuk memutuskan kapan saat yang tepat untuk menurunkan status Covid-19.
Pada hari Kamis (4/5/2023), para ahli merekomendasikan kepada Tedros bahwa Covid-19 tidak lagi memenuhi syarat sebagai kedaruratan global dan Dirjen WHO mengatakan dirinya menerima saran tersebut.
Baca Juga: WHO: Pandemi Covid-19 Kini Bukan Lagi Berstatus Darurat Global, Namun Masih Menjadi Ancaman
Apa Efek Praktis dari Pernyataan WHO?
Bagi orang biasa, tidak ada pengaruhnya. Klasifikasi ancaman kesehatan sebagai kedaruratan global dimaksudkan untuk memberi peringatan kepada otoritas politik bahwa ada suatu peristiwa "luar biasa" yang dapat menjadi ancaman kesehatan bagi negara lain dan memerlukan respons terkoordinasi untuk menanganinya.
Deklarasi darurat WHO biasanya digunakan sebagai panggilan SOS internasional bagi negara-negara yang membutuhkan bantuan. Mereka juga dapat memacu negara-negara mengambil tindakan khusus untuk melawan penyakit atau mengeluarkan dana ekstra.
Banyak negara, termasuk Britania Raya, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat, telah lama mencabut sebagian besar pembatasan era pandemi. Amerika Serikat akan mengakhiri darurat kesehatan nasionalnya pada Kamis mendatang.
Apakah Covid-19 Masih Memiliki Status Pandemi?
Iya. Meskipun Dirjen WHO Tedros mengatakan darurat global coronavirus sudah berakhir, ia memperingatkan bahwa virus ini masih ada dan ribuan orang terus mati setiap minggunya.
"Risiko tetap ada terhadap kemunculan varian baru yang menyebabkan gelombang kasus dan kematian yang baru," kata Tedros.
Namun, WHO juga memperingatkan bahwa virus tersebut masih tetap ada dan ribuan orang masih meninggal setiap minggunya dirampas virus tersebut.
"Masih ada risiko munculnya varian baru yang menyebabkan lonjakan kasus dan kematian," kata Tedros, "Artinya, saatnya bagi negara-negara untuk beralih dari mode darurat ke pengelolaan Covid-19 bersama penyakit menular lainnya."
Pada bulan April lalu, hampir 3 juta kasus dan lebih dari 17.000 kematian dilaporkan, termasuk lonjakan di Asia Tenggara dan Timur Tengah, catat agensi PBB tersebut.
Baca Juga: Orang yang Pertama Kali Publikasikan Covid-19 Akhirnya Bebas Setelah Dipenjara 3 Tahun
Kapan Pandemi Covid-19 Akan Berakhir?
Belum jelas. Kepala Urusan Darurat WHO Dr. Michael Ryan mengatakan virus corona masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat dan evolusinya yang terus berlanjut bisa menyebabkan masalah di masa depan.
"Butuh waktu beberapa dekade... untuk virus pandemi tahun 1918 hilang," katanya, merujuk pada flu Spanyol yang diperkirakan telah membunuh setidaknya 40 juta orang.
“Pandemi hanya benar-benar berakhir ketika pandemi berikutnya dimulai," katanya.
Ryan mengatakan meskipun Covid-19 akan terus menyebar di antara manusia dalam waktu yang sangat lama, penyebarannya berada pada tingkat ancaman yang jauh lebih rendah dan tidak memerlukan tindakan luar biasa untuk membatasi penyebaran virus.
Apa Saja Darurat yang Dinyatakan oleh WHO Sebelumnya?
Sebelumnya, WHO menyatakan keadaan darurat global untuk wabah flu babi, Zika, Ebola, polio, dan mpox, yang dulunya disebut monkeypox.
Darurat polio dinyatakan hampir sembilan tahun yang lalu. Status daruratnya masih berlanjut meskipun para pejabat bekerja untuk memberantas penyakit ini dari sejumlah negara yang semakin berkurang.
Pada bulan Juli tahun lalu, Kepala WHO Tedros menyatakan penyebaran mpox yang cepat dan luas ke puluhan negara sebagai darurat global, meskipun komite darurat yang ia panggil menilai situasi tersebut tidak memerlukan status darurat.
Penyebaran penyakit ini mencapai puncaknya di Eropa dan Amerika Utara, namun secara teknis masih tetap menjadi darurat global.
Baca Juga: Tunggu WHO, Indonesia Masih Pertahankan Status Kedaruratan Pandemi Covid-19
Apakah Kita Masih Perlu Mengambil Tindakan Penuh untuk Covid-19?
Ya. Pejabat kesehatan mengatakan virus ini belum hilang dan menyarankan orang untuk divaksinasi, termasuk menerima dosis tambahan jika memenuhi syarat.
Meskipun banyak tindakan yang dilihat pada saat pandemi – termasuk masker dan jarak sosial – tidak diperlukan kecuali dalam beberapa pengaturan tertentu, seperti rumah sakit atau panti jompo, pejabat mengatakan orang dengan kondisi kesehatan lain atau sistem kekebalan tubuh yang terganggu mungkin masih ingin melanjutkan beberapa tindakan pencegahan.
Tidak seperti pada awal tahun Covid-19, tingkat imunisasi yang tinggi, baik dari vaksinasi maupun infeksi sebelumnya, telah membantu secara dramatis mengurangi penyebaran penyakit.
Simon Clarke, profesor mikrobiologi di University of Reading di Inggris, memperingatkan agar orang tidak menghapus semua perlindungan Covid-19.
"Pesan kepada masyarakat tetap harus berhati-hati dan memikirkan orang lain. Jika Anda sakit dengan infeksi pernapasan, seperti batuk yang parah, jangan mempertaruhkan orang lain, terutama tidak bagi mereka yang rentan," katanya.
“Jika Anda menularkan infeksi Covid, tidak ada yang akan berterima kasih kepada Anda. Jika Anda sehat dan muda, COVID masih bisa menyebabkan kondisi buruk dan jika Anda tua dan lemah, COVID bisa membunuh Anda."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press