> >

Ramadan Prihatin di Tengah Kekeringan Somalia, Warga Terpaksa Andalkan Takjil di Kamp Pengungsian

Kompas dunia | 29 Maret 2023, 19:18 WIB
Arsip. Seorang perempuan melintas di dekat kumpulan karung terigu di Pasar Hamar-Weyne, Mogadishu, Somalia, 26 Mei 2022. Bulan Ramadan 1444 Hijriah mesti diperingati secara prihatin oleh mayoritas penduduk Somalia. Pasalnya, Ramadan tahun ini bertepatan dengan kekeringan terpanjang yang pernah tercatat di negara itu. (Sumber: Farah Abdi Warsameh/Associated Press)

MOGADISHU, KOMPAS.TV - Bulan Ramadan 1444 Hijriah mesti diperingati secara prihatin oleh mayoritas penduduk Somalia. Pasalnya, Ramadan tahun ini bertepatan dengan kekeringan terpanjang yang pernah tercatat di negara itu.

Kekeringan parah membuat lebih dari satu juta penduduk Somalia mesti meninggalkan rumah. Sepanjang 2022, sekitar 43.000 penduduk Somalia pun diperkirakan meninggal dunia terkait kekeringan.

Selain itu, naiknya harga pangan memperumit situasi bagi keluarga-keluarga Somalia yang berpuasa. Selama kekeringan, masyarakat Somalia pun telah merasakan kerugian pangan, gagal panen karena musim hujan tak datang lima kali beruntun dan jutaan ternak mati.

Baca Juga: Sedikitnya 57 Orang Tewas di Somaliland menyusul Keputusan Pemimpin Lokal Gabung Kembali ke Somalia

Salah satu keluarga yang merasakan sulitnya Ramadan tahun ini adalah keluarga Hadiiq Abdulle Mohamed. Untuk berbuka sehari-hari, Mohamed mengandalkan takjil dan air minum seadanya.

Sebelum kekeringan parah, Mohamed dan suaminya adalah keluarga terpandang yang memiliki tanah pertanian dan ternak kambing. Kini, akibat kekeringan, mereka terpaksa mengungsi ke Mogadishu dan sang suami bekerja sebagai penarik gerobak.

Seiring meningkatnya harga pangan, upah suami Mohamed kini tak lagi mampu untuk membeli satu kilogram beras.

"Saya ingat puasa Ramadan kami pada masa lalu yang kami nikmati dengan sejahtera," kata Mohamed dikutip Associated Press, Rabu (29/3/2023).

"Kami dapat minum susu kambing, memasak ugali (jagung), sayuran hijau, dan minum dari air tampungan. Namun, tahun ini kami hidup di kamp pengungsian, tanpa plastik untuk melindungi diri dari hujan, tanpa makanan, kehausan, dan mengalami kekeringan."

"Kami punya makanan kecil ini, tetapi apakah Anda pikir ini bisa memenuhi kebutuhan keluarga dengan enam anak plus seorang ibu dan ayah? Itu tidak mungkin."

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU