> >

Ternyata Hanya 8,5% Perusahaan Barat Hengkang dari Rusia Walau Dihajar Habis Sanksi Ekonomi

Krisis rusia ukraina | 20 Januari 2023, 10:35 WIB
Lapangan Merah Moskow. Lembaga penelitian di Swiss menyimpulkan, ternyata hanya 8,5 persen perusahaan Barat yang meninggalkan Rusia walau negara mereka menerapkan sanksi ekonomi habis-habisan. (Sumber: AP Photo/Alexander Zemlianichenko)

JENEWA, KOMPAS.TV - Sebuah lembaga penelitian di Swiss menyimpulkan, ternyata hanya 8,5 persen perusahaan Barat yang meninggalkan Rusia walau negara mereka menerapkan sanksi ekonomi habis-habisan terhadap Moskow.

Para peneliti di University of St Gallen dan di Institut IMD di Lausanne menyelidiki berapa banyak perusahaan yang berbasis di Uni Eropa dan di negara-negara G7 yang benar-benar melepaskan diri dari Rusia sejak serangan besar-besaran ke Ukraina dimulai Februari lalu.

Temuan ini, kata pernyataan universitas, “mempertanyakan kesediaan perusahaan-perusahaan Barat untuk memisahkan diri dari ekonomi yang sekarang dianggap oleh pemerintah mereka sebagai saingan geopolitik”.

Temuan mereka mengungkapkan "penurunan yang sangat terbatas dari perusahaan Uni Eropa dan G7 dari Rusia, (dan) menantang narasi bahwa ada eksodus besar-besaran perusahaan Barat yang meninggalkan pasar (Rusia)",  Universitas St. Gallen mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Kamis, (19/1/2023)

“Akibatnya, banyak perusahaan yang berkantor pusat di negara-negara ini menolak tekanan dari pemerintah, media, dan LSM untuk meninggalkan Rusia sejak invasi ke Ukraina.”

Studi tersebut, yang diterbitkan bulan lalu oleh Social Science Research Network (SSRN) online - penerbit studi "pra-cetak" yang tidak tunduk pada tinjauan sejawat ilmiah, menunjukkan hanya kurang dari 10 persen dari Uni Eropa dan G7 perusahaan dengan anak perusahaan Rusia telah mendivestasi mereka.

Ketika Moskow melancarkan invasinya, 1.404 perusahaan yang berbasis di UE dan G7 menghitung total 2.405 ada anak perusahaan yang aktif di Rusia, demikian studi tersebut menunjukkan.

Pada akhir November 2022,  hanya 120 perusahaan atau sekitar 8,5 persen yang mendivestasi setidaknya satu anak perusahaan di Rusia, menurut penulis studi Niccolo Pisani dan Simon Evenett.

Baca Juga: Tegas! Putin soal Dampak Sanksi Ekonomi pada Rusia: Kami Tidak Akan Menyerah

Seorang perempuan menatap nanar harga bensin per liter di pompa bensin London, Kamis, 9 Juni 2022. Biaya rata-rata mengisi sebuah mobil keluarga kini melebihi 100 pound atau 1,8 juta rupiah untuk pertama kalinya di Inggris, saat perang Rusia di Ukraina dan dampak sanksi ekonomi barat mendorong harga bensin melonjak tinggi (Sumber: AP Photo/Frank Augstein)

Ada lebih banyak perusahaan yang keluar dari Rusia berasal dari perusahaan yang berkantor pusat di Amerika Serikat daripada yang berbasis di Eropa dan Jepang.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU