> >

PBB: 7.000 Sipil Tewas di Ukraina, Jumlah Sebenarnya Diperkirakan Jauh Lebih Tinggi

Krisis rusia ukraina | 17 Januari 2023, 15:05 WIB
Ilustrasi. Tentara Ukraina menunjuk ledakan akibat serangan Rusia di Soledar. Lebih dari 7.000 warga sipil dikonfirmasi tewas sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022 lalu. Jumlah kematian sebenarnya diperkirakan lebih tinggi. (Sumber: AP Photo)

KIEV, KOMPAS.TV - Lebih dari 7.000 warga sipil dikonfirmasi tewas sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022 lalu. Namun, jumlah kematian sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi.

Data tersebut disampaikan oleh Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), Senin (16/1/2023). Persatuan Bangsa- Bangsa  menyebut serangan dengan hulu ledak bertanggung jawab dalam sebagian besar kasus jatuhnya korban sipil.

"Kebanyakan korban sipil yang tercatat disebabkan oleh penggunaan senjata eksplosif dengan efek meluas, termasuk tembakan artileri berat, sistem peluncur roket laras banyak, rudal, dan serangan udara," demikian bunyi pernyataan OHCHR yang dikutip The Guardian.

Baca Juga: Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht Mundur Usai Hujan Kritik Urusan Ukraina dan Anggaran

OHCHR sendiri sejauh ini mengonfirmasi 7.031 warga sipil tewas selama perang Rusia-Ukraina. Namun, lembaga itu mengingatkan bahwa jumlah kematian sebenarnya "kemungkinan lebih tinggi" karena langkah verifikasi yang masih berlangsung dan tiadanya akses ke area pertempuran.

Kebanyakan korban sipil jatuh di wilayah yang dikuasai Ukraina, yakni 6.536 jiwa, dibanding wilayah yang dikuasai Rusia, 496 jiwa. OHCHR sendiri tidak menyertakan dugaan pelaku dalam laporannya.

Sementara itu, pihak Ukraina menyatakan bahwa jumlah korban sipil di negaranya selama perang kemungkinan mencapai puluhan ribu.

Sejak Februari lalu, kedua pihak meluncurkan serangan-serangan jarak jauh yang rentan mengenai warga sipil. Moskow mengintensifkan serangan artileri dan rudal sejak dipukul dari Kharkiv dan Kherson pada akhir 2022 lalu.

Baik Moskow ataupun Kiev sama-sama membantah tuduhan bahwa mereka mengincar warga atau fasilitas sipil, sekadar menyasar target militer.

Baca Juga: Penjinak Ranjau Ukraina Dilatih di Tempat Penjinak Ranjau Terbaik Sedunia, Negara Tetangga Indonesia

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Iman-Firdaus

Sumber : The Guardian


TERBARU