> >

Peringatan IMF: 2023 Tahun Sulit, Sepertiga Dunia akan Resesi

Kompas dunia | 2 Januari 2023, 15:14 WIB
Ilustrasi. Seorang demonstran Sri Lanka kesakitan akibat gas air mata dalam demonstrasi rusuh terkait krisis ekonomi di Kolombo, 19 Mei 2022. Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva memperingatkan bahwa tahun 2023 membawa ancaman resesi bagi dunia. (Sumber: Eranga Jayawardena/Associated Press)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva memperingatkan bahwa tahun 2023 membawa ancaman resesi bagi dunia. IMF memperkirakan sepertiga ekonomi dunia akan mengalami resesi pada tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi dunia disebut akan dihantam oleh melemahnya aktivitas ekonomi di Amerika Serikat (AS), China, dan Eropa, ekonomi-ekonomi yang, menurut Georgieva, menjadi "mesin pertumbuhan" dunia selama ini.

"Kami memperkirakan sepertiga ekonomi dunia akan resesi. Bahkan di negara yang tidak resesi, akan terasa seperti resesi bagi ratusan juta orang," kata Georgieva dalam siaran televisi CBS via The Guardian, Minggu (1/1/2023).

Baca Juga: Proyeksi Suram Bank Dunia: Pada 2022, Banyak Negara Terancam Resesi, Krisis Pangan, dan Stagflasi

Pernyataan Georgieva tersebut senada dengan prediksi ekonomi dunia IMF yang diterbitkan pada Oktober 2022 lalu. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan tertahan pada 2023 akibat efek perang Rusia-Ukraina dan kebijakan bank sentral-bank sentral seperti Federal Reserve AS yang menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi.

Ekonom asal Bulgaria itu juga menyorot dampak Covid-19   terbesar kedua sedunia, China. Pertumbuhan ekonomi China diprediksi berada di bawah rata-rata global untuk pertama kalinya dalam kurun 40 tahun terkini.

Hal itu dikarenakan kebijakan "nol-Covid" China yang belakangan ini dicabut dan memicu gelombang infeksi besar. Badai Covid-19 di China sejak akhir tahun lalu pun diperkirakan akan berdampak lebih jauh ke ekonomi negara itu.

"Untuk beberapa bulan ke depan, ini akan sulit bagi China, dan impak pada pertumbuhan (ekonomi) China akan negatif. Dampak ke kawasan juga akan negatif, dampak ke pertumbuhan global juga akan negatif," kata Georgieva.

Di lain sisi, di antara negara-negara Barat, Georgieva menyebut ekonomi AS paling lenting menghadapi gelombang kontraksi ekonomi. Ia menyebut AS kemungkinan bisa menghindari resesi.

"Ini adalah berkah yang campur aduk karena pasar tenaga kerjanya sangat kuat. Fed (bank sentral AS) dapat menjaga suku bunga tetap tinggi lebih lama untuk menurunkan inflasi," kata Georgieva.

Baca Juga: Resolusi 2023, Presiden Jokowi: Semoga Indonesia Tak Kena Imbas Resesi Global


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Iman-Firdaus

Sumber : The Guardian


TERBARU