> >

Putin dan Xi Jinping Berbicara via Video, Sepakat Kedua Negara akan Lebih Dekat secara Bilateral

Krisis rusia ukraina | 31 Desember 2022, 01:05 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin China Xi Jinping hari Jumat (30/12/2022) berjanji memperdalam kerja sama bilateral mereka di tengah perang Rusia dan Ukraina yang sudah berlangsung 10 bulan. (Sumber: AP Photo)

KIEV, KOMPAS.TV — Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin China Xi Jinping berjanji memperdalam kerja sama bilateral mereka di tengah perang Rusia dan Ukraina yang sudah berlangsung selama 10 bulan, Jumat (30/12/2022).

Melansir Associated Press, pembicaraan itu terjadi di tengah hantaman drone dan roket rusia setelah pengeboman rudal skala besar Rusia terhadap berbagai lokasi di Ukraina.

Putin dan Xi Jinping tidak secara langsung menyebut Ukraina dalam sambutan pembukaan mereka pada konferensi video yang disiarkan secara terbuka itu, sebelum kemudian melakukan pembicaraan tertutup.

Keduanya saling memuji penguatan hubungan antara Moskow dan Beijing di tengah apa yang mereka sebut "ketegangan geopolitik" dan "situasi internasional yang sulit". Putin juga mengungkapkan keinginannya untuk memperluas kerja sama militer.

“Dalam menghadapi meningkatnya ketegangan geopolitik, signifikansi kemitraan strategis Rusia-Tiongkok tumbuh sebagai faktor stabilisasi,” kata Putin, yang serangannya ke Ukraina terhalang oleh perlawanan sengit Ukraina yang diperkuat bantuan militer Barat.

Pemimpin Rusia itu mengatakan dia berharap Xi melawat ke Moskow pada musim semi tahun 2023. Perjalanan itu, kata Putin, "akan menunjukkan kepada seluruh dunia kekuatan hubungan Rusia-Tiongkok dalam isu-isu utama, akan menjadi acara politik utama dalam hubungan bilateral".

Putin menyebut kerja sama militer punya "tempat khusus" dalam hubungan antara kedua negara, mengatakan Kremlin bertujuan "memperkuat kerja sama antara angkatan bersenjata Rusia dan China."

Baca Juga: Keras! Rusia Ogah Turuti Tiga Permintaan Damai dari Volodymyr Zelenskyy

Warga Ukraina menyeberang sungai Siversky Donets. Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin China Xi Jinping hari Jumat (30/12/2022) berjanji memperdalam kerja sama bilateral ditengah perang Rusia dan Ukraina. (Sumber: AP Photo)

Saat tiba gilirannya berbicara, melalui seorang penerjemah, Xi Jinping menyatakan, "dalam menghadapi situasi internasional yang sulit dan jauh dari terus terang, Beijing siap meningkatkan kerja sama strategis dengan Rusia, saling memberikan peluang pembangunan, menjadi mitra global untuk kepentingan rakyat negara kita dan demi kepentingan stabilitas di seluruh dunia."

Dalam laporannya tentang pertemuan tersebut, penyiar negara China CCTV menggambarkan peristiwa di Ukraina sebagai "krisis". Istilah tersebut menandai penyimpangan dari referensi biasa China ke "situasi Ukraina", dan perubahan tersebut mungkin mencerminkan kekhawatiran China yang meningkat tentang arah konflik.

"Xi Jinping menekankan China mencatat bahwa Rusia tidak pernah menolak untuk menyelesaikan konflik melalui negosiasi diplomatik, yang mana (China) menyatakan apresiasinya," lapor CCTV.

Hubungan antara Moskow dan Beijing semakin kuat sejak Putin mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari. Baru minggu lalu, Moskow dan Beijing mengadakan latihan angkatan laut bersama di Laut China Timur. Putin dan Xi juga berbicara melalui tautan video Desember lalu.

China, yang menjanjikan persahabatan "tanpa batas" dengan Rusia, dengan tegas menolak mengkritik tindakan Moskow di Ukraina, menyalahkan Amerika Serikat (AS) dan NATO karena memprovokasi Kremlin, dan mengecam sanksi hukuman yang dijatuhkan pada Rusia.

Rusia, pada gilirannya, sangat mendukung China di tengah ketegangan dengan AS terkait Taiwan.

Rusia dan China sama-sama menghadapi kesulitan domestik. Putin berusaha mempertahankan dukungan domestik untuk perang yang berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan, sementara lonjakan kasus Covid-19 membuat rumah sakit di China kewalahan.

Baca Juga: Rusia Hujani Ukraina dengan Rentetan Serangan Rudal, Moskow dan Kiev Terkunci Perang yang Melelahkan

Ilustrasi. Pasukan Ukraina menyiapkan meriam howitzer swagerak CAESAR buatan Prancis untuk menyerang garnisun Rusia di dekat Avdiivka, Donetsk, Senin (26/12/2022). (Sumber: LIBKOS via AP)

Di Ukraina, Kamis, pihak berwenang meninjau jumlah korban dari serangan rudal Rusia yang meluas atas pembangkit listrik dan infrastruktur penting lainnya yang merupakan rangkaian pengeboman terbesar dalam beberapa minggu.

Empat warga sipil tewas dalam serangan itu, menurut Kyrylo Tymoshenko, wakil kepala kantor presiden Ukraina.

Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengatakan dalam pembaruan Jumat paginya bahwa pasukan Rusia melepaskan total 85 rudal dan 35 serangan udara ke sasaran di seluruh Ukraina dalam 24 jam sebelumnya. Rusia juga melancarkan 63 serangan dari berbagai sistem peluncuran roket, kata laporan militer itu.

Menyusul gelombang pertama rudal pada Kamis pagi, pasukan Rusia menyerang Ukraina dengan drone Shahed-131/136 buatan Iran hari Kamis malam dan Jumat dini hari, yang semuanya ditembak jatuh, klaim angkatan udara Ukraina.

Beberapa ditujukan ke Kiev, kata Walikota Vitali Klitschko, Jumat. Dari tujuh drone yang meledak diluncurkan ke ibu kota Ukraina, dua ditembak jatuh saat mendekati kota dan lima di atas Kiev sendiri, menurut Klitschko.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato video malamnya mengatakan Rusia belum membatalkan rencana untuk merebut seluruh Donetsk, yang bertujuan mencapai ambisi itu pada hari Tahun Baru.

Zelenskyy juga memperingatkan rakyat Ukraina bahwa mungkin ada serangan udara luas lainnya.

 

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU