> >

Akurasi Angka Resmi Covid-19 Diragukan, China akan Ukur Jumlah Kematian Berlebih akibat Virus Corona

Kompas dunia | 29 Desember 2022, 20:49 WIB
China akhirnya mengungkapkan rencana untuk menghitung kemudian merilis data kematian berlebih akibat gelombang rekor infeksi Covid-19 ditambah keraguan tentang keakuratan angka resmi Covid-19. (Sumber: Straits Times)

BEIJING, KOMPAS.TV - China akhirnya mengungkapkan rencana untuk menghitung kemudian merilis data kematian berlebih akibat gelombang rekor infeksi Covid-19. Pasalnya, ada keraguan tentang keakuratan angka resmi Covid-19 di China, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (29 /12/2022).

Sebuah tim di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China CDC mulai membuat persiapan untuk mengukur jumlah kematian, menurut kepala ahli epidemiologi Wu Zunyou.

Kelebihan angka kematian, yang mengukur perbedaan antara jumlah kematian selama gelombang Covid-19 saat ini dan jumlah kematian yang diperkirakan seandainya pandemi tidak terjadi, digunakan di seluruh dunia, karena dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang dampak Covid-19.

“Kematian yang disebabkan oleh Covid-19 menjadi perhatian seluruh dunia,” kata Dr Wu pada pengarahan di Beijing, Kamis.

“Dengan menghitung kematian berlebih, kita dapat mengetahui apa yang selama ini potensial diabaikan,” imbuhnya.

Tim CDC sebelumnya melakukan analisis kematian berlebih yang serupa untuk wabah awal di kota Wuhan di China tengah, tempat Covid-19 pertama kali muncul.

Baca Juga: 6 Negara Perketat Aturan untuk Warga China karena Covid-19, Indonesia: Masih Kami Kaji

China sedang berjuang melawan gelombang infeksi baru yang menyerang keras para lansia tetapi secara resmi mencatat hanya segelintir kematian akibat virus corona. (Sumber: France24)

Komisi Kesehatan Nasional menambahkan, hampir 1.300 kematian terjadi di kota tersebut ke dalam hitungan kematian akibat Covid-19 pada April 2020.

Sejak hari-hari awal pandemi, China dikecam atas penanganan awal wabah, termasuk transparansi pelaporan pada skalanya.

China kemudian dihujani kritik karena tidak melaporkan jumlah kasus dan kematian akibat Covid-19 setelah pembalikan arah Covid Zero yang tiba-tiba bulan ini, menyebabkan virus menyebar ke seluruh negara berpenduduk 1,4 miliar orang.

Penghitungan resmi untuk infeksi Covid-19 menjadi tidak berarti karena jaringan stan pengujian PCR yang dulu ada di mana-mana, kini ditutup.

Tambahan lagi, China memberlakukan penghitungan kematian akibat Covid-19 dengan definisi yang lebih sempit, yakni mereka yang meninggal dunia karena gagal napas yang disebabkan oleh virus corona. 

Angka itu dihitung, namun hanya mengungkap jumlah kecil kematian yang dilaporkan. Jumlah kematian ini sungguh kontras dengan pemandangan kekacauan di seluruh rumah sakit dan krematorium negara.

Baca Juga: Setelah Jepang, Kini AS Wajibkan Pengunjung dari China untuk Tes Covid-19

Seorang warga asing di Universitas Tsinghua, China melakukan vaksinasi Covid-19. (Sumber: Xinhua/Chen Zhonghao)

Saat ini, China mengatakan punya ribuan kasus baru setiap hari.

Tetapi otoritas kesehatan utama pemerintah memperkirakan ada hampir 37 juta infeksi dalam satu hari minggu lalu, melampaui rekor total global sekitar empat juta dalam satu hari awal tahun ini.

Airfinity Ltd, sebuah firma riset yang berbasis di London yang berfokus pada analitik kesehatan prediktif, memperkirakan, awal bulan ini China dapat mengalami lebih dari 5.000 kematian per hari.

Dengan pemandangan rumah sakit yang kewalahan di seluruh negeri, para pejabat pada Kamis mengatakan beberapa daerah sekarang bergulat dengan lonjakan pasien Covid-19 yang parah.

Tingkat hunian tempat tidur unit perawatan intensif untuk seluruh negara belum melewati garis merah 80 persen. Tetapi, beberapa bagian negara bersiap untuk mencapai puncaknya dalam kasus yang parah, kata Jiao Yahui, seorang pejabat yang mengawasi rumah sakit di Komisi Kesehatan Nasional.

Ini termasuk ibu kota China, Beijing, provinsi sekitar Hebei, pusat manufaktur timur Zhejiang, dan provinsi barat daya Sichuan, yang melihat tingkat hunian tempat tidur ICU mendekati atau melebihi 80 persen, kata Jiao.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Bloomberg


TERBARU