> >

Giliran NATO Janjikan Serangan Balasan kepada Pelaku Sabotase Pipa Gas Nord Stream Milik Rusia

Krisis rusia ukraina | 30 September 2022, 01:05 WIB
Bendera NATO dan negara anggota di Brussels, Belgia. NATO menyatakan akan membalas setiap serangan terhadap infrastruktur penting dari 30 negara anggotanya, menyusul pernyataan bahwa ledakan pipa gas Nord Stream 1 dan 2 milik Rusia akibat sabotase. (Sumber: NATO)

KOPENHAGEN, KOMPAS.TV - NATO menyatakan akan membalas setiap serangan terhadap infrastruktur penting dari 30 negara anggotanya, menyusul pernyataan bahwa kerusakan dua jaringan pipa gas Nord Stream 1 dan 2 milik Rusia di lepas pantai Denmark dan Swedia di perairan internasional di Laut Baltik adalah akibat sabotase.

“Setiap serangan yang disengaja terhadap infrastruktur penting Sekutu akan ditanggapi dengan tanggapan yang bersatu dan tegas,” kata duta besar NATO dalam sebuah pernyataan, seperti laporan Associated Press, Kamis (29/9/2022).

Mereka mengatakan kerusakan pada jaringan pipa antara Rusia dan Jerman "sangat memprihatinkan."

NATO juga mengatakan semua informasi yang tersedia saat ini menunjukkan peristiwa tersebut merupakan hasil tindakan sabotase yang disengaja, sembrono, dan tidak bertanggung jawab. "Kebocoran ini menyebabkan risiko pengiriman dan kerusakan lingkungan yang substansial."

Menteri Pertahanan Denmark Morten Bødskov di Twitter menyebutnya sebagai kecaman bersama dan sinyal yang sangat kuat dari aliansi (NATO).

Penjaga pantai Swedia pada hari Kamis mengonfirmasi kebocoran keempat pada jaringan pipa Nord Stream di selatan Swedia.

"Kami memiliki kebocoran di dua posisi di lepas pantai Swedia," juru bicara penjaga pantai Mattias Lindholm. Ada dua lagi dari Denmark, katanya.

Baca Juga: Bila Benar Jalur Pipa Gas Nord Stream Bocor akibat Sabotase, Uni Eropa Bersumpah Lakukan Pembalasan

Berbagai jalur pipa gas dari Rusia ke Eropa. Uni Eropa tuding bocornya pipa gas dari Rusia ke Jerman itu sabotase. Jalur pipa gas itu tersambung dan berisi gas namun ditutup di Jerman karena perang Ukraina. (Sumber: AP Graphics)

Dua kebocoran terjadi di pipa Nord Stream 1 yang baru-baru ini berhenti memasok gas, sedangkan dua lainnya di Nord Stream 2 yang belum mulai beroperasi.

Meskipun tidak berjalan, kedua pipa tersebut diisi dengan gas, yang keluar dan menggelembung ke permukaan.

Pipa Nord Stream mengalir melalui Baltik untuk mengangkut gas dari Rusia ke Jerman.

Pemerintah Denmark dan Swedia percaya bahwa kebocoran dari negara mereka adalah "tindakan yang disengaja."

Sebelum kebocoran dilaporkan, terpantau ada ledakan, pertama dicatat oleh seismolog Senin pagi di tenggara pulau Bornholm, Denmark.

Ledakan kedua yang lebih kuat di timur laut pulau malam itu setara dengan gempa berkekuatan 2,3 richter. Stasiun seismik di Denmark, Norwegia dan Finlandia juga mencatat ledakan tersebut.

Beberapa pejabat Eropa dan pakar energi mengatakan Rusia kemungkinan akan disalahkan atas sabotase apa pun, karena secara langsung diuntungkan dari harga energi yang lebih tinggi dan kecemasan ekonomi di seluruh Eropa.

Walau begitu, yang lain memperingatkan agar tidak sembarang menuding sampai penyelidik dapat menentukan apa yang terjadi.

Baca Juga: Jalur Pipa Gas Nord Stream 1 dan 2 Bocor, Teori Konspirasi Level Dewa Merebak di AS, Rusia dan Eropa

Riak raksasa akibat kebocoran pipa gas Nord Stream Rusia di Laut Baltik, lepas pantai Pulau Bornholm, Denmark, Selasa (27/9/2022). (Sumber: Angkatan Bersenjata Denmark via AP)

Berbicara pada hari Rabu sebelum kebocoran keempat dilaporkan, Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson mengatakan akan membutuhkan alat peledak besar untuk menyebabkan kerusakan.

Di Moskow, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan insiden pipa Nord Stream tidak akan mungkin terjadi tanpa keterlibatan aktor setingkat negara.

"Sepertinya serangan teror, mungkin dilakukan di tingkat negara," kata Peskov dalam panggilan konferensi dengan wartawan.

"Dilihat dari jumlah kehancuran Nord Stream, sulit untuk membayangkan tindakan seperti itu dapat dilakukan tanpa keterlibatan negara," kata Peskov, "Ini adalah situasi yang sangat berbahaya yang membutuhkan penyelidikan cepat."

Dia menepis laporan media tentang kapal perang Rusia yang terlihat di daerah itu sebagai "bodoh dan bias," menambahkan, "lebih banyak pesawat dan kapal milik negara-negara NATO telah terlihat di daerah itu."

Torben Orting Jørgensen, mantan laksamana angkatan laut Denmark, mengatakan kepada The Associated Press bahwa untuk melakukan operasi baik dengan kendaraan bawah air yang dioperasikan dari jarak jauh atau mengirim penyelam dari kapal selam atau kapal permukaan "tidak terlalu menuntut".

"Mereka yang melakukan operasi tahu mereka tidak akan tertangkap," kata Orting Jørgensen, "Siapa yang akan memikirkan operasi terhadap jaringan pipa di Laut Baltik?"

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press


TERBARU