> >

Iran Disapu Protes dan Murka Kaum Perempuan terhadap Polisi Moral, Inilah Satuan Tersebut

Kompas dunia | 22 September 2022, 19:49 WIB
Kematian Mahsa Amini, tetapi berita itu tetap membangkitkan murka ribuan perempuan Iran yang selama beberapa dekade menghadapi murka satuan penegak moralitas Republik Islam secara langsung (Sumber: Satyar Emami/Wikipedia)

Ini termasuk “Girls of Revolution Street” tahun 2017, serta protes singkat media sosial tahun ini pada Hari Jilbab dan Kesucian Nasional negara itu, yang diperingati setiap tahun pada 12 Juli untuk mempromosikan jilbab.

Namun muncul perbedaan pendapat tentang masalah wajib hijab, baik di kalangan warga maupun di kalangan pimpinan.

Sebuah survei oleh pusat penelitian terkait parlemen pada tahun 2018 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan jumlah orang yang percaya bahwa pemerintah harus menegakkan jilbab.

Baca Juga: Protes Kematian Mahsa Amini, Perempuan di Iran Bakar Hijab sambil Menari

Motor polisi dibakar massa dalam demonsrasi di pusat kota Teheran, Iran, Senin (19/9/2022). (Sumber: Associated Press)

Dan sebuah laporan tahun 2014 oleh Kantor Berita Pelajar Iran menunjukkan kenaikan 15 persen pada mereka yang percaya bahwa jilbab seharusnya tidak wajib.

Ada juga pergeseran retoris di antara para pemimpin negara, menyerukan “pendidikan” dan “koreksi” yang bertentangan dengan penerapan nilai-nilai Islam secara paksa, kata peneliti, Sepehri Far.

Beberapa orang mengatakan Iran perlahan mendekati titik kritis karena pemerintah menghadapi ketidakpuasan yang meningkat atas ekonomi yang lumpuh dan inflasi yang meroket yang disebabkan oleh sanksi AS.

Kematian Amini tampaknya menyatukan orang-orang Iran dari pola pikir yang berbeda, kata Sepehri Far, menambahkan kritik atas insiden tersebut tidak hanya datang dari lawan rezim, tetapi juga dari warga yang tidak punya sejarah pembangkangan sebelumnya, serta mereka yang dekat dengan kekuasaan.

Ribuan orang di seluruh Iran turun ke jalan pada Selasa malam, menurut saksi dan rekaman media sosial.

Video di media sosial menunjukkan seorang wanita memotong rambutnya sebagai protes, ketika kerumunan meneriakkan "matilah diktator" di provinsi Kerman di Iran tenggara.

Baca Juga: Penasihat Biden: Kami Tak Terkejut Gelombang Kerusuhan Melanda Iran, Kebijakannya Tak Sesuai HAM

Kematian Mahsa Amini, tetapi berita itu tetap membangkitkan murka ribuan perempuan Iran yang selama beberapa dekade menghadapi murka satuan penegak moralitas Republik Islam secara langsung (Sumber: New York Times)

Di bagian lain negara itu, para demonstran meneriakkan “Kami adalah anak-anak perang, ayo dan bertarung, kami akan melawan,” dan “matilah Khamenei.”

“Kali ini pengunjuk rasa tidak hanya menyerukan keadilan bagi Mahsa Amini,” kata Ghaemi. “Mereka juga menyerukan hak-hak perempuan, hak sipil dan hak asasi manusia mereka, untuk hidup tanpa kediktatoran agama.”

Meskipun ada perasaan bahwa rezim mungkin merasa rentan, beberapa mempertanyakan apakah gerakan saat ini akan berkembang atau hanya melemah dalam menghadapi tindakan keras negara.

“Protes ini tidak hanya ditindak secara brutal dan ditahan setiap kali, tetapi tidak ada yang dipimpin,” kata Tara Kangarlou, penulis “The Heartbeat of Iran,” yang tumbuh di bawah pengawasan polisi moral.

“Tumbuh sebagai remaja, kami akan memastikan kami menghindari jalan-jalan yang kami tahu akan diparkir mobil patroli polisi moralitas selama akhir pekan,” kata Kangarlou.

Dia mengatakan anak muda Iran telah berevolusi dalam “sistem opresif” untuk menjalani hidup mereka. Tetapi, katanya, “rata-rata orang Iran sudah muak.”

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/CNN


TERBARU