> >

Uni Eropa Ingin Batasi Harga Gas Rusia, Minta Dana Solidaritas Perusahaan Energi

Krisis rusia ukraina | 7 September 2022, 21:27 WIB
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen berbicara dalam konferensi pers di markas Uni Eropa di Brussel, Belgia, Rabu (7/9/2022). Von der Leyen menyebut negara-negara Uni Eropa mestinya menetapkan pembatasan harga (price cap) atas gas alam Rusia dan menuntut dana solidaritas dari perusahaan energi. (Sumber: Virginia Mayo/Associated Press)

BRUSSEL, KOMPAS.TV - Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut negara-negara Uni Eropa mestinya menetapkan pembatasan harga (price cap) atas gas alam Rusia. Selain itu, ia juga meminta perusahaan-perusahaan energi di Eropa untuk memberikan dana “kontribusi solidaritas.”

Negara-negara Uni Eropa tengah menghadapi krisis energi yang bisa berujung pemadaman listrik massal pada musim dingin, penutupan pabrik-pabrik, serta resesi ekonomi.

Rusia sendiri telah memotong pasokan gas secara parsial atau menyeluruh kepada 13 negara Uni Eropa.

“Kita menghadapi sebuah situasi luar biasa, karena Rusia adalah pemasok yang tak bisa diandalkan. Juga, Rusia secara aktif memanipulasi pasar gas,” kata Von der Leyen dikutip Associated Press, Rabu (7/9/2022).

“Kita harus memangkas pendapatan Rusia, yang mana digunakan Putin untuk mendanai perang kejamnya di Ukraina,” lanjut presiden badan eksekutif Uni Eropa tersebut.

Baca Juga: Joe Biden Tolak Labeli Rusia sebagai Negara Sponsor Terorisme, Kremlin: Bagus!

Meskipun demikian, Von der Leyen enggan menyebut nominal tertentu pembatasan harga. Nominal itu disebutnya akan disepakati dalam pertemuan darurat antara menteri-menteri energi Uni Eropa pada Jumat (9/9) besok.

Von der Leyen pun mengusulkan perusahaan-perusahaan energi di Eropa membayarkan dana solidaritas ke negara-negara anggota. Ia menyebut negara anggota bisa menggunakan dana itu untuk “mendukung rumah tangga rentan dan berinvestasi dalam sumber energi bersih dalam negeri.”

Von der Leyen menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan energi menorehkan “profit besar” di tengah ancaman krisis gas.

Politikus asal Jerman itu tidak membeberkan detail bagaimana pihaknya akan menuntut dana solidaritas dari perusahaan energi.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU