> >

China Ngamuk Gegara AS dan Taiwan Bakal Perbarui Kerja Sama Perdagangan, Ancam akan Picu Perang

Kompas dunia | 19 Agustus 2022, 14:59 WIB
Presiden China Xi Jinping. China mengamuk setelah AS dan Taiwan akan memperbarui kerja sama perdagangan. (Sumber: Selim Chtayti/Pool Photo via AP)

BEIJING, KOMPAS.TV - China mengamuk setelah Amerika Serikat (AS) dan Taiwan mengatakan bakal memperbarui kerja sama perdagangan.

China pun mengancam AS pada Kamis (18/8/2022), akan bertindak dan melakukan yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatan, termasuk kemungkinan perang.

AS dilaporkan akan memperbarui kerja sama perdagangan dengan Taiwan sebagai dukungan terhadap demokrasi pemerintahan pulau tersebut.

Pemerintahan Presiden China Xi Jinping mengkritik rencana pembicaraan tersebut sebagai pelanggaran terhadap kebijakan mereka bahwa Taiwan tak memiliki hak untuk melakukan hubungan luar negeri.

Baca Juga: China dan Taiwan Masing-masing Gelar Latihan Militer, China untuk Invasi, Taiwan Untuk Lawan Invasi

Beijing memperingatkan Washington agar tak mendukung Taiwan dalam upaya membuat kemerdekaan de facto mereka permanen.

Beijing pun mengancam langkah tersebut berarti berujung pada peperangan.

“China dengan tegas menolak ini,” ujar juru bicara Kementerian Perdagangan China, Shu Jueting, dikutip dari CBS News.

Ia juga meminta Washington untuk menghormati sepenuhnya kepentingan inti China.

China hingga kini menganggap Taiwan sebagai bagian dari mereka, dan menegaskan pemerintahan kepulauan itu sebagai provinsi yang ingin melepaskan diri.

Namun, Taiwan menegaskan mereka merupakan negara yang merdeka dan berdaulat sejak perang sipil pada 1949.

Baca Juga: Ukraina Curigai Rusia Tengah Rancang Insiden di PLTN Zaporizhzhia, Serangan Bendera Palsu?

Pada akhir pekan lalu, Koordinator Wilayah Indo-Pasifik AS Kurt Campbell mengungkapkan pembicaraan perdagangan akan memperdalam hubungan dengan Taiwan.

Namun, ia menegaskan kebijakan negaranya tak akan berubah.

AS tak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan, yang merupakan partner perdagangan terbesar ke-9 mereka, tetapi menjaga hubungan informal.

AS sendiri menegaskan bahwa mereka tetap berpegang dengan kebijakan “Satu China”.

Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : CBS News


TERBARU