> >

Terduga Personel Terakhir The Beatles ISIS Disidang Inggris, Diyakini Paul McCartney versi Teroris

Kompas dunia | 13 Agustus 2022, 04:30 WIB
Ilustrasi. Aine Leslie Davis, terdakwa terorisme yang disidang otoritas Inggris Raya mulai Kamis (11/8/2022). Davis diduga menjadi personel terakhir sel The Beatles ISIS yang belum dihukum. Ia diduga merupakan Paul McCartney versi kelompok tersebut. (Sumber: Elizabeth Cook/PA via AP)

LONDON, KOMPAS.TV - Aine Leslie Davis, terduga personel terakhir “The Beatles”, sel kelompok ekstremis ISIS, disidang di pengadilan Inggris Raya dengan dakwaan terorisme mulai Kamis (11/8/2022). Sel “The Beatles” adalah anasir ISIS yang terkenal usai menyiksa dan memenggal sejumlah sandera dari negara Barat lantas menyiarkannya ke seluruh dunia.

Associated Press melaporkan, Davis ditangkap otoritas Inggris Raya di Bandara Luton pada Rabu (10/8) malam waktu setempat. Pria berusia 38 tahun ini baru saja dideportasi Turki.

Pada Kamis (11/8), Hakim Distrik Senior Paul Goldspring memerintahkan penahanan Davis hingga persidangan selanjutnya pada 2 September mendatang.

Jaksa menyebut Davis didakwa dengan pelanggaran pasal kepemilikan senjata api untuk tujuan teror dan dua pasal lain terkait pendanaan teroris. Dakwaan-dakwaan ini terkait tindak kriminal yang diduga terjadi pada 2013 dan 2014.

Davis sebelumnya telah disidang di Turki sejak tertangkap pada 2015. Pada 2017, di pengadilan Turki, ia diputus bersalah menjadi anggota ISIS.

Baca Juga: Perang Olok-olok Liam Gallagher vs Jamie Carragher, The Beatles dan Oasis pun Terseret

Selama pengadilan tersebut, Davis membantah tuduhan bahwa ia merupakan salah satu personel “The Beatles”. Davis diduga merupakan “Paul”, jagal yang dijuluki berdasarkan sosok Paul McCartney, pemain bass The Beatles asli.

“The Beatles” sendiri merupakan sel ISIS yang terkenal doyan bertindak keji saat kelompok teror itu menguasai sebagian besar Irak dan Suriah sedekade lalu. Mereka diketahui berjumpa di London Barat sebelum hengkang ke Timur Tengah untuk gabung ISIS.

Sel “The Beatles” dikenal lebih kejam dari milisi ISIS pada umumnya. Mereka diketahui tega menyiksa sandera dengan senjata kejut, serta mengeksekusi mereka dengan cara melecehkan seperti penyaliban.

Mereka diketahui menahan lebih dari 20 sandera asal negara Barat di Raqqa, Suriah, saat ISIS menguasai wilayah tersebut. “The Beatles” bertanggung jawab atas eksekusi jurnalis Amerika, James Foley dan Steven Sotloff, serta pekerja kemanusiaan Inggris Raya, David Haines dan Alan Henning pada 2014.

Sel itu dijuluki “The Beatles” oleh para sandera mereka. Alasannya, para personel teror itu memiliki aksen Inggris yang kental.

Sesuai grup musik The Beatles, sel penjagal itu beranggotakan empat orang. Para sandera menamai mereka “John”, “Paul”, “George”, dan “Ringo”; sesuai dengan personel The Beatles asli, John Lennon (vokal/gitar), Paul McCartney (bass), George Harrison (gitar), dan Ringo Starr (drum/vokal).

Sebelum sidang Aine Davis, tiga personel The Beatles telah dipenjara atau terbunuh. John Lennon-nya kelompok ini, Muhammad Emwazi, si algojo yang dijuluki “Jihadi John”, terbunuh dalam serangan drone pada 2015.

Sementara itu, Alexanda Kotey alias “Ringo” dan El Shafee Elsheikh alias “George” ditangkap pasukan Kurdi pada 2018. Mereka kemudian dipenjara di Amerika Serikat (AS).

Kotey telah dipidana penjara seumur hidup. Sedangkan Elsheikh diyakini akan dihukum seumur hidup ketika divonis pada akhir bulan ini.

Baca Juga: Ulama Senior Taliban Anti ISIS dan Pendukung Pendidikan Perempuan, Tewas Diserang Bom


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU