> >

Malaysia Kelebihan Pasokan Ayam, Kini Boleh Diekspor

Kompas dunia | 1 Agustus 2022, 21:05 WIB
Seorang penjual menyiapkan ayam di pasar Kuala Lumpur. Malaysia kini memiliki sedikit kelebihan pasokan ayam yang menempatkan negara itu pada posisi untuk kembali mengekspor, dua bulan setelah memberlakukan larangan ekspor ayam. (Sumber: AP Photo/Vincent Thian)

Dia menambahkan, Malaysia bisa memproduksi hingga 106 persen dari tingkat swasembada ayamnya. “Kami sekarang memiliki kapasitas untuk mengekspor dari pasokan ayam kami.”

Harga tertinggi pemerintah untuk ayam standar mulai 1 Juli adalah RM9,40 per kg, berdasarkan mekanisme harga yang akan tetap berlaku hingga 31 Agustus.

Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob sebelumnya mengumumkan pemerintah menghabiskan RM720 juta dalam bentuk subsidi untuk menjaga harga ayam tetap rendah di tengah inflasi, yang sebagian disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Subsidi pakan ayam dihapus sejak 1 Juli lalu.

Baca Juga: Malaysia Segera Larang Ekspor Ayam, Konsumen Singapura Cemas Harga Makanan dan Hidangan Meroket

Malaysia kini memiliki sedikit kelebihan pasokan ayam yang menempatkan negara itu pada posisi untuk kembali mengekspor, dua bulan setelah memberlakukan larangan ekspor ayam. (Sumber: Straits Times)

Selain subsidi, harga pagu dan larangan ekspor, pemerintah juga menghapus izin impor yang disetujui, sehingga memungkinkan lebih banyak pemain untuk mengimpor ayam ke dalam negeri.

Meskipun harga dan pasokan ayam stabil, Malaysia masih bergulat dengan inflasi untuk bahan pokok lainnya, terutama minyak goreng.

Pemerintah bulan lalu menghapus subsidi minyak goreng kemasan, menyebabkan harga melonjak hampir dua kali lipat, sementara mempertahankan subsidi untuk minyak goreng semacam curah.

Sejak itu dikatakan mereka berencana memperkenalkan harga pagu untuk minyak goreng kemasan juga.

Menteri Keuangan Tengku Zafrul Abdul Aziz mengatakan Malaysia diperkirakan akan menghabiskan sekitar RM80 miliar untuk subsidi tahun ini saja dalam upayanya untuk menjaga harga pangan tetap rendah, uang menjadi beban tagihan subsidi terbesar dalam sejarah negara itu.

Dia juga berbicara tentang mengubah subsidi bahan bakar Malaysia ke pendekatan yang lebih tepat sasaran di tengah kenaikan harga bahan bakar.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Straits Times


TERBARU