> >

Satelit NASA Bikin Jalur Orbit Baru, Terbang ke Bulan Jadi Lebih Murah

Kompas dunia | 5 Juli 2022, 12:31 WIB
Roket Electron milik Rocket Lab berhasil diluncurkan di semenanjung Mahia di Selandia Baru, Selasa, 28 Juni 2022.  (Sumber: Rocket Lab via AP)

WELLINGTON, KOMPAS.TV - Satelit terbaru Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) meninggalkan orbit Bumi pada Senin (4/7/2022) malam. Hal itu dikonfirmasi Pendiri Rocket Lab, Peter Beck kepada Associated Press.

“Itu adalah proyek yang memakan waktu dua hingga dua setengah tahun dan itu sangat sulit untuk dilakukan,” kata Beck. 

“Jadi untuk melihat semua yang terjadi malam ini dan melihat pesawat ruang angkasa itu dalam perjalanan ke bulan, itu benar-benar epik,” ujarnya.

Sebuah satelit seukuran microwave bernama Capstone CubeSat itu merupakan bagian terbaru dari proyek NASA untuk mendaratkan astronot di bulan.

Satelit itu diluncurkan oleh Rocket Lab di Semenanjung Mahia, Selandia Baru pada Selasa (28/6). Capstone diprediksi butuh waktu empat bulan untuk mencapai bulan karena menggunakan energi yang rendah.

Baca Juga: Divonis Terlibat Pembunuhan di Kamp Konsentrasi, Kakek 101 Tahun Ini Ajukan Banding

Terlepas dari itu, Beck mengungkapkan biaya misi peluncuran satelit terbaru NASA itu relatif murah, dengan perkiraan dana USD$32,7 juta.

“Hanya dengan puluhan juta dolar, sekarang ada roket dan pesawat ruang angkasa yang dapat membawa Anda ke bulan, ke asteroid, ke Venus, ke Mars,” kata Beck. 

“Ini adalah terobosan gila yang sebelumnya belum pernah ada.” lanjutnya.

Apabila nantinya misi sukses, satelit Capstone akan memberikan informasi penting bagi NASA. Pasalnya, satelit kecil ini punya tugas mengambil jalur baru orbit bulan.

Orbit baru yang dinamai Halo itu berbentuk macam telur yang membentang dengan satu ujung melewati dekat bulan, sementara ujung lainnya jauh dari bulan. 

Rencananya, NASA bakal menempatkan stasiun luar angkasa 'Gateway' di jalur orbit baru itu, tempat yang memungkinkan astronot turun ke permukaan bulan sebagai bagian dari program Artemis.

Beck menyebut adanya orbit baru membawa sejumlah keuntungan seperti mengurangi penggunaan bahan bakar, selain juga memungkinkan satelit – atau stasiun luar angkasa – tetap berhubungan konstan dengan Bumi.

Baca Juga: Penembakan dalam Perayaan Kemerdekaan AS di Illinois, 6 Tewas dan 24 Luka-luka

Satelit Capstone diluncurkan memakai Roket Electron, lalu dilanjutkan oleh Photon, pesawat ruang angkasa kedua yang terpisah dari Electron 9 menit selepas roket lepas landas dari bumi.

Satelit Capstone kemudian dibawa oleh Photon selama enam hari, pesawat itu menembakkan satelit Capston secara berkala untuk menjauhkannya dari bumi.

Ledakan terakhir pada Senin (4/7) memungkinkan Photon untuk terpisah dari gravitasi Bumi dan mengirim satelit 'microwave' itu menuju bulan. 

Beck mengatakan mereka akan memutuskan dalam beberapa hari mendatang apa yang harus dilakukan dengan Photon, yang telah menyelesaikan tugasnya dan masih memiliki sedikit bahan bakar yang tersisa dalam tangki.

“Ada sejumlah tugas yang sangat keren yang bisa kita lakukan dengannya,” kata Beck.

Untuk misi itu, NASA telah bekerja sama dengan dua perusahaan komersial: Rocket Lab yang berbasis di California dan Advanced Space yang berbasis di Colorado. Kedua perusahaan itu ikut memiliki dan mengoperasikan satelit Capstone.

Baca Juga: Korea Utara Mengamuk AS Ingin Buat NATO Asia, Disebut Tujuan Utama Labeli Rezim Kim Jong-Un Ancaman

Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU