> >

Putus Asa, Korban Selamat Gempa Afghanistan Menggali dengan Tangan Mencari Kerabat di Reruntuhan

Kompas dunia | 23 Juni 2022, 17:29 WIB
Warga Afghanistan mengevakuasi korban luka akibat gempa di provinsi Paktika, Afghanistan timur, Rabu (22/6/2022). (Sumber: Bakhtar News Agency via AP)

Taliban tidak secara resmi meminta agar PBB memobilisasi tim pencarian dan penyelamatan internasional. Atau, mendapatkan peralatan dari negara-negara tertangga demi melengkapi sejumlah ambulans dan helikopter pihak berwenang Afghanistan. Ini, kata wakil khusus PBB untuk Afghanistan, Ramiz Alakbarov, mencerminkan kerja yang kacau antara Taliban dan seluruh dunia.

Namun, para pejabat dari beberapa badan PBB mengatakan, Taliban memberi mereka akses penuh ke daerah terdampak gempa.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menulis di Twitter, delapan truk makanan dan kebutuhan lainnya dari Pakistan tiba di Paktika.

Zabihullah pada Kamis (23/6) juga mengatakan, dua pesawat bantuan kemanusiaan dari Iran dan satu lagi dari Qatar telah tiba di negara itu.

Bisa jadi, memperoleh lebih banyak bantuan internasional secara langsung lebih sulit. Pasalnya, banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS), menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Afghanistan melalui PBB dan organisasi semacam itu. Tujuannya, menghindari menyerahkan uang ke tangan Taliban.

Baca Juga: PBB Mulai Kerahkan Bantuan, Korban Tewas Gempa Afghanistan Tembus 1.000 orang

Warga terlihat berupaya mencari korban selamat di kegelapan di desa Gyan, di provinsi Paktika, Afghanistan, Rabu (22/6/2022). Gempa bumi dahsyat mengguncang wilayah pegunungan Afghanistan timur Rabu pagi. (Sumber: AP Photo/Ebrahim Nooroozi)

Dalam buletin berita Kamis, televisi pemerintah Afghanistan menyatakan Presiden AS Joe Biden menyampaikan belasungkawa atas gempa bumi dan  menjanjikan bantuan.

Biden pada Rabu (22/6) memerintahkan, "USAID dan mitra pemerintah federal lainnya mengukur opsi bantuan AS untuk membantu mereka yang paling terkena dampak," kata pernyataan Gedung Putih.

Gempa itu berpusat di Provinsi Paktika, sekitar 50 kilometer barat daya Khost, menurut Departemen Meteorologi Pakistan. Para ahli memperkirakan kedalamannya hanya 10 kilometer. Gempa dangkal cenderung menyebabkan lebih banyak kerusakan.

Jumlah korban tewas yang dilaporkan oleh kantor berita Bakhtar sama dengan gempa tahun 2002 di Afghanistan utara. Gempa itu adalah yang paling mematikan sejak 1998, ketika gempa bumi yang juga berkekuatan 6,1 skala Richter dan getaran berikutnya di timur laut terpencil menewaskan sedikitnya 4.500 orang.

Sementara, gempa pada Rabu (22/6) kemarin terjadi di wilayah yang rawan tanah longsor, dan banyak bangunan tua yang berstruktur lebih lemah.

Di distrik Speray Provinsi Khost yang bertetangga, yang juga mengalami kerusakan serius, para lelaki berdiri di atas tempat yang dulunya merupakan rumah lumpur. Gempa telah merobek balok kayunya. Orang-orang duduk di luar di bawah tenda darurat yang terbuat dari selimut yang tertiup angin.

Para penyintas dengan cepat mempersiapkan jenazah-jenazah di distrik itu, termasuk anak-anak dan bayi untuk dimakamkan. Para pejabat khawatir lebih banyak korban tewas akan ditemukan dalam beberapa hari mendatang.

“Sulit untuk mengumpulkan semua informasi yang tepat karena ini adalah daerah pegunungan,” kata Sultan Mahmood, kepala distrik Speray. "Informasi yang kami miliki adalah apa yang kami kumpulkan dari penduduk daerah ini."

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU