> >

Komisi Eropa Sebut 20 Juta Ton Gandum Terjebak Perang di Ukraina, Picu Meroketnya Harga Pangan

Krisis rusia ukraina | 25 Mei 2022, 03:55 WIB
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen saat berbicara dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Selasa (24/5/2022). Von der Leyen menyebut kini terdapat 20 juta ton gandum yang tidak bisa disalurkan dari Ukraina akibat perang. (Sumber: Markus Schreiber/Associated Press)

DAVOS, KOMPAS.TV - Presiden Komisi Eropa, badan eksekutif Uni Eropa, Ursula von der Leyen, menyebut kini terdapat 20 juta ton gandum yang tidak bisa disalurkan dari Ukraina akibat perang. Hal tersebut memicu meroketnya harga pangan yang menggunakan gandum.

Von der Leyen menyampaikan keterangan itu ketika berbicara dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Selasa (24/5/2022).

Menurut Komisi Eropa, invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan disrupsi suplai pangan global. Blokade pasukan Rusia di perairan Ukraina membuat Kiev kesulitan melakukan ekspor.

Blokade perairan tersebut membuat Ukraina sulit menjual dua komoditas utamanya, gandum dan biji-bijian. Menurut Uni Eropa, 90 persen ekspor biji-bijian dan minyak biji-bijian Ukraina disalurkan melalui pelabuhan sebelum perang.

Baca Juga: Krisis Pangan Memburuk, PBB Minta Rusia Izinkan Ekspor Gandum Ukraina

“Di atas semua ini, Rusia sekarang menimbun stok ekspor pangannya sebagai bentuk pemerasan, menahan suplai (pangan) meningkatkan harga global. Atau, mereka (Rusia) memperdagangkan gandum untuk dukungan politis,” kata Von der Leyen dikutip Associated Press.

“Ini adalah penggunaan gandum dan kelaparan untuk meningkatkan kekuatan,” lanjutnya.

Von der Leyen menuduh Rusia menggunakan suplai pangan sebagai senjata, sengaja menimbulkan disrupsi suplai pangan global.

Ia menyebut, populasi di negara-negara rentan paling terdampak kebijakan disrupsi suplai pangan akibat perang Rusia-Ukraina. 

Presiden Komisi Eropa itu mengeklaim harga roti di Lebanon meroket hingga 70 persen. Ia juga menuduh Rusia menghalangi pengapalan makanan dari Odessa, Ukraina, ke Somalia.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU