> >

Makin Parah, Sri Lanka Kini Kehabisan Bensin dan Uang Tunai Valuta Asing untuk Impor Obat-Obatan

Kompas dunia | 17 Mei 2022, 07:55 WIB
PM Sri Lanka hari Senin, (16/5/2022) mengatakan mereka kehabisan bensin serta uang tunai valuta asing untuk membayar impor penting seperti obat-obatan (Sumber: Straits Times/Bloomberg/EPA-EFE)

Oposisi utama Partai Samagi Jana Balawegaya (SJB) tampaknya membatalkan tuntutannya agar Presiden mundur sebelum mendukung koalisi untuk mengelola ekonomi yang runtuh.

Baca Juga: Ranil Wickremesinghe Jadi Perdana Menteri Baru Sri Lanka, Jabatan PM ke-6 Untuknya

Warga Kolombo mengantre membeli minyak tanah untuk digunakan di rumah di pompa bensin Kolombo, 17 Maret 2022. PM Sri Lanka hari Senin, (16/5/2022) mengatakan mereka kehabisan bensin serta uang tunai valuta asing untuk membayar impor penting seperti obat-obatan. (Sumber: Straits Times)

SJB menolak untuk bergabung dengan pemerintah persatuan yang dipimpin oleh Wickremesinghe, tetapi mengatakan akan "tanpa syarat mendukung upaya positif untuk menghidupkan kembali ekonomi".

"Penting untuk menyelamatkan negara dari krisis ekonomi yang parah," katanya dalam sebuah pernyataan singkat.

Partai oposisi terbesar kedua, Partai Kebebasan Sri Lanka, mengatakan akan bergabung dengan Kabinet.

Di Kolombo, ibu kota komersial negara itu, antrean panjang becak, alat transportasi paling populer di kota, antre di pom bensin saat pengemudi harus menunggu bahan bakar yang berakhir sia-sia.

“Saya sudah mengantri lebih dari enam jam,” kata salah satu pengemudi, Mohammad Ali. “Kami menghabiskan hampir enam hingga tujuh jam di antrean hanya untuk mendapatkan bensin.”

Pengemudi lain, Mohammad Naushad, mengatakan pom bensin yang dia tunggu kehabisan bahan bakar.

"Kami sudah di sini sejak pukul tujuh hingga delapan pagi dan masih belum jelas apakah mereka akan memiliki bahan bakar atau tidak," katanya. “Kapan datangnya, tidak ada yang tahu. Apakah ada gunanya menunggu kami di sini, kami juga tidak tahu.”

Baca Juga: Kemenlu Pastikan Tidak Ada WNI yang Terdampak Krisis Sri Lanka

Ranil Wickremesinghe Perdana Menteri Sri Lanka yang baru. PM Sri Lanka hari Senin, (16/5/2022) mengatakan mereka kehabisan bensin serta uang tunai valuta asing untuk membayar impor penting seperti obat-obatan. (Sumber: AP Photo/Eranga Jayawardena)

Dipukul keras oleh pandemi Covid-19, kenaikan harga minyak dan pemotongan pajak populis oleh Rajapaksa, negara kepulauan strategis di Samudra Hindia, di mana China dan India berjuang untuk mendapatkan pengaruh, berada di tengah krisis yang belum pernah terjadi separah ini sejak kemerdekaannya pada tahun 1948.

Kekurangan devisa yang kronis menyebabkan inflasi merajalela dan obat-obatan menjadi langka dan kekurangan, termasuk bahan bakar dan kebutuhan pokok lainnya, membawa ribuan orang turun ke jalan sebagai protes.

Pengiriman diesel menggunakan jalur kredit India tiba di negara itu pada hari Minggu, tetapi belum didistribusikan ke seluruh pulau.

Menteri Tenaga Listrik Kanchana Wijesekera mengatakan hari Senin, (16/5/2022) “Meminta masyarakat untuk tidak mengantri atau mengisi ulang dalam tiga hari ke depan sampai pengiriman BBM ke 1.190 SPBU selesai.”

Wickremesinghe belum mengumumkan menteri-menteri kunci termasuk jabatan penting menteri keuangan, yang akan bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional IMF untuk bantuan keuangan yang sangat dibutuhkan negara itu.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Straits Times/Bloomberg


TERBARU