> >

Pengusaha dan Serikat Buruh Jerman Ramai-Ramai Memprotes Boikot Uni Eropa atas Impor Gas Alam Rusia

Krisis rusia ukraina | 19 April 2022, 10:47 WIB
Pabrik kimia Evonik, di Wesseling Jerman. Pengusaha dan serikat pekerja Jerman hari Senin (18/4/2022) bergabung menentang larangan Uni Eropa atas impor gas alam dari Rusia. (Sumber: AP Photo/Martin Meissner, File)

Wakil Rektor Jerman Robert Habeck mengatakan dalam sebuah wawancara dengan kelompok media Funke bahwa "embargo gas langsung akan membahayakan perdamaian sosial di Jerman."

Meskipun sanksi ekonomi meluas terhadap bank dan individu Rusia, Uni Eropa terus membayar sekitar 850 juta dollar AS per hari ke Rusia untuk membeli minyak dan gas, bahkan saat pemerintahan negara-negara Uni Eropa mengutuki serangan Rusia di Ukraina.

Sektor usaha pengguna gas di Jerman termasuk produsen kaca, logam, keramik, dan bahan kimia.

Baca Juga: Austria Minta Sanksi Uni Eropa agar Menyakiti Rusia, Bukan Justru Menyakiti Negara Uni Eropa Sendiri

Pejabat industri mengatakan dalam banyak kasus gas alam tidak mungkin untuk diganti dalam jangka pendek, dan asosiasi yang mewakili perusahaan pengolahan makanan, galvanisasi logam dan kaca serta kepala serikat industri kimia juga menentang penghentian tiba-tiba impor gas Rusia.

Analis energi mengatakan penghentian total gas Rusia dapat menyebabkan resesi dan akan membuat beberapa pemerintah negara Uni Eropa pada posisi harus menjatah gas.

Pemerintah Jerman akan memutuskan bisnis mana yang kurang penting dan bisnis mana yang pasokannya akan dihentikan atau dikurangi untuk keperluan rumah tangga dan rumah sakit, yang dilindungi oleh undang-undang Uni Eropa.

Bagaimanapun, penutupan seperti itu akan membuat harga gas yang sudah tinggi bahkan melonjak lebih tinggi.

Analis mengatakan untuk Uni Eropa, minyak mentah Rusia akan lebih mudah diganti daripada gas, tetapi boikot masih akan menyebabkan harga energi melonjak tinggi, merugikan konsumen yang sudah menghadapi rekor inflasi Uni Eropa sebesar 7,5 persen.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU