> >

Presiden Sri Lanka Mengaku Salah dalam Mengelola Ekonomi Negaranya

Kompas dunia | 19 April 2022, 10:06 WIB
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa hari Senin, (18/4/2022) mengakui membuat kesalahan yang menyebabkan krisis ekonomi terburuk negara itu dan berjanji untuk memperbaikinya (Sumber: AP Photo/Eranga Jayawardena)

“Saat ini, orang-orang berada di bawah tekanan besar karena krisis ekonomi ini. Saya sangat menyesali situasi ini," kata Rajapaksa, seraya menambahkan wajar perasaan sakit hati, ketidaknyamanan, dan kemarahan yang ditunjukkan oleh orang-orang yang terpaksa menunggu dalam antrean panjang untuk mendapatkan barang-barang penting dengan harga tinggi.

Penunjukan Kabinet itu terjadi menyusul protes selama berminggu-minggu atas kekurangan bahan bakar dan makanan, serta tuntutan agar Rajapaksa, keluarganya yang kuat secara politik dan pemerintahnya mengundurkan diri.

Banyak kemarahan publik diarahkan pada Rajapaksa dan kakak laki-lakinya, Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa. Mereka menjadi bos klan berpengaruh yang memegang kekuasaan selama sebagian besar dari dua dekade terakhir.

Ribuan pengunjuk rasa menduduki pintu masuk kantor presiden di hari ke-10 pada hari Senin.

Baca Juga: Ini Strategi Sri Mulyani Agar RI Tak Gagal Bayar Utang Seperti Sri Lanka

Warga Sri Lanka berkumpul di SPBU untuk membeli solar sebelum jam malam dimulai di Kolombo, Sri Lanka, Sabtu, 2 April 2022. Sri Lanka memberlakukan jam malam di seluruh negeri mulai Sabtu malam hingga Senin pagi, selain keadaan darurat yang diumumkan oleh presiden, dalam upaya untuk mencegah lebih banyak kerusuhan (Sumber: AP Photo/Eranga Jayawardena)

Presiden dan perdana menteri tetap menjabat, tetapi beberapa kerabat lainnya kehilangan kursi Kabinet mereka dalam apa yang dilihat sebagai upaya untuk menenangkan para pengunjuk rasa tanpa melepaskan kekuasaan keluarga.

Banyak politisi senior dan mereka yang menghadapi tuduhan korupsi dikeluarkan dari Kabinet baru sejalan dengan seruan untuk pemerintahan yang lebih muda, meskipun menteri keuangan dan luar negeri mempertahankan posisi mereka untuk membantu pemulihan ekonomi.

Sebagian besar Kabinet mengundurkan diri pada 3 April setelah protes meletus di seluruh negeri dan demonstran menyerbu serta merusak rumah beberapa menteri Kabinet.

Partai-partai oposisi menolak tawaran Presiden Rajapaksa untuk membentuk pemerintahan persatuan dengan dia dan saudaranya tetap berkuasa. Partai-partai oposisi juga gagal mendapatkan mayoritas parlemen.

Pekan lalu, pemerintah mengatakan sedang menangguhkan pembayaran pinjaman luar negeri sambil menunggu pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional.

Menteri Keuangan Ali Sabry dan para pejabat berangkat untuk melakukan pembicaraan dengan IMF pada hari Minggu. IMF dan Bank Dunia mengadakan pertemuan tahunan di Washington minggu ini.

Sri Lanka juga beralih ke China dan India untuk pinjaman darurat untuk membeli makanan dan bahan bakar.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU