> >

Uni Eropa Ragu Embargo Minyak Rusia, Harga Minyak Turun Lagi

Krisis rusia ukraina | 23 Maret 2022, 08:22 WIB
Kapal tanker minyak mentah. Harga minyak mentah pada Rabu (23/3/2022) kembali turun setelah pasar melihat Uni Eropa semakin ragu untuk bergabung dengan AS, dalam memberikan sanksi embargo minyak Rusia. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

NEW YORK, KOMPAS.TV- Harga minyak kembali turun pada penutupan perdagangan Selasa (22/3/2022) waktu Amerika Serikat (AS) atau Rabu pagi (23/3) WIB.

Harga kontrak berjangka untuk minyak Brent untuk pengiriman Mei turun 14 sen atau 0,2 persen, menjadi di harga 115,48 dollar AS per barel.

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April turun 36 sen atau 0,3 persen lebih rendah, menjadi di harga 111,76 dollar AS per barel.

Padahal sehari sebelumnya, yaitu pada Senin (21/3), harga kontrak untuk kedua jenis minyak itu naik 7 persen dari hari sebelumnya.

Harga minyak melemah setelah pasar melihat negara-negara Uni Eropa semakin ragu untuk bergabung dengan AS, dalam memberikan sanksi embargo minyak Rusia.

Dikutip dari Antara, Rabu (23/3), suara Uni Eropa terpecah, ada yang setuju dan ada yang tidak. Negara yang menentang salah satunya adalah Jerman, yang menyatakan mereka terlalu bergantung pada produk migas Rusia.

Jika Uni Eropa tidak boleh mengimpor migas dari Rusia, krisis energi akan melanda.

Baca Juga: Siap Kompromi, Zelensky Sebut Ukraina Tidak akan Gabung NATO jika Rusia Penuhi Tiga Tuntutan Ini

Sementara Perancis lewat perusahaan minyaknya TotalEnergies, menyatakan akan keluar dari kontrak pasokan minyak Rusia.

Sebelumnya Total mendapat kecaman karena tidak bergabung dengan Shell dan BP, yang mendivestasi aset minyak dan gas mereka di Rusia.

Tadinya, jika tidak mendapat suplai dari Rusia, Eropa akan mengandalkan sumber minyak lainnya. Salah satunya dari Caspian Pipeline Consortium (CPC). Namun, konsorsium tersebut mengumumkan proyeksi penurunan ekspor hingga 1 juta barel per hari.

Mereka kini masih memperbaiki dua dari tiga titik tambat yang rusak akibat badai di bagian Laut Hitam Rusia.

Ketergantungan besar terhadap minyak Rusia

Sebelumnya, Rusia menyatakan jika AS dan Eropa jadi menjatuhkan sanksi larangan impor minyak dari, hanya akan merugikan Eropa. Selama ini, Benua Biru memang punya ketergantungan besar terhadap minyak Rusia.

Baca Juga: Alibaba dan Tencent Pangkas Jumlah Karyawan, Puluhan Ribu Orang akan Di-PHK

"Embargo seperti itu akan sangat berdampak serius pada pasar minyak global, sangat berdampak buruk pada keseimbangan energi di benua Eropa," kata Juru Bicara Pemerintah Rusia Dmitry Peskov.

Menurut Peskov, warga AS tidak akan semenderita rakyat Eropa jika mereka mengembargo minyak Rusia.

“Ini akan sulit bagi orang Eropa. Keputusan seperti itu akan memukul semua orang,” tambahnya.

Rusia juga menegaskan jika minyak mereka tidak bisa di ekspor keluar, Rusia akan menutup pipa gas utamanya ke Jerman, yaitu pipa Nord Stream 1. Sedangkan untuk pipa Nord Stream 2 sudah lebih dulu ditutup oleh Jerman.

Baca Juga: NewsGuard: Algoritma TikTok Suapi Pengguna dengan Konten Disinformasi Soal Konflik Rusia-Ukraina

Kedua pipa itu ada jaringan utama yang menyalurkan migas Rusia ke Eropa. Ada 27 negara yang bergabung dengan Uni Eropa dan 40 persen kebutuhan gas Eropa dipasok oleh Rusia. Sedangkan negara Eropa yang paling bergantung dengan migas Rusia, adalah Jerman.

Sementara harga minyak pada Rabu pagi WIB, mendapat sentimen pendongkrak dari serangan kelompok Houthi Yaman terhadap fasilitas desalinasi energi dan air Saudi selama akhir pekan lalu.

Arab Saudi mengatakan tidak akan bertanggung jawab atas kekurangan pasokan global setelah serangan oleh Houthi, menandakan Arab Saudi yang semakin frustasi dengan penanganan Washington terhadap Yaman dan Iran.

Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada

Sumber : Antara


TERBARU