AS Buru Pemimpin ISIS Afghanistan, Kepalanya Dihargai Imbalan Rp143 Miliar
Kompas dunia | 9 Februari 2022, 14:05 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV – Amerika Serikat (AS) menawarkan imbalan hingga senilai 10 juta dolar atau setara Rp143 miliar atas informasi menyangkut lokasi keberadaan atau identifikasi Sanaullah Ghafari, pemimpin ISKP atau ISIS-K, afiliasi ISIS di Afghanistan.
Melansir Al Jazeera, imbalan itu ditawarkan oleh Departemen Luar Negeri AS pada Senin (7/2/2022). Imbalan itu juga ditawarkan bagi informasi apa pun yang dapat menuntun pada penangkapan individu-individu yang bertanggung jawab atas serangan bom di bandara Kabul. Serangan itu diklaim dilakukan oleh kelompok ISIS di Provinsi Khorasan, yang dikenal dengan sebutan ISKP atau ISIS-K.
Baca Juga: Pengakuan Saksi Mata Ledakan Bom Bunuh Diri di Bandara Kabul: Seperti Hari Kiamat
Diketahui, ISKP atau ISIS-K sempat mengeklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan di bandara Kabul tahun lalu. Serangan pada Agustus 2021 di bandara ibu kota Afghanistan itu menewaskan 170 warga sipil Afghanistan dan 13 personel militer AS. Serangan itu terjadi di tengah proses penarikan tentara AS dari negara yang compang-camping akibat perang itu.
Ghafari, yang juga dikenal dengan nama alias Shahab al-Muhajir, menurut Departemen Luar Negeri AS, ditunjuk memimpin ISIS-K pada Juni 2020. Ghafari dituding bertanggung jawab menyetujui seluruh operasi ISIS-K di seantero Afghanistan dan menggalang dana kelompok itu.
Hasil investigasi militer AS atas serangan di bandara Kabul pada 26 Agustus 2021 itu dirilis pada Jumat (4/2). Hasil investigasi menemukan bahwa serangan itu tampaknya dilakukan oleh satu orang yang meledakkan bom tunggal yang sarat dengan bola-bola baja di tengah kerumunan manusia.
Beberapa hari setelah serangan bom itu, AS melancarkan serangan drone yang semula disebut Pentagon menyasar para tersangka kombatan ISIS-K.
Baca Juga: Serangan Drone AS Tewaskan Anak-Anak, Warga Afghanistan Berang
Namun, media melaporkan bahwa 10 warga sipil Afghanistan, termasuk sejumlah anak, tewas terbunuh. Meski pihak berwenang AS kemudian meminta maaf atas serangan bom drone itu, tak ada satu pun personel militer AS yang dihukum atas serangan salah sasaran itu.
Sementara itu, informasi tentang sosok Ghafari masih sumir dan sedikit. Namun, rumor menyebut bahwa ia sempat menjadi komandan al-Qaeda atau mantan anggota jaringan Haqqani, salah satu faksi terkuat dan paling ditakuti dalam Taliban.
Ghafari di-blacklist oleh AS pada November sebagai ‘teroris global khusus’.
Dua anggota kelompok lainnya, juru bicara Sultan Aziz Azam yang juga dikenal sebagai Sultan Aziz, dan pemimpin senior Maulawi Rajab Salahudin, juga di-blacklist.
Baca Juga: Tak Kapok, Pelajar yang Terdampar di Afghanistan saat Taliban Berkuasa Ingin Berlibur ke Ukraina
“Kami berkomitmen menggunakan seluruh alat kontraterorisme kami untuk mengatasi ISIS-K dan memastikan agar Afghanistan tak lagi menjadi platform bagi terorisme internasional,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price saat itu.
“Ini akan mengungkap sekaligus mengisolasi para teroris, mencegah mereka mengeksploitasi sistem keuangan AS dan membantu aktivitas penegakan hukum yang relevan,” kata Price.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Al Jazeera