> >

Jerman Terkesan Lunak dalam Konflik Barat dan Rusia Terkait Ukraina, Ini Penjelasannya

Kompas dunia | 26 Januari 2022, 19:45 WIB
Kanselir Jerman Olaf Scholz. Ujian penting pertama bagi pemerintahan baru Kanselir Jerman Olaf Scholz adalah mengatasi keengganannya untuk memimpin masalah keamanan di Eropa pasca-Perang Dunia II dan mengesampingkan nalurinya untuk mengakomodasi Rusia dan berganti ke nada konfrontasi. (Sumber: EPA-EFE/Straits Times)

Sikap tidak tegas Jerman sangat meresahkan Ukraina dan tetangga timurnya. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menuduh Berlin secara efektif "mendorong" agresi Rusia. 

"Berlin membuat kesalahan strategis besar dan membahayakan reputasinya," kata Laurynas Kasciunas, ketua komite keamanan nasional Parlemen Lituania, kepada penyiar publik LRT.

Sementara Menteri Luar Negeri Latvia Artis Pabriks mengatakan, tindakan penangkalan Jerman atas kemungkinan agresi Rusia adalah "mengirim rumah sakit lapangan, dan bukan senjata".

Ketegangan dalam NATO memuncak akhir pekan lalu, ketika kepala staf angkatan laut Jerman mengatakan, Presiden Vladimir Putin dari Rusia pantas mendapatkan "penghormatan" dan Krimea "tidak akan pernah" dikembalikan ke Ukraina.

Wakil Laksamana Kay-Achim Schonbach mengundurkan diri, tetapi reaksinya cepat dan emosional.

"Sikap menggurui ini secara tidak sadar juga mengingatkan orang Ukraina akan kengerian pendudukan Nazi, ketika orang Ukraina diperlakukan sebagai manusia yang tidak manusiawi," kata Andriy Melnyk, duta besar Ukraina untuk Jerman.

Baca Juga: Makin Panas di Ukraina, Joe Biden Kini Ancam Putin dengan Sanksi Pribadi

Gambar peta jalur pipa gas alam Nord Stream 2 dari Rusia ke Jerman di Lubwin, Jerman. Foto diambil pada 16 November 2021. Pengamat menyebut sikap Berlin yang lebih lunak dibanding anggota NATO lain terhadap Rusia terkait dengan kontrak gas alam. (Sumber: Stefan Sauer/DPA via Associated Press)

Washington telah bersusah payah untuk secara terbuka menekankan kepercayaannya di Berlin, sementara secara pribadi melobi Scholz untuk mengambil garis yang lebih keras.

Perdebatan  tentang di mana tepatnya loyalitas Jerman terletak bukanlah hal baru. Hubungan Rusia-Jerman bukan hanya dibentuk berabad-abad oleh perdagangan dan pertukaran budaya tetapi juga oleh dua Perang Dunia.

Perang Dingin menambahkan lapisan keruwetan lain, Jerman Barat menjadi tertanam kuat dalam aliansi Barat sementara Jerman Timur hidup di bawah pendudukan Soviet.

"Mengapa kita melihat Rusia berbeda dari Amerika? jawabannya: Sejarah," kata Matthias Platzeck, ketua Forum Rusia-Jerman dan mantan ketua partai Sosial Demokrat tempat Scholz bernaung.

"Jerman dan Rusia dihubungkan selama seribu tahun. Tsar Rusia terbesar adalah Catherine yang Agung, seorang Jerman, yang kebetulan menjadikan Krimea bagian dari Rusia."

Dia menambahkan, "Kami menyerang Rusia dua kali, dan kedua kalinya adalah perang genosida. Dua puluh tujuh juta orang Soviet tewas, 15 juta orang Rusia di antaranya."

Itu tidak berarti Jerman gagal melawan Rusia dalam beberapa tahun terakhir. Jerman memimpin unit pertempuran multinasional NATO di Lituania dan membantu memantau wilayah udara Baltik dari campur tangan Rusia.

Ia berencana mengirim jet tempur ke Rumania bulan depan untuk melakukan hal yang sama di sana. (Dan Jerman juga mengirim rumah sakit lapangan ke Kiev, Ukraina, bulan depan.)

Pada tahun 2014, ketika Putin menginvasi Ukraina dan mencaplok Krimea, Kanselir Jerman saat itu, Angela Merkel, mengumpulkan negara-negara tetangga di Timur dan Barat untuk mendukung sanksi keras terhadap Rusia.

Namun pergantian kepemimpinan Jerman setelah 16 tahun dengan Angela Merkel di kepemimpinan, telah menempatkan pemerintahan baru yang terpecah: seberapa sulit untuk menarik garis dengan Rusia.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/The New York Times/Straits Times


TERBARU