> >

Ternyata, 2 Pekerja Lembaga Perlindungan Anak Ikut Jadi Korban Pembantaian Junta Militer Myanmar

Kompas dunia | 30 Desember 2021, 09:24 WIB
Sejumlah kendaraan ditemukan terbakar dengan sekitar 30 jasad manusia didalamnya yang diduga telah dibantai oleh junta militer Myanmar di Kota Hpruso, Negara Bagian Kayah, Jumat (24/12/2021). (Sumber: KNDF via AP)

NAYPYIDAW, KOMPAS.TV - Ternyata dua pekerja Lembaga Perlindungan Anak Internasional, Save The Children ikut jadi korban pembantaian junta militer Myanmar.

Pada pekan lalu, dilaporkan 35 orang dibunuh dan jasadnya dibakar oleh junta militer Myanmar di sebuah desa di Negara Bagian Kayah.

Pada insiden berdarah yang terjadi Jumat (24/12/2021), dua pekerja lembaga internasional itu dilaporkan terjebak dalam pembantaian itu.

Kala itu keduanya melewati Negara Bagian Kayah untuk kembali ke kantor mereka, setelah bekerja di komunitas terdekat.

Baca Juga: Pemerintah Indonesia Akhirnya Putuskan Kapal Berisi Warga Rohingya Boleh Berlabuh di Bireuen

Dikutip dari Sky News, salah satu dari kedua orang itu adalah pria berusia 32 tahun yang sudah bekerja di Save The Children selama dua tahun, dan melatih guru.

Sedangkan yang lainnya berusia 28 tahun, dan telah bergabung dengan lembaga tersebut selama enam tahun.

Ironisnya, keduanya baru menjadi bapak, dengan salah satunya memiliki anak laki-laki berusia 10 bulan, dan yang lainnya seorang putri berusia 30 tahun.

Save The Children pun menegaskan tak akan mengungkap identitas mereka dengan alasan keamanan.

“Berita ini sangat mengerikan. Kekerasan melawan penduduk sipil yang tak bersalah termasuk pekerja bantuan tak bisa ditoleransi, dan serangan ini merupakan pelanggaran bagi hukum kemanusiaan internasiolan,” ujar Ketua Eksekutif Save The Children, Inger Ashing.

Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Sky News


TERBARU