> >

Miris, Ini Bedanya Bila Suhu Bumi Naik 1,5 Derajat dan Naik 2 Derajat Celcius dalam Pemanasan Global

Kompas dunia | 8 November 2021, 07:15 WIB
Ilustrasi perubahan iklim. Menurut para ilmuwan dunia seperti dilansir Straits Times, Minggu (07/11/2021), melintasi ambang batas kenaikan suhu rata-rata bumi sebesar 1,5 derajat celcius risikonya sangat besar, karena akan melepaskan efek perubahan iklim yang jauh lebih parah bagi manusia, satwa liar, dan ekosistem mahluk hidup. (Sumber: thefanatic)

GLASGOW, KOMPAS.TV - Berulang kali pada KTT iklim PBB COP26 di Glasgow, para pemimpin dunia sengit menekankan perlunya membatasi pemanasan global, atau kenaikan suhu bumi hingga 1,5 derajat Celcius saja.

Perjanjian Paris 2015 mengikat negara-negara untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata global hingga jauh di bawah 2 derajat C di atas tingkat praindustri, dan menargetkan 1,5 derajat C. Artinya, bila suhu bumi naik, hanya boleh naik 1,5 derajat celcius saja, dan jangan sampai suhu bumi naik 2 derajat celcius.

Menurut para ilmuwan dunia seperti dilansir Straits Times, Minggu (07/11/2021), melintasi ambang batas kenaikan suhu rata-rata bumi sebesar 1,5 derajat celcius risikonya sangat besar, karena akan melepaskan efek perubahan iklim yang jauh lebih parah bagi manusia, satwa liar, dan ekosistem mahluk hidup.

Mencegah supaya suhu bumi tidak naik melebihi 1,5 derajat celcius perlu memangkas hampir separuh emisi karbon dioksida (CO2) global pada tahun 2030 dibanding tingkat 2010 dan membuat emisi CO2 menjadi nol bersih pada tahun 2050.

Itu adalah tugas ambisius yang diperdebatkan siang malam dan panjang pendek oleh para ilmuwan, pemodal, negosiator dan aktivis di COP26 tentang bagaimana mencapai tingkat itu dan bagaimana membayarnya.

Tetapi apa perbedaan antara kenaikan suhu bumi sebesar 1,5 derajat celcius dan sebesar 2 derajat celsius? Inilah beberapa penjelasan ilmuwan seperti dilansir Straits Times, Minggu (07/11/2021).

Baca Juga: Waduh 14 Persen Terumbu Karang Dunia Musnah Satu Dekade Terakhir Akibat Pemanasan Global

Dalam kombinasi foto tahun 2021 dan 2017 ini, di sebelah kiri adalah seorang pria yang menyaksikan kebakaran hutan mendekati pantai Kochyli di Pulau Evia, Yunani, dan di sebelah kanan adalah retakan di lapisan es Larsen C di Semenanjung Antartika yang diamati selama penerbangan satelit oleh NASA. KTT iklim PBB tahun 2021 COP26 di Glasgow memperbarui pertanyaan mendesak kepada komunitas internasional: Bisakah dunia bersatu untuk menghadapi musuh bersama pemanasan global sebelum terlambat? (Sumber: AP Photo/Thodoris Nikolaou; John Sonntag/NASA via AP)

Di mana Kita Sekarang, soal Kenaikan Suhu Bumi atau Pemanasan Global?

Sudah, dunia sudah naik suhunya setinggi 1,1 derajat C di atas tingkat praindustri. Setiap dekade dari empat dekade terakhir lebih panas daripada dekade mana pun sejak 1850, yang artinya kenaikan suhu bumi setiap dekade lebih tinggi dari kenaikan suhu bumi di masa praindustri.

"Kita tidak pernah mengalami pemanasan global seperti itu hanya dalam beberapa dekade," kata ilmuwan iklim Daniela Jacob di Pusat Layanan Iklim Jerman.

"(Kenaikan suhu) setengah derajat berarti cuaca yang jauh lebih ekstrem, bisa lebih sering, lebih intens, atau lebih lama durasinya," kata Daniela.

Baru tahun ini, hujan deras dan banjir bandang melibas China dan Eropa Barat dan menewaskan ratusan orang. Ratusan lainnya tewas ketika suhu di Pasifik barat laut mencapai rekor tertinggi.

Greenland mengalami peristiwa pencairan es besar-besaran, kebakaran hutan melanda Mediterania dan Siberia, dan rekor kekeringan melanda beberapa bagian Brasil.

"Perubahan iklim sudah memengaruhi setiap wilayah yang dihuni di seluruh dunia," kata ilmuwan iklim Rachel Warren di University of East Anglia.

Panas, Hujan, Kemarau

Kenaikan suhu bumi lebih dari 1,5 derajat C akan membuat dampak pemanasan suhu bumi jauh lebih buruk.

"Untuk setiap kenaikan pemanasan global, perubahan ekstrem menjadi lebih besar," kata ilmuwan iklim Sonia Seneviratne di ETH Zurich.

Misalnya, gelombang panas akan menjadi lebih sering dan lebih parah.

Peristiwa panas ekstrem alami terjadi sekali setiap dekade, menjadi 4,1 kali bila suhu bumi naik 1,5 derajat C, dan 5,6 kali setiap dekade bila suhu bumi naik 2 derajat C, menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB atau UNFCCC.

Bila kenaikan suhu bumi setinggi 4 derajat celcius, peristiwa gelombang panas ekstrem dapat terjadi 9,4 kali setiap dekade.

Atmosfer yang lebih hangat juga menahan lebih banyak kelembapan, sehingga menghasilkan curah hujan yang lebih ekstrem sehingga risiko banjir bandang melonjak tinggi. Kenaikan suhu bumi juga meningkatkan penguapan, yang menyebabkan kekeringan yang lebih intens.

Baca Juga: Bencana Banjir Bandang India Akibat Patahnya Gletser, Bukti Nyata Pemanasan Global

14 persen terumbu karang dunia musnah sejak 2009 hingga 2018 akibat penangkapan ikan ilegal, destruktif dan tidak teregulasi, diperparah dengan polusi dan polutan, dimana sebagian besar terumbu karang musnah akibat pemanasan global, seperti laporan Global Reef Monitoring Network 05 Oktober 2021 (Sumber: Bloomberg)

Es, Laut, Terumbu Karang

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Straits Times


TERBARU