> >

Rantai Pasokan Global Pasca Pandemi Macet, AS Kumpulkan Beberapa Negara G20 untuk Cari Solusi

Kompas dunia | 31 Oktober 2021, 15:34 WIB
Presiden AS Joe Biden mengumpulkan beberapa negara G20 untuk membicarakan kemacetan rantai pasokan saat dunia berupaya memulihkan ekonomi dari kejatuhan masa pandemi Covid-19 dengan cepat. Banyak ekonomi terbesar di dunia kekurangan pasokan karena kapal kargo menunggu lama untuk berlabuh, harga sewa kontainer naik, tidak cukup truk untuk mengangkut barang dari pelabuhan, dan wabah Covid-19 menghentikan produksi pabrik-pabrik. (Sumber: Straits Times via Reuters)

ROMA, KOMPAS.TV — Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bertemu dengan para pemimpin dunia pada KTT G20 untuk membicarakan cara-cara mengurangi kemacetan rantai pasokan yang menghambat ekonomi global saat pulih dari pandemi virus corona, Minggu (31/10/2021), seperti dilansir Associated Press.

Saat ini tersedia total 15 triliun dolar AS di seluruh dunia untuk memerangi dampak dari Covid-19. Namun banyak ekonomi terbesar di dunia mengalami kekurangan massal bahan pasokan karena kapal kargo menunggu lama untuk berlabuh, harga kontainer pengiriman naik, tidak cukup truk untuk mengangkut barang dari pelabuhan, dan wabah Covid-19 menghentikan produksi pabrik-pabrik.

Masalah rantai pasokan muncul sebagai titik sakit ekonomi dan politik bagi Biden, karena kemacetan rantai pasokan berkontribusi pada inflasi dan berpotensi meredam belanja di masa liburan.

Anggota Kongres dari Partai Republik mengutip ancaman inflasi dan tantangan rantai pasokan saat mengkritik kepemimpinan ekonomi Biden.

Dalam pertemuan G20, Minggu, Biden berencana membahas tentang bagaimana masing-masing negara dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan kemacetan rantai pasokan, kata seorang pejabat senior pemerintah AS yang meminta namanya tidak disebut. Tujuannya adalah untuk membantu meringankan tekanan dan meningkatkan pertumbuhan.

Baca Juga: Indonesia Capai Kesepakatan Soal Sawit Hingga Alutsista di KTT G20

PM Inggris Boris Johnson, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di KTT G20 Roma, Italia, 30 Oktober 2021. Biden mumet mencari jalan keluar macetnya suplai dan rantai pasokan saat dunia berusaha memulihkan ekonomi yang jatuh saat pandemi Covid-19. (Sumber: AP Photo/Stefan Rousseau/Pool)

Ada juga tujuan yang lebih luas dari koordinasi yang lebih besar antarnegara sehingga rantai pasokan lebih tangguh. Ini berarti peningkatan transparansi pada masalah pengiriman, sehingga kemungkinan masalah dapat diidentifikasi dan ditangani.

Setelah masalah tutupnya banyak pabrik karena pandemi, Biden berencana untuk membahas bagaimana negara-negara dapat mengidentifikasi strategi untuk memastikan produksi barang-barang penting seperti chip komputer tidak berhenti untuk jangka waktu yang terlalu lama.

Biden berencana membuat pengumuman tentang rencana AS untuk menimbun mineral dan logam penting, serta merinci sumber daya AS yang mana akan tersedia untuk mengakhiri penyumbatan dan kemandekan di pelabuhan-pelabuhan utama di seluruh dunia, kata pejabat senior pemerintah Biden.

Baca Juga: Hadiri KTT G20, Jokowi Dorong Penguatan Arsitektur Kesehatan Global

Pemulihan ekonomi global di seluruh dunia setelah puncak pandemi Covid-19 saat ini tengah terjadi, namun tidak merata. Salah satu penyebabnya adalah inflasi kenaikan energi dan disrupsi atau gangguan suplai, kata Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani di Italia di sela-sela KTT G20 Sabtu malam, 30 Oktober 2021. (Sumber: BPMI Sekretariat Presiden)

Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani, seperti dinyatakan oleh Biro Pers, Media dan Informasi Presiden, mengatakan ada dua hal utama yang menghadang pemulihan ekonomi pasca pandemi, yaitu inflasi kenaikan energi dan disrupsi atau gangguan dari suplai.

Menurut Biden, salah satu penyebab utama disrupsi suplai adalah berbagai masalah yang menghambat rantai pasokan global.

Sri Mulyani menilai masalah tersebut terjadi di seluruh negara yang pemulihan ekonominya sangat cepat namun mengalami komplikasi dalam bentuk kenaikan harga energi dan disrupsi suplai.

“Artinya apa? Waktu permintaan (demand) pulih dengan cepat dan kuat, ternyata suplainya tidak mengikuti,” katanya.

Lebih lanjut, Menkeu menjelaskan penyebab kenaikan energi yang terjadi sangat cepat karena investasi di bidang energi terutama yang non-renewable itu sudah merosot tajam namun dihadapkan pada permintaan energi yang melonjak akibat pemulihan ekonomi.

Hal tersebut yang kemudian mendorong inflasi yang tinggi di berbagai negara.

“Ini menjadi ancaman pemulihan ekonomi global. Indonesia perlu juga tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya rembesan hal tersebut,” ungkap Sri Mulyani.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Associated Press/BPMI Sekretariat Presiden


TERBARU