> >

Sekilas tentang Jenderal Abdul Fattah al-Burhan, yang Ambil Alih Pemerintahan dan Kini Pimpin Sudan

Kompas dunia | 25 Oktober 2021, 22:38 WIB
Jenderal Abdel Fattah al-Burhan yang kini menjadi penguasa tertinggi Sudan setelah militer di bawah komandonya mengambil alih pemerintahan dan menahan perdana menteri serta jajaran pejabat negara itu. (Sumber: France24 via AFP)

KHARTOUM, KOMPAS.TV - Dalam karir militer yang panjang di bawah bekas presiden Sudan, Omar al-Bashir, Abdul Fattah al-Burhan melesat hingga menduduki berbagai jabatan strategis seraya tidak menonjolkan diri dan relatif tidak dikenal.

Dia memimpin pasukan darat negara itu sebelum Omar al-Bashir mengangkatnya menjadi inspektur jenderal angkatan darat pada Februari 2019, dua bulan sebelum militer menggulingkan Bashir dari kekuasaan.

Media dan analis Sudan mengatakan al-Burhan mengirim pasukan Sudan ke Yaman sebagai bagian dari koalisi pimpinan Arab Saudi yang melakukan intervensi sejak 2015 terhadap pemberontakan kelompok Huthi yang didukung Iran.

Keputusan al-Burhan mengirim pasukan tempur ke Yaman di bawah komando Arab Saudi itu adalah peran penting di belakang layar dalam keterlibatan militer Sudan di Yaman.

Willow Berridge, penulis "Civil Uprisings in Modern Sudan" dan dosen sejarah di Universitas Newcastle, mengatakan kepemimpinan Jenderal Burhan membawa pasukan Sudan ke Yaman membuatnya bekerja sama erat dengan Pasukan Reaksi Cepat paramiliter Sudan, atau Rapid Support Force (RSF).

Dengan dukungan RSF, Burhan mengambil alih jabatan tertinggi militer Sudan pada 2019, kata Berridge.

"Peran dalam langkah terbaru Pasukan Reaksi Cepat ini, yang dicap oleh banyak orang sebagai versi baru dari milisi Janjaweed yang melakukan kekejaman massal di Darfur, akan membuat banyak orang berhati-hati," katanya saat itu.

Bashir mengerahkan pasukan Sudan ke Yaman pada 2015 sebagai bagian dari perubahan kebijakan luar negeri utama yang membuat Khartoum memutuskan hubungan lama dengan Teheran dan bergabung dengan koalisi yang dipimpin Arab Saudi.

Namun militer Sudan menderita jumlah korban yang signifikan pada perang Yaman.

Pada musim semi 2019 setelah gagalnya pembicaraan antara pengunjuk rasa dan dewan transisi nasional yang dipimpin Jenderal Burhan, ia mengunjungi Mesir, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/France24


TERBARU