> >

Pemukim Ilegal Israel Curi Alat Panen Buah Zaitun Milik Warga Palestina

Kompas dunia | 25 Oktober 2021, 21:24 WIB
Imad Abu Baker berdiri di samping mobilnya yang bannya telah digores, dan disemprot cat dengan simbol Bintang Daud serta tulisan dalam bahasa Ibrani yang berarti "banderol harga" oleh pemukim-pemukim Israel di Marda, Tepi Barat, wilayah Palestina di bawah pendudukan, Rabu, 13 Oktober 2021. (Sumber: AP Photo/Nasser Nasser)

NABLUS, KOMPAS.TV - Para pemukim Israel dilaporkan mencuri peralatan yang digunakan warga Palestina untuk memanen buah zaitun di Kota Jalud, Nablus, Senin (25/10/2021).

Kepada kantor berita Palestina WAFA, Ghassan Daghlas yang mengawasi aktivitas permukiman Israel di bagian utara Tepi Barat, mengatakan sekelompok pemukim menyelinap ke ladang pertanian Jalud dan mencuri peralatan yang digunakan untuk panen buah zaitun.

Para pemukim itu berasal dari permukiman khusus Yahudi, Ahiya, yang berada tidak jauh dari Jalud.

Menurut hukum internasional, permukiman-permukiman Israel di wilayah Palestina adalah ilegal. Al Jazeera menyebutkan sekitar 600.000-750.000 pemukim Israel tinggal di 250 lebih permukiman ilegal di wilayah Palestina.

Pasukan Israel di wilayah pendudukan tidak memberikan akses kepada para petani Palestina untuk mendatangi ladang zaitun dengan alasan mereka tidak berkoordinasi dengan militer Israel.

Baca Juga: AS Dikabarkan Bakal Tunda Buka Konsulat Palestina, Gara-gara Israel Keberatan

WAFA melaporkan para pemukim Israel telah meningkatkan serangan-serangan mereka terhadap warga Palestina yang ingin memanen buah zaitun di Nablus.

Lebih dari 12 juta pohon zaitun ditanam di 45 persen area pertanian di Tepi Barat. Ribuan keluarga Palestina bergantung pada hasil panen buah zaitun sebagai salah satu sumber pendapatan utama mereka.

Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), industri minyak zaitun menopang kehidupan 100.000 keluarga lebih dan mencapai seperempat dari pendapatan kotor sektor pertanian di wilayah-wilayah Palestina yang berada di bawah pendudukan Israel.

Tapi bagi warga Palestina, pohon zaitun lebih dari sekadar sumber penghasilan. Pohon itu juga yang menghubungkan mereka dengan tanah mereka.

Baca Juga: Israel Tetapkan Enam Organisasi Advokasi Palestina sebagai Kelompok “Teroris”, AS Minta Klarifikasi

“Mereka (pohon-pohon zaitun) tidak seperti pohon-pohon lainnya, mereka simbol hubungan antara warga Palestina dan tanah mereka,” kata lembaga swadaya masyarakat, MIFTAH, seperti dikutip WAFA.

“Karena pohon-pohon ini tahan kekeringan dan tumbuh di bawah kondisi tanah yang buruk, mereka mewakili perlawanan dan ketegaran warga Palestina.”

Kekerasan yang dilakukan pemukim Israel terhadap warga Palestina dan harta benda mereka kerap terjadi di Tepi Barat. Namun, pelaku jarang didakwa oleh pihak berwenang Israel.

Menurut organisasi HAM Israel, B’Tselem, kekerasan yang dilakukan pemukim dan kadang warga sipil Israel lainnya terhadap warga Palestina telah lama menjadi bagian dari kehidupan di bawah pendudukan di Tepi Barat.

Baca Juga: Ribuan Warga Gaza Berupaya Mendapat Izin Kerja di Israel

“Tindakan-tindakan ini mulai dari memblokir jalan, melempari batu ke mobil dan rumah, menyerbu kampung dan lahan pertanian, membakar ladang dan rumpun pohon zaitun, dan merusak hasil panen hingga menyerang secara fisik, kadang sampai melempar koktail molotov atau menggunakan peluru tajam,” kata B’Tselem dalam laman web-nya.

Mengutip hasil laporan peninjauan kembali selama 10 tahun yang dilakukan organisasi HAM, Yesh Din, dan dipublikasikan pada Mei 2015, B’Tselem mengatakan sekitar 85 persen penyelidikan dalam kasus-kasus kekerasan yang dilakukan pemukim Israel, berujung tanpa adanya tindakan.

Persentase laporan kepolisian yang dilayangkan warga Palestina yang akhirnya berujung pada vonis bersalah hanya sebesar 1,9 persen.

“Karena kesia-siaan upaya ini, banyak warga Palestina yang akhirnya memilih tidak membuat aduan,” kata B’Tselem.

Baca Juga: 97 Persen Air Terkontaminasi, Warga Gaza Keracunan Pelan-Pelan

 

Penulis : Edy A. Putra Editor : Fadhilah

Sumber : WAFA/Al Jazeera/B'Tselem


TERBARU